tirto.id - Sebelum masa Revolusi Nasional, para perempuan Indonesia tergabung dalam Fujinkai, organisasi bentukan Jepang yang berisi pasukan wanita.
Ketika Fujinkai bubar, yakni setelah proklamasi kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945, peran perempuan dalam Revolusi Nasional tidak lantas padam. Mereka bergabung dengan gerakan revolusi di daerah dan sesuai bidangnya masing-masing.
Sama besarnya dengan peran perempuan dalam usaha kemerdekaan Indonesia, masa Revolusi Nasional juga tidak lepas dari andil para srikandi.
Melalui berbagai organisasi di berbagai daerah, kaum perempuan Indonesia ikut serta dalam perjuangan Revolusi Nasional pasca-kemerdekaan. Lantas, apa saja peran perempuan dalam kemerdekaan Indonesia setelah 17 Agustus 1945?
Peran Perempuan Indonesia pada Masa Revolusi Nasional
Dikutip dari Martina Safitry dkk. dalam Sejarah (2022, hlm. 53), para perempuan Indonesia berjuang pada masa Revolusi Nasional sesuai cara, kemampuan, dan kondisi daerah masing-masing. Berikut beberapa peran perempuan dalam Revolusi Nasional.
1. Peran medis dan kesehatan dalam Revolusi Nasional
Perang yang terjadi di masa Revolusi Nasional ditunjang oleh tenaga medis-kesehatan dari perempuan-perempuan Indonesia. Dalam konflik mempertahankan kemerdekaan negara, ada sejumlah perempuan Aceh yang bertugas mengobati korban perang.Di Sulawesi Utara, peran perempuan dalam Revolusi Nasional tak kalah krusial. Mereka menjebol pertahanan Belanda demi memperoleh obat-obatan perang. Selain itu, di sejumlah wilayah Indonesia Timur terdapat sejumlah perempuan yang menjadi relawan tenaga perawat.
Perjuangan yang ditunjukkan para perempuan sejatinya sudah dilakukan sejak lama, bahkan jauh sebelum kemerdekaan Indonesia. Ada banyak tokoh pahlawan perempuan Indonesia.
Salah satu pahlawan perempuan Indonesia di bidang kesehatan adalah Annie Senduk. Sekira sebulan setelah kemerdekaan, ia berperan mendirikan Palang Merah Indonesia (PMI) bersama tokoh lainnya.
2. Peran Pendidikan
Pada November 1945, di Tondano, Sulawesi Utara, didirikan Yayasan Pendidikan Bangsa. Yayasan yang didirikan oleh perempuan inilah yang nantinya membentuk sekolah bernama Sekolah Menengah Rendah Kebangsaan (SMRK).Selain itu, ada juga beberapa perempuan Aceh yang mendapatkan tugas untuk mendidik penerus bangsa. Perempuan yang ditugaskan memberantas angka buta huruf ini sudah terlatih di bidang intelijen, fisik, hingga nasionalismenya.
Salah satu pahlawan perempuan Indonesia di bidang kesehatan, Annie Senduk, juga berperan besar di sektor pendidikan, terutama keperawatan.
Berdasarkan catatan Dien Madjid, Mona Lohanda, dkk. dalam Perjuangan dan Pengabdian: Mosaik Kenangan Prof. Dr. Satrio (1986), Annie dan Suster Pelamonia menginisiasi pendirian sekolah perawat di masa pasca-kemerdekaan. Hal tersebut dilakukan mengingat banyaknya suster Belanda yang hengkang setelah Indonesia merdeka.
3. Menginisiasi dapur umum dan logistik
Dalam peperangan mempertahankan kemerdekaan, keberadaan makanan dan logistik lain diperlukan untuk menjaga kestabilan fisik pejuang. Untuk memenuhi keperluan tersebut, sejumlah perempuan mendirikan dapur umum di lokasi atau markas pejuang.Spesifik di Aceh, peran perempuan dalam Revolusi Nasional berkaitan dengan perjuangan menggalang dana logistik. Mereka mengumpulkan uang dari barang berharganya demi bisa menutupi kebutuhan para pejuang.
4. Membantu pasukan tentara nasional
Peran perempuan dalam Revolusi Nasional tidak hanya di belakang layar. Banyak pula para srikandi yang berada di garda depan membantu para tentara, terutama di Surabaya.Laskar perempuan di Surabaya tergabung dalam organisasi Pemuda Putri Republik Indonesia (PPRI). Sebagian di antaranya diterjunkan untuk membantu serdadu nasional ketika pasukan Sekutu tiba di Surabaya pada periode Oktober-November.
Daftar Tokoh Perempuan Indonesia pada Masa Revolusi Fisik
Ada banyak tokoh perempuan yang berjuang pada masa Revolusi Fisik, termasuk Ny. Suwarni, Ny. Sri Mangunsarkoro, Ny. Kartowiyono, dan Ny. Susilowati. Mereka yang tergabung dalam organisasi Wani (Wanita Negara Indonesia) berjuang mendirikan dapur umum dan mendistribusikan beras di daerah Jakarta.
Dikutip dari Alfianto dalam "Makalah Sejarah Wanita, Peranan Wanita Pada Masa Revolusi" (2013, hlm. 5-6), ada pula Ibu Ruswo yang resmi mendapat anugerah Bintang Gerilya pada 1958. Semasa hidupnya, perempuan kelahiran Yogyakarta tersebut telah berkontribusi di sekitaran Jawa Tengah, sejak pendudukan Belanda sampai Revolusi Nasional.
Berikut daftar tokoh perempuan yang berperan besar pada masa Revolusi Nasional:
- Ny. Suwarni
- Ny. Sri Mangunsarkoro
- Ny. Kartowiyono
- Ny. Susilowati
- Ibu Ruswo
- Ibu Mustapa
Penulis: Yuda Prinada
Editor: Iswara N Raditya
Penyelaras: Fadli Nasrudin