Menuju konten utama
Sejarah Indonesia

Sejarah & Daftar Kerajaan-kerajaan Maritim Islam di Indonesia

Dalam sejarah Nusantara, banyak berdiri kerajaan maritim yang berpengaruh, termasuk pada masa Islam.

Sejarah & Daftar Kerajaan-kerajaan Maritim Islam di Indonesia
Ilustrasi Kesultanan Ternate; 1735. FOTO/Wikicommon

tirto.id - Indonesia adalah negara kepulauan. Maka tidak mengherankan jika dalam sejarah Nusantara, banyak berdiri kerajaan maritim yang berpengaruh, termasuk pada masa Islam, dari Kesultanan Samudera Pasai, Aceh, Banten, Demak, hingga Ternate dan Gowa-Tallo di kawasan timur.

Masa kerajaan/kesultanan Islam di Indonesia berlangsung sejak abad ke-12 Masehi setelah fase sebelumnya yaitu masa Kerajaan Hindu-Buddha. Mulai muncul kerajaan atau kesultanan bercorak Islam yang sekaligus semakin menggerus eksistensi kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha.

Agama Islam masuk ke Nusantara diperkirakan sudah sejak sekitar abad ke-7 Masehi, salah satu teorinya dibawa oleh kaum pedagang dari Timur Tengah. Selain itu, ada beberapa teori lainnya yang menyebut orang-orang Gujarat, Cina, maupun orang Nusantara sendiri yang membawa ajaran Islam dan kemudian berkembang dengan pesat.

1. Kesultanan Samudera Pasai

Dikutip dari buku Arkeologi Islam Nusantara (2009) karya Uka Tjandrasasmita, kerajaan atau Kesultanan Samudera Pasai berdiri pada abad ke-13. Kesultanan yang disebut-sebut sebagai kerajaan Islam pertama di Nusantara ini terletak di pantai timur Sumatera atau kurang lebih di sekitar Kota Lhokseumawe dan Aceh Utara.

Letaknya yang strategis di Selat Malaka menjadikan Samudera Pasai sebagai salah satu kerajaan maritim paling berpengaruh. Hal tersebut menjadikan kerajaan ini sering dijadikan tempat singgah kaum pedagang dari berbagai penjuru dunia maupun Nusantara.

Selain sebagai kerajaan pedagang, Kesultanan Samudera Pasai juga menjadi pusat pembelajaran agama Islam di Asia Tenggara sejak abad ke-14. Bahkan, lingkungan kerajaan juga dijadikan sebagai tempat para ulama berdiskusi.

Kejayaan kerajaan maritim islam ini perlahan surut karena mulai digantikan dengan pelabuhan-pelabuhan baru di Semenanjung Malaya. Keadaan ini diperparah oleh datangnya Portugis yang berusaha menguasai dan juga memonopoli perdagangan di Selat Malaka.

2. Kesultanan Aceh Darussalam

Nurddin ar-Raniri dalam Bustan al-Salatin (1966) menyebut bahwa pendiri Kerajaan Aceh Darussalam adalah Sultan Ali Mughayat Syah pada 1507 Masehi, kendati ada versi yang meyakini embrio kesultanan ini sudah ada sejak abad sebelumnya.

Dengan pusat pemerintahannya di utara Sumatera, Kerajaan Aceh tumbuh menjadi kerajaan besar. Portugis yang sebelumnya pernah menguasai perdagangan Malaka berusaha menaklukkan Aceh Darussalam.

Kejayaan kerajaan ini terjadi pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1636). Saat itu, Kesultanan Aceh Darussalam menguasai wilayah utara, Sumatera Utara, Riau, dan Jambi.

Kekuatan angkatan perang yang dimiliki Kesultanan Aceh Darussalam pada era itu sangat besar yang membuat bangsa-bangsa asing termasuk Portugis, Inggris, maupun Belanda harus berpikir seribu kali untuk melawannya.

Setelah Sultan Iskandar Muda wafat, kejayaan Kesultanan Aceh Darussalam perlahan-lahan mulai meredup. Hingga akhirnya, pada 1873 Belanda menyatakan perang kendati kerajaan Islam ini baru benar-benar bisa ditaklukkan pada 1903.

3. Kesultanan Demak

Kerajaan atau Kesultanan Demak berdiri pada abad ke-16 M dan merupakan kerajaan Islam pertama di Jawa. Demak berdiri di pesisir pantai utara Jawa seiring dengan kemunduran Kerajaan Majapahit.

Menurut M.C. Ricklefs dalam A History of Modern Indonesia Since c. 1200 (2002), Kesultanan Demak muncul sebagai kekuatan baru di Nusantara, khususnya di Jawa, mewarisi legitimasi kebesaran Majapahit.

Pendiri Kesultanan Demak, Raden Patah, merupakan anak dari Raja Majapahit, Brawijaya V. Kesultanan Demak adalah pelopor proses Islamisasi di hampir seluruh wilayah Jawa dengan peran penting Wali Songo.

4. Kesultanan Banten

Berdiri pada 1522, Kesultanan Banten memiliki wilayah barat Jawa, serta sebagian Sumatera hingga Kalimantan Barat. Kerajaan maritim Islam ini mencapai puncak kejayaannya pada masa Sultan Agung Tirtayasa.

Posisi kerajaan ini sangat strategis mengingat lokasinya di Selat Sunda dan Laut Jawa. Pelabuhan Kesultanan Banten kerap dikunjungi para pedagang dari berbagai bangsa seperti Arab, Turki, Tiongkok, India, Melayu, Portugis, Belanda, dan lainnya.

5. Kesultanan Ternate

Kesultanan Ternate merupakan salah satu kerajaan Islam paling berpengaruh di kawasan timur Indonesia, terutama di Maluku Selatan. Kerajaan ini terletak di Halmahera bagian barat, di sebelah utara Tidore.

Selain itu, Kesultanan Ternate terkenal dengan perannya sebagai pemasok rempah-rempat, terutama cengkeh, untuk para pedagang yang berasal dari Jawa, Melayu, Banten, Makassar, serta Bugis.

Dalam berdagang, Ternate bersaing dengan Kerajaan Tidore. Ketika dua kerajaan ini dalam masa paling buruknya, Spanyol dan Portugis datang memperkeruh suasana.

Kesultanan mencapai masa kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Baabullah, dengan luas wilayah meliputi Maluku Utara, Pulau Buru, Seram, Sulawesi Utara, serta Teluk Tomini.

6. Kesultanan Gowa-Tallo

Kesultanan Gowa-Tallo berpusat di Makassar dan merupakan salah satu kerajaan terbesar di Sulawesi terutama saat dipimpin oleh Sultan Hasanuddin (1653-1669).

Kerajaan Islam ini memiliki peran penting dalam pelayaran dan perdagangan.Namun, pada akhirnya Kesultanan Gowa-Tallo dikalahkan VOC atau Belanda dalam Perang Makassar.

Baca juga artikel terkait SEJARAH KERAJAAN atau tulisan lainnya dari Yuda Prinada

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Yuda Prinada
Penulis: Yuda Prinada
Editor: Iswara N Raditya