tirto.id - SBMPTN atau Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri 2018 menerapkan sistem penilaian yang berbeda dengan tahun sebelumnya.
Penilaian SBMPTN 2018 tidak lagi menggunakan skor 4 untuk jawaban benar, skor 0 untuk yang tidak menjawab, dan skor negatif 1 (-1) untuk jawaban yang salah seperti pada SBMPTN 2017.
Menurut Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir sistem penilaian baru SBMPTN 2018 tersebut justru menguntungkan siswa.
"Jadi ini tidak merugikan justru menguntungkan. Justru yang kami [memperoleh] yang betul-betul berkualitas, yang pada ranking pertama," ujar Nasir di Jakarta, Selasa (10/4/2018), sebagaimana dilansir Antara.
Nasir memberi contoh terdapat dua peserta yang lolos dan mendapatkan nilai 80, namun yang diterima hanya satu siswa. Maka sulit untuk mengetahui siswa yang betul-betul berkualitas dan dinyatakan lolos, karena nilainya sama.
"Maka melalui analisis tingkat kesulitan, nanti bisa diketahui mana yang lebih banyak menjawab soal yang sulit dan mana yang tidak. Yang banyak menjawab soal yang sulit yang lebih tinggi nilainya," katanya melanjutkan.
Menristekdikti menilai jika soal yang sulit dan mudah diberikan bobot yang sama, tidak ada keadilan dalam nilai.
Selan itu, ia menambahkan, sistem penilaian lama yang menerapkan nilai empat untuk soal yang benar, nol untuk tidak menjawab dan minus satu untuk jawaban yang salah, terdapat unsur ketidakpastian atau gambling.
"Sekarang karena nilainya nol sampai satu, maka nilai diolah berdasarkan tingkat kesulitan calon mahasiswa. Mana yang tingkat kesulitannya tinggi ini akan diberikan nilai yang sangat tinggi, kalau nilainya rendah nilainya turun dari satu. Ini supaya keadilan itu ada," ujar Nasir.
Dia berharap melalui sistem seperti ini, tidak terjadi unsur perjudian dan tidak merugikan siswa.
"Ini namanya sistem penilaian berdasarkan kesulitan soal, setiap soal ada skornya. Siapa yang memberikan skor, ya berdasarkan hasil analisis," ungkapnya.
Sebelumnya panitia menerangkan dalam rilis persnya, metode penilaian pada SBMPTN 2018 tidak hanya memperhitungkan jumlah soal yang dijawab dengan benar dan salah oleh peserta.
Sistem terbaru ini juga memperhitungkan karakteristik setiap soal khususnya tingkat kesulitan dan sensitivitasnya dalam membedakan kemampuan peserta.
Metode penilaian oleh panitia pusat dilakukan melalui tiga tahap. Tahap pertama, seluruh jawaban peserta SBMPTN 2018 akan diproses dengan memberi skor atau pada setiap jawaban yang benar dan nol untuk setiap jawaan yang salah atau tidak dijawab.
Tahap dua dengan menggunakan Teori Response Butir, maka setiap soal akan dianalisis karakteristiknya, diantaranya adalah tingkat kesulitan relatifnya terhadap soal yang lain, dengan mendasarkan pada pola respon jawaan seluruh peserta tes 2018.
"Dengan menggunakan model matematika, maka dapat diketahui tingkat kesulitan soal-soal yang dikategorikan mudah, sedang maupun sulit," ungkap Sekretaris Panitia Pusat SBMPTN Prof. Joni Hermana.
Tahap ketiga adalah karakteristik soal yang diperoleh pada tahap dua, kemudian digunakan untuk menghitung skor setiap peserta. Soal-soal sulit akan mendapatkan bobot lebih tinggi dibanding soal yang lebih mudah.
Tahap-tahap penghitungan skor dilakukan oleh tim yang memiliki kompetensi di bidang pengujian, pengukuran dan penilaian.
"Melalui sistem ini, maka setiap peserta yang dapat menjawab soal yang sama dan benar dapat memperoleh nilai yang berbeda, tergantung pada soal mana saja yang mereka jawab dengan benar," kata Joni lagi.
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari