tirto.id - Menteri Koordinator Perekonomian, Airlangga Hartarto menegaskan bahwa misi utama Presiden Joko Widodo mengunjungi Ukraina dan Rusia adalah kebutuhan pangan. Pemerintah ingin agar pangan dan gandum (wheat) dari kedua negara yang tengah bertikai itu kembali masuk rantai pasok pangan dunia.
Hal tersebut disampaikan Airlangga merespons kritik sejumlah pihak bahwa kunjungan Jokowi ke Ukraina dan Rusia gagal. Jokowi dinilai gagal karena tidak mampu mendamaikan kedua negara yang berperang sejak lama. Selain itu, Putin malah menyerang kembali Ukraina usai kunjungan kerja Jokowi ke Rusia.
“Yang diutamakan oleh Bapak Presiden adalah misi terkait dengan ketersediaan pangan. Jadi tentu ketersediaan pangan itu pesan Bapak Presiden agar pangan yang ada baik itu wheat maupun pupuk itu bisa keluar ke global sehingga dengan demikian ketahanan pangan di global bisa terjaga,” kata Airlangga di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Senin (4/7/2022).
Airlangga menuturkan, upaya memasukkan kembali gandum maupun pupuk adalah langkah memperbaiki ketahanan pangan global. Salah satu indikator keberhasilan kunjungan Jokowi adalah mulai ada pangan seperti pupuk dan gandum yang diekspor kedua negara tersebut.
Airlangga pun mengatakan bahwa perdamaian tidak bisa dilakukan dalam satu kali pertemuan. “Proses perdamaian, kan, sebuah proses yang berjalan terus, bukan yang instan. Jadi ini merupakan awal yang baik," kata Airlangga.
Airlangga mengingatkan bahwa hanya Jokowi yang berhasil diterima kedua negara, yakni Rusia dan Ukraina di saat bersamaan. Hal itu, kata Airlangga, belum bisa dilakukan oleh negara lain.
“Tidak ada pemimpin negara yang diterima kedua belah pihak dalam waktu dekat. Ini hanya Bapak Presiden, Bapak Jokowi. Jadi menunjukkan bahwa kedua pemimpin yang sedang bertikai itu adalah menerima kehadiran Bapak Jokowi," tutur Airlangga.
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Abdul Aziz