tirto.id - Ketika naik tahta Monarki Britania Raya pada 20 Juni 1837, usia Alexandrina Victoria baru 18 tahun. Tak hanya Britania Raya, Victoria juga menjadi Maharani India sejak 1 Mei 1876. Masa-masa Victoria menjadi Ratu Inggris adalah masa-masa Inggris menjadi negara adidaya dengan daerah koloni tersebar di Asia dan Afrika.
Sebagai Ratu Inggris yang mengusai banyak koloni, Ratu Victoria termasuk orang terpenting dan berkuasa di abad XIX. Masa hidup dan pemerintahannya adalah masa puncak Revolusi Industri. Saat ia memerintah, teknologi dan jaringan kereta api mulai banyak dibangun. Dunia banyak berubah dengan cepat di masa pemerintahannya.
Di awal abad selanjutnya, Victoria mangkat. Setelah 63 tahun 216 hari berkuasa, ia meninggal dunia pada 22 Januari 1901. Naik sebagai penggantinya adalah putranya, Edward VII. Putranya sudah berumur 60 tahun ketika naik tahta pada 1901. Baru 9 tahun berkuasa, ia mangkat. Edward VII digantikan putranya, George V, yang bertahta sejak 6 Mei 1910 hingga 20 Januari 1936.
Setelah George V meninggal dunia, putra penggantinya, Edward VIII, berkuasa kurang dari setahun: 20 Januari hingga 11 Desember 1936. Setelahnya, George VI, adiknya yang dikenal gagap, naik tahta sejak 11 Desember 1936 hingga 6 Februari 1952. Kisah George VI dengan kegagapannya pernah difilmkan dalam The King's Speech (2010).
Setelah George VI mangkat, barulah Inggris kembali dipimpin ratu dan bertahta cukup lama pula. Elizabeth II, putri George VI, naik tahta pada 6 Januari 1952. Ketika naik tahta, usianya 26 tahun. Elizabeth kemudian berkuasa hingga sekarang, melampaui rekor canggahnya, Victoria. Elizabeth sudah berkuasa lebih dari 65 tahun. Putra tertua Elizabeth, Pangeran Charles, kini telah berusia 68 tahun.
Selain George V, George VI, Edward VII, Edward VIII dan Elizabeth, masih ada keturunan Ratu Victoria yang jadi raja dan ratu. Ada Kaisar Wilhelm II di Jerman (15 Juni 1888 sampai 9 November 1918) dan ratu-ratu yang merupakan istri dari raja yang berkuasa seperti Tsarina Alexandra Feodorovna di Rusia. Victoria dijuluki sebagai nenek raja-raja Eropa.
Sezaman dengan Elizabeth, ada beberapa penguasa di Eropa yang berkuasa lama. Ratu Margrethe II, misalnya, bertahta di Denmark sejak 14 Januari 1972 selama 45 tahun. Di Swedia, ada Raja Carl XVI Gustaf yang bertahta sejak 15 September 1973 selama 43 tahun.
Di Asia, ada Bhumibol Adulyadej dari Siam (Thailand), yang baru mangkat pada 13 Oktober 2016. Bhumibol yang naik tahta menggantikan abangnya Ananda Mahidol, pada 9 Juni 1946, telah berkuasa selama 70 tahun 283 hari. Bhumibol yang bergelar Rama IX, digantikan oleh putranya Maha Vajiralongkorn yang kini telah berusia 68 tahun.
Jika di Inggris sebelum Elizabeth ada Victoria, maka di Thailand jauh sebelum Bhumibol ada Chulalongkorn atau Rama V. Chulalongkorn bertahta sejak 1 Oktober 1868 hingga 23 Oktober 1910 atau selama sekitar 42 tahun. Ia berkuasa di zaman yang beririsan dengan masa Ratu Victoria memimpin Inggris Raya dan segenap koloninya.
Di salah satu negeri jiran Indonesia, Brunei Darussalam, sultannya pun cukup lama berkuasa. Jenderal Sultan Haji Sir Hassanal Bolkiah Mu'izzaddin Waddaulah telah berkuasa sejak 4 Oktober 1967. Artinya, ia sudah lebih dari 49 tahun bertahta di Kesultanan kaya minyak ini. Putra mahkota Brunei, Al-Muhtadee Billah Bolkiah, sekarang sudah berusia 43 tahun.
Raja lain yang berkuasa di kawasan Asia, selain Bhumibol dan Hasanal Bolkiah, tentu saja Kaisar Hirohito. Sebelum Akihito naik tahta. Hirohito bertahta sejak 25 Desember 1926 hingga 7 Januari 1989, atau sekitar 62 tahun. Di masanya, Jepang terseret dalam Perang Pasifik akibat kaum kanan yang fasis berkuasa. Setelah mangkat pada 7 Januari 1989, putranya Akihito naik tahta ketika saat berusia 55 tahun.
Dari kisah keluarga raja-raja dunia di atas, pengganti dari raja atau ratu yang sangat lama berkuasa cenderung akan berkuasa secara singkat. Bagi pengganti yang usianya tak muda lagi, tentu kenikmatan dalam bertahta bisa terganggu oleh macam-macam penyakit yang biasanya menimpa orang manula.
Jika pengganti raja mulai bertahta saat berusia 55 tahun, sementara angka harapan hidup hanya sekitar 65 tahunan, berarti masa kekuasaannya hanya sekitar 10 tahun saja. Tak semua orang bisa mencapai angka 90 tahun seperti Ratu Elizabeth II.
Tentu saja, tak semua raja atau ratu seperti Ratu Victoria atau Bhumibol Adulyadej yang bertahta hingga hari kematian mereka. Ada beberapa penguasa yang memilih berhenti sebelum mati. Di Belanda misalnya. Ratu Wilhelmina bertahta sejak 23 November 1890, ketika usianya baru 10 tahun, hingga 4 September 1948.
Ketika turun tahta, ia berusia 67 tahun, setelah 57 tahun berkuasa. Dari Wilhelmina, tahta turun ke putrinya, Ratu Yuliana—yang bertahta sejak 4 September 1948-30 April 1980 atau sekitar 32 tahun. Dari Yuliana yang juga turun sebelum mangkat, tahta Belanda turun ke Beatrix—bertahta dari 30 April 1980 hingga 30 April 2013 atau selama 33 tahun. Beatrix pun menyerahkan tahtanya kepada Willem-Alexander. Ketika Willem-Alexander bertahta, Yuliana sang nenek masih hidup, begitu juga ibunya.
Selain karena sadar turun atas kemauan sendiri atau tutup usia, ada raja yang harus turun karena tekanan politik. Di Italia, Raja Victor Emannuel III, adalah contohnya. Ia yang berkuasa dari 29 Juli 1900 hingga 9 Mei 1946, harus turun tahta atas keterlibatannya dalam Perang Dunia II bersama Benito Musolini.
Penulis: Petrik Matanasi
Editor: Maulida Sri Handayani