tirto.id - Kapan qunut witir mulai dibaca untuk kalangan Nahdlatul Ulama (NU) pada Ramadhan 2025 ini? Bagaimana pula bacaan doa qunut witir sesuai sunnah yang pada bulan puasa ini dikerjakan setelah shalat tarawih berjemaah?
Menjelang akhir Ramadhan, umat Islam dianjurkan untuk semakin memperbanyak ibadah, termasuk dalam pelaksanaan sholat tarawih dan witir. Salah satu amalan yang biasa dilakukan di malam-malam terakhir bulan suci ini adalah membaca doa qunut witir. Doa ini menjadi pelengkap shalat witir yang dikerjakan setelah tarawih, khususnya pada separuh terakhir Ramadhan.
Doa qunut terbagi menjadi tiga jenis, masing-masing dengan fungsinya sendiri dalam ibadah umat Islam. Pertama, qunut nazilah, yang dibaca saat terjadi musibah besar atau peristiwa genting. Doa ini biasanya dipanjatkan setelah rukuk (iktidal) pada rakaat terakhir dalam sholat.
Kedua, qunut dalam shalat subuh, yang menjadi perbedaan di antara mazhab. Mazhab Syafi'i menganggapnya sebagai sunnah ab'adh, sehingga jika terlupa disarankan melakukan sujud sahwi. Mazhab Maliki juga menganjurkan qunut Subuh, tetapi dibaca secara pelan. Sementara itu, mazhab Hanafi dan Hambali tidak mensyariatkan qunut dalam shalat Subuh.
Ketiga, qunut dalam shalat witir, yang pelaksanaannya juga berbeda-beda. Menurut mazhab Syafi'i, doa ini dianjurkan setelah rukuk pada paruh terakhir Ramadhan. Mazhab Hambali juga menghukumi sunnah qunut setelah ruku, sedangkan mazhab Maliki tidak memasukkannya sebagai bagian dari shalat witir. Sementara itu, mazhab Hanafi menetapkan bahwa qunut witir dilakukan sebelum rukuk pada rakaat ketiga setiap kali shalat witir.
Dalam "Ini Bacaan Lengkap Doa Qunut Witir Separuh Terakhir Ramadhan" oleh Ali Musthofa Asrori (NU Online), tradisi qunut witir ini didasarkan pada pendapat Imam asy-Syafi’i, yang menekankan anjuran membaca doa qunut witir dalam separuh terakhir Ramadhan, sebagaimana dikutip oleh Imam al-Baihaqi dalam Ma’rifatus Sunan wal Atsar (4/44).
Pendapat ini juga diperkuat oleh Imam an-Nawawi dalam Kitab al-Adzkar , yang menyebutkan bahwa ulama mazhab Syafi’i sepakat menganjurkan qunut witir pada akhir Ramadhan. Meskipun ada berbagai pendapat mengenai praktik ini, Imam an-Nawawi menegaskan bahwa pandangan yang paling kuat adalah yang menyatakan bahwa qunut witir sebaiknya dibaca pada separuh terakhir bulan suci ini.
Qunut Tarawih Ramadhan 2025 Malam ke-Berapa?
Doa qunut dalam shalat witir dianjurkan dibaca pada paruh terakhir bulan Ramadhan, tepatnya mulai malam ke-16 hingga akhir Ramadan. Untuk bulan puasa pada tahun ini, qunut tarawih mulai dibaca pada Sabtu, 15 Maret 2025 dan berlanjut hingga pelaksanaan shalat tarawih terakhir yang kemungkinan bertepatan dengan Jumat, 28 Maret 2025.
Qunut ini dibaca setelah rukuk dalam rakaat terakhir shalat witir. Bacaannya adalah sebagai berikut, lengkap beserta transliterasi latin dan terjemahan bahasa Indonesia.
اَللّهُمَّ اهْدِنَا فِيْمَنْ هَدَيْتَ وَعَافِنَا فِيْمَنْ عَافَيْتَ وَتَوَلَّنَا فِيْمَنْ تَوَلَّيْتَ وَبَارِكْ لًنَا فِيْمَا اَعْطَيْتَ وَقِنَا شَرَّمَا قَضَيْتَ فَاِ نَّكَ تَقْضِىْ وَلاَ يُقْضَى عَلَيْكَ وَاِ نَّهُ لاَ يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ وَلاَ يَعِزُّ مَنْ عَادَيْتَ
تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ فَلَكَ الْحَمْدُ عَلَى مَا قَضَيْتَ وَاَسْتَغْفِرُكَ وَاَتُوْبُ اِلَيْكَ وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ اْلاُمِّيِّ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ
Allahummahdinâ fî man hadait. Wa ‘âfinâ fî man ‘âfait. Wa tawallanâ fî man tawallait. Wa bâriklanâ fî mâ a‘thait. Wa qinâ syarra mâ qadhait. Fa innaka taqdhî wa lâ yuqdhâ ‘alaik. Wa innahû lâ yazillu man wâlait. Wa lâ ya‘izzu man ‘âdait.
Tabârakta rabbanâ wa ta‘âlait. Fa lakal hamdu a’lâ mâ qadhait. Wa astaghfiruka wa atûbu ilaik, wa shallallâhu ‘alâ sayyidinâ muhammadin nabiyyil ummiyyi wa ‘alâ âlihi wa shahbihi wa sallam."
Artinya: “Ya Allah, berikanlah petunjuk kepada kami sebagaimana mereka yang telah Engkau tunjukkan. Dan berilah kesehatan kepada kami sebagaimana mereka yang Engkau telah berikan kesehatan. Dan peliharalah kami sebagaimana orang yang telah Engkau peliharakan. Dan berilah keberkahan kepada kami pada apa-apa yang telah Engkau karuniakan.
Dan selamatkan kami dari bahaya kejahatan yang Engkau telah tentukan. Maka sesungguhnya Engkaulah yang menghukum dan bukan terkena hukum. Maka sesungguhnya tidak hina orang yang Engkau pimpin. Dan tidak mulia orang yang Engkau memusuhinya. Maha Suci Engkau wahai Tuhan kami dan Maha tinggi Engkau. Maha bagi Engkau segala pujian di atas yang Engkau hukumkan. Aku memohon ampun dari Engkau dan aku bertaubat kepada Engkau. (Dan semoga Allah) mencurahkan rahmat dan sejahtera untuk junjungan kami Nabi Muhammad, keluarga dan sahabatnya.”
Penulis: Satrio Dwi Haryono
Editor: Fitra Firdaus