tirto.id - Hubungan diplomatik Qatar dengan sejumlah negara terus memburuk. Dalam pernyataan pada Senin (5/5/2017), Kedutaan Qatar di Abu Dhabi memerintahkan seluruh warga Qatar untuk meninggalkan Uni Emirate Arab dalam batas waktu 14 hari.
Perintah itu meluncur setelah Uni Emirate Arab menyatakan memutus hubungan diplomatik dengan Qatar.
Mereka yang tidak bisa pulang ke Doha secara langsung harus terbang melewati Kuwait atau Oman.
Konflik di negara-negara Teluk memanas setelah pada Senin, Uni Emirat Arab, Arab Saudi, dan Mesir memutus hubungan dengan Qatar karena alasan terorisme. Ketiga negara menuding Qatar sengaja mendukung kelompok-kelompok radikal--yang beberapa di antaranya berafiliasi langsung dengan Iran--dan menyiarkan ideologi mereka di stasiun televisi Al Jazeera.
"Qatar mendukung sejumlah kelompok teroris dan sektarian yang bertujuan untuk mengganggu stabilitas di kawasan, termasuk di antaranya Ikhwanul Muslimin, ISIS, dan Al Qaeda. Negara tersebut juga mempromosikan ideologi kelompok-kelompok ini melalui media mereka," tulis kantor berita Arab Saudi, SPA.
Konflik Diplomatik Merembet ke Bisnis
Gara-gara konflik diplomatik ini, miliarder Mesir Naguib Sawiris menyeru para pengusaha Mesir menarik investasinya dari Qatar dan menghentikan semua kesepakatan bisnis dengan negara Arab Teluk itu.
Pernyataan salah seorang terkaya di Mesir ini disampaikan oleh juru bicaranya kepada Reuters, beberapa jam setelah Mesir, Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan Bahrain serempak memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar.
Sementara itu Qatar Airways menyampaikan pengumuman pada laman resminya hari ini bahwa maskapai itu telah menunda semua penerbangannya ke Arab Saudi.
Sebelumnya, maskapai penerbangan milik pemerintah Uni Emirat Arab, Etihad Airways, menyatakan akan menangguhkan semua penerbangan dari dan Doha di Qatar mulai Selasa pagi sampai pemberitahuan lebih lanjut.
Negara-negara Teluk menuding Qatar mendukung kelompok militan yang berafiliasi dengan Iran di wilayah Qatif dan Bahrain.
Qatar membantah tudingan itu dan mengatakan bahwa pihaknya tengah menghadapi kampanye terselubung yang bertujuan untuk melemahkannya.
"Kampanye ini hanya didasarkan pada kebohongan yang telah mencapai level kesengajaan yang dibuat-buat," kata kementerian luar negeri Qatar.
Sementara itu, Iran menilai Amerika Serikat turut memperkeruh situasi ini. Wakil kepala staf presiden Iran, Hamid Aboutalebi mengatakan kunjungan Donald Trump ke Arab Saudi telah memecah belah negara Teluk.
"Apa yang terjadi hari ini adalah hasil awal tari pedang (politik pecah belah--red)," kata Hamid Aboutalebi.
Dalam kunjungan itu, Trump dan sejumlah pejabat Amerika Serikat sempat berpartisipasi dalam tari pedang tradisional. Dia mendesak agar negara-negara Muslim bersatu melawan ekstrimisme dan menuding Iran sebagai sumber utama pendanaan bagi kelompok radikal.