Indeks Opini

Tiap suksesi politik terjadi di Indonesia, gaya kepemimpinan yang satu selalu digantikan dengan gaya yang berkebalikan.

Sukarno bukan satu-satunya penggagas utama Konferensi Asia Afrika dan negara Asia dan Afrika yang hadir di KAA punya pandangan seragam.

Karena serba was-was pada yang serba-asing, kampus-kampus Indonesia membatasi tenaga ahli dari luar.

Bila bergabung dengan Jokowi, wewenang Gatot akan sangat dibatasi, termasuk ketika menjadi Wapres sekalipun.

Pernyataan Rocky Gerung bahwa kitab suci itu fiksi mengandung sejumlah masalah.

Saat tingkat literasi yang lemah bertemu pemahaman agama yang dangkal, lahirlah masyarakat “sumbu pendek”.

Aceh tak punya pilihan selain menunjukkan bahwa Syariat Islam di provinsi itu mampu menampung beragam tafsir dan cara pandang dalam memahami Islam.

Ibarat lokomotif, alih generasi di Kopassus relatif lebih cepat dibandingkan satuan lain di TNI AD.

Wedhatama dan Gaṭolotjo merupakan dua karya sastra klasik yang banyak memuat kritik atas prilaku umat Islam di Jawa.

Menyambut Proklamasi 1945, Australia menjaga jarak dari mental kolonialisme dan mendukung kemerdekaan RI, sebagai tetangga terdekat.

Parpol yang semestinya mengokohkan platform justru sibuk menggaet tokoh luar.

Opsi pensiun dini bagi perwira butuh nyali yang kuat, bahkan mungkin lebih kuat ketimbang operasi di medan tempur.

Syarat penting perbaikan nasib dosen dan pendidikan tinggi Indonesia: berserikat.

Tepatkah langkah pemerintah menahan laju harga minyak di tahun politik? Apa risikonya?

Di balik gagahnya para serdadu dan kemewahan dunia fashion, ada bumi yang tercemar, ribuan napas yang sesak dan aktivis-aktivis yang diburu.

Selama dua dekade pasca-reformasi telah terjadi perluasan predikat pada Prabowo: Dari sebatas figur militer pada masa lalu ke tokoh nasional.

Upaya pemberantasan korupsi selama 20 tahun terakhir akan sia-sia selama korupsi tak dipandang mengancam keberlangsungan eksistensi negara.

Pekik takbir 'Allahu Akbar' tak perlu ditakuti karena tak selamanya politis.

Paku Buwana X mendirikan Taman Sriwedari untuk memenuhi kegiatan-kegiatan publik masyarakat Solo, bukan sekadar aktivitas religi.