Menuju konten utama

Proyek Ketenagalistrikan 18 Provinsi, Terang Swasembada Energi

PLTA Jatigede yang berkapasitas 110 megawatt mampu menghasilkan 420 juta KwH per tahun untuk 71.923 rumah.

Proyek Ketenagalistrikan 18 Provinsi, Terang Swasembada Energi
Presiden Prabowo Subianto, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia, dan Menteri BUMN Erick Tohir dalam Peresmian PLTA Jatigede, Sumedang, Jawa Barat, Senin (20/1). Foto/Shofiatunnisa Azizah

tirto.id - Presiden Prabowo Subianto meresmikan proyek ketenagalistrikan di PLTA Jatigede, Sumedang, Jawa Barat, pada Senin (20/1).

Peresmian yang dihadiri pula oleh Menteri ESDM Bahlil Lahadalia, Menteri BUMN Erick Tohir, Menteri PU Dody Hanggodo, Direktur Utama PT PLN (Persero) Darmawan Prasodjo, dan Pj Gubernur Jawa Barat Bey Machmudin, digelar serentak pada lokasi proyek lainnya secara bauran.

“Saya sangat bangga dapat hadir pada hari ini dalam meresmikan kelompok proyek-proyek besar di 18 provinsi, 26 proyek yang menghasilkan 3,2 gigawatt energi,” tutur Prabowo.

Meninjau megaproyek ketenagalistrikan yang dilaporkan telah berhasil terealisasi, Prabowo menegaskan urgensi transformasi energi di Indonesia.

“Kita punya sumber alam yang cukup besar, dan kita sekarang punya kemampuan untuk melakukan transformasi ini,” tegasnya.

Dalam kesempatan ini, Prabowo juga mengatakan bahwa dengan salah satu contoh keberhasilan di PLTA Jatigede yang berkapasitas 110 megawatt dan mampu menghasilkan 420 juta KwH per tahun untuk 71.923 rumah, dirinya optimistis bahwa Indonesia menjadi salah satu negara yang maju dalam bidang transformasi energi.

“Untuk itu, saya kira kita sekarang ini menjadi salah satu di dunia negara yang mungkin termasuk paling maju di bidang transformasi energi menjadi energi terbarukan, energi bersih, green energy, yang mengurangi emisi karbon,” ujarnya.

Capaian Ketenagalistrikan

Pada kesempatan yang sama, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menyampaikan bahwa peresmian ini juga menandai proyek ketenagalistrikan selain akumulasi energi yang dicapai.

“Selain kami meresmikan 3,2 gigawatt, kami meresmikan juga 11 proyek jaringan transmisi gardu induk dengan total panjang transmisi 739,7 kilometer sirkuit dan 1740 gigawatt gardu induk,” tutur Bahlil.

Saat ini, diketahui megaproyek yang mengalirkan pasokan listrik dari pembangkit baru tersebut tersebar di Aceh, Sumatera Utara, Bangka Belitung, Sumatera Selatan, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, dan IKN.

Dengan luasnya jangkauan tersebut, Bahlil menyebut, total listrik eksisting di seluruh Indonesia berkisar 1010 gigawatt. Dari jumlah tersebut, kata Bahlil, PLN mengelola sebagian besarnya.

“Dan yang dikelola oleh PLN itu kurang lebih sekitar 72 sampai 75 gigawatt. Dari 75 gigawatt tersebut, ada kurang lebih sekitar 15 sampai 16 persen itu memakai energi terbarukan,” ungkap Bahlil.

Tantangan Transformasi Energi

Meskipun demikian, Bahlil menyoroti bahwa capaian ini masih kurang dari target yang dirancang pada tahun ini. Dirinya menyebut, target tahun 2025 sudah harus mencapai 23 persen.

“Artinya, kita masih defisit kurang lebih sekitar 8 ribu megawatt atau 8 gigawatt,tetapi dengan kondisi yang ada, insyaallah kita akan mampu mengejar apa yang menjadi target kita semua,” ujarnya.

Selain itu, Bahlil menyoroti bahwa seiring dengan target pertumbuhan ekonomi pada angka 8 persen, infrastruktur listrik perlu lebih ditekan.

“Sekarang konsumsi per kapita kita itu hanya sekitar Rp4.500 sampai Rp5.000 per kapita. Kalau kita memakai hanya di Rp5.500 sampai Rp6.000 itu berarti pertumbuhan ekonomi kita hanya kita siasati Rp6.000 sampai Rp7.000 per kapita,” jelasnya.

Bahlil menambahkan, untuk mencapai pertumbuhan ekonomi, penggunaan listrik sepatutnya didorong menjadi Rp6.000 sampai Rp6.500 per kapita.

Persoalan lainnya, Bahlil mengatakan masih ada dusun-dusun yang belum terjangkau listrik. Kebutuhan ini diperkirakan akan memakan dana kurang lebih Rp48 triliun.

“Kami membutuhkan anggaran kurang lebih sekitar 48 triliun selama 5 tahun untuk kita menerangi dusun-dusun, desa-desa, dan kecamatan,” ungkapBahlil.

Atas laporan ini, Prabowo menyebut pendanaan yang dapat menyokong bisa mewujudkan pemerataan dalam kisaran lima tahun.

Dengan perhitungan kebutuhan dana Rp48 triliun, Prabowo mengkalkulasikan pembagian dana dalam lima tahun yang akan membutuhkan Rp9 triliun mampu dipenuhi.

“Rasa-rasanya lima tahun kita bisa (mencapai pemerataan kelistrikan),” tegas Prabowo.

Dirinya, menyebutkan bahwa berbagai upaya yang telah dilakukan dapat membawa Indonesia sebagai negara yang menghimpun swasembada energi ke depannya.

“Energi, saya kira dengan kemampuan kita, kita akan menuju ke swasembada energi juga dalam waktu yang tidak lama,” pungkas Prabowo.

Baca juga artikel terkait PLN atau tulisan lainnya dari Shofiatunnisa Azizah

tirto.id - Aktual dan Tren
Penulis: Shofiatunnisa Azizah
Editor: Nuran Wibisono