Menuju konten utama

Problem Investasi di Jateng, Gubernur Ganjar: Punglinya Luar Biasa

Ganjar menemukan banyak pungli yang dilakukan di berbagai tahap perizinan usaha saat menata skema investasi di Jawa Tengah.

Problem Investasi di Jateng, Gubernur Ganjar: Punglinya Luar Biasa
Ilustrasi pabrik Textile. FOTO/istockphoto

tirto.id - Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo menyebut ada problem dalam bidang investasi yakni pungutan liar (pungli) atas perizinan.

Menurut dia, Pemprov Jateng masih perlu berbenah dari segi regulasi untuk menarik investasi dan menaikkan pertumbuhan ekonomi.

Saat ini pihaknya tengah melakukan banyak konsultasi dan koordinasi dengan Kemenko Perekonomian untuk menyederhanakan regulasi yang selama ini berbelit bagi investor.

Apalagi setelah dilakukan beberapa pembenahan, Ganjar menemukan banyak pungli yang dilakukan di berbagai tahap perizinan usaha.

"Problenmnya pungli. Punglinya luar biasa. Sementara OSS di Jakarta kerepotan. Kemudian, kesulitan lainnya juga ada kuotanya. Padahal saya sudah korodinasi kepada Menko Ekonomi untuk investasi yang masuk ya masuk saja tidak usah ada pintunya buka saja kuotanya," kata dia, dalam sebuah diskusi, di Grand Ballroom Hotel Kempinski, Jakarta Pusat, Kamis, (30/1/2020).

Ia mengklaim diberi tantangan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah dari kisaran 5 persen ke 7 persen.

Ganjar mengatakan, meski baru blakangan ini wilayahnya menjadi primadona baru bagi para investor, cukup sulit untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di angka tersebut sampai tahun 2023.

"Bu Sri Mulyani bilang kalau bisa sampai 7 persen. Pertumbuhan ekonomi kami saat ini hanya di atas rata-rata nasional tipis," kata dia.

Rantai regulasi perizinan perlu dipangkas, untuk membuat investasi yang masuk ke Jateng lebih banyak.

Ia mencontohkan, ada pabrik perusahaan penerbangan yang tertarik untuk dibangun di Jawa Tengah. Namun, regulasi perizinan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) harus diproses selama 4 tahun.

Ganjar mengatakan, regulasi tersebut yang perlu disederhanakan.

"Misalnya AMDAL kemarin ada contoh, ada perusahaan membuat aviation industri ini bisa jadi perusahaan aviasi yang terbesar. Ada pertanyaan yang menarik, AMDAL-nya 4 tahun. Setelah saya cek ini prosesnya panjang. Sangat panjang sekali," jelas dia.

Selain regulasi, Ganjar mengaku optimis bisa unggul dibandingkan provinsi lain. Setelah banyak investor banyak memilih Jawa Tengah untuk dijadikan lokasi usaha dan banyak pengusaha asing yang merelokasi pabrik. Ia optimistis pertumbuhan investasi, industri dan ekonomi Jateng akan seperti Vietnam.

"Kami kondusif secara sosial dan masyarakatnya, lahannya masih banyak, infrastrukur ada tanah ada, kemudian ada yang menarik, upah buruhnya kompetitif, potensial suplai untuk buruhnya ada. Kondisi yang ada saat ini sudah mulai terbaca," tandas dia.

Beberapa tahun ini, ada 140 pabrik yang direlokasi ke Jawa Tengah, karena isu upah buruh yang tinggi. Sebagian besar pabrik yang relokasi merupakan bergerak dalam bidang tekstil.

Sedangkan terkait UMP di Jawa Tengah pada 2020 mencapai Rp 1,74 juta. Nilai itu lebih rendah dari UMP tempat pabrik sebelumnya ada seperti di Banten dan Jabar.

Baca juga artikel terkait PERTUMBUHAN EKONOMI atau tulisan lainnya dari Selfie Miftahul Jannah

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Selfie Miftahul Jannah
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Zakki Amali