tirto.id - Direktur Utama (Dirut) PT PLN Sofyan Basyir mengungkapkan, PLN membutuhkan tambahan karyawan baru sekitar 4.000-5.000 per tahun untuk mendukung program listrik 35 ribu megawatt (MW) yang ditargetkan rampung pada tahun 2019.
"Proyek 35.000 proyek besar, kami tambah 4.000-5.000 karyawan tetap untuk tunjang program 35.000 MW," kata Sofyan dalam diskusi "Implementasi Pembangunan Pembangkit 35 Ribu MW" di Kantor Staf Kepresidenan di Jakarta, Kamis, (12/5/2016).
Sofyan menjelaskan, proyek tersebut merupakan program prioritas pemerintah untuk menunjang ketahanan energi dan sebagai salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi. "Lebih baik listrik di depan untuk mendukung perkembangan ekonomi, bukan mengekor," ujarnya.
Ia juga yakin proyek tersebut dapat diselesaikan sesuai target pada 2019 untuk mengejar rasio 98,4 persen yang saat ini baru mencapai 88,3 persen.
Untuk keberhasilan proyek ini, Sofyan mengatakan telah melakukan seleksi yang ketat terhadap kontraktor, sehingga yang dapat mengikuti tender tersebut merupakan kontraktor yang berkelas dan memiliki kekuatan modal yang cukup dalam proyek 35.000 MW ini.
"Jangan sampai ada bengkel mobil ikut tender proyek 35 ribu MW," kata Sofyan.
Ia juga menetapkan bahwa pengembang listrik swasta (IPP) dan kontraktor engineering, procurement and construction (EPC) dalam proyek itu harus memiliki kecukupan modal minimal 10 persen.
"Jadi kalau ada tender senilai Rp40 triliun, kontraktor harus taruh uang Rp 4 triliun. Kalau tidak punya, ya enggak bisa ikut tender," papar Sofyan.
Menurut Dirut tersebut, PLN telah menunjuk kontraktor EPC berkelas asal Eropa, Amerika Serikat (AS) dan Jepang untuk menggarap proyek pembangkit yang jadi jatah perseroan.
"Kalau ada yang dibangun Cina, itu yang bangun BUMN Cina. Kami belajar dari pengalaman yang lama, semoga kami tidak tercebur dua kali," kata Sofyan.
Selain itu, menurut Kepala Staf Presiden Teten Masduki, proyek 35.000 MW ini merupakan kebutuhan agar Indonesia menjadi tujuan investasi.
Teten menambahkan, kondisi ekonomi dunia yang lesu saat ini tidak akan mengubah target proyek 35.000 MW tersebut dan justru proyek tersebut harus dijalankan sebgai persiapan Indonesia jika perekonomian dunia kembali bangkit.
"Saat ekonomi lesu kita berbenah infrastruktur, pas bagus tinggal jalan," ujar Teten. (ANT)
Penulis: Yantina Debora
Editor: Ign. L. Adhi Bhaskara