tirto.id - Pendaftaran pemilihan presiden (Pilpres) 2024 dimulai pada Kamis (19/10/2023). Saat ini ada tiga nama bakal capres yang akan berkontestasi dalam pilpres tahun depan. Mereka adalah Ganjar Pranowo yang diusung PDIP dan koalisinya, Prabowo Subianto yang didukung Koalisi Indonesia Maju (KIM), dan Anies Rasyid Baswedan yang maju bersama Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP).
Menjelang pendaftaran capres-cawapres, arah kekuatan politik masing-masing kandidat mulai terlihat dari beberapa sigi survei terbaru. Persaingan ketiganya masih terus berlangsung dan belum terlihat ada kandidat capres yang memegang suara mayoritas.
Teranyar, hal ini tercermin dalam hasil survei yang dilakukan lembaga survei Ipsos Public Affairs pada Oktober 2023. Survei ini melibatkan 2.039 responden dengan metode wawancara tatap muka. Adapun pelaksanaan survei berlangsung pada 1-10 Oktober 2023 di 34 provinsi di Indonesia.
Survei ini memperlihatkan bakal capres Prabowo ada dalam urutan pertama pada simulasi 3 calon presiden. Ketua Umum Partai Gerindra ini unggul dengan 30,13%. Disusul ketat Ganjar Pranowo 29,77% dan di posisi ketiga ada Anies Baswedan dengan 20.00%.
Gambaran perolehan suara ini menunjukkan belum ada bakal capres dari tiga nama yang ada, telah menguasai mayoritas suara. Di sisi lain, terlihat persaingan ketat antara Prabowo dan Ganjar. Hasil survei Ipsos ini memperlihatkan bahwa selisih antara keduanya kurang dari 1%.
“Saya kira setiap kandidat punya modal politik masing-masing dan bisa melihat jeli basis potensi elektoralnya dan jika dimaksimalkan ini akan menguntungkan,” kata peneliti senior Ipsos Public Affairs, Arif Nurul Imam, dihubungi reporter Tirto, Selasa (18/10/2023) malam.
Sementara itu, jika ditimbang dari hasil suara berdasarkan demografi pemilih, Ganjar Pranowo unggul di Pulau Jawa dan DKI Jakarta. Diikuti Prabowo Subianto dan Anies Baswedan pada empat wilayah tersebut.
Di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta misalnya, Ganjar Pranowo unggul jauh dari dua kandidat lain dengan perolehan 49,40%. Hal ini semakin mempertebal anggapan bahwa PDIP hampir menguasai mayoritas pemilih di Jateng. Sementara di Jawa Timur, Ganjar unggul dengan angka 45,26% dan diikuti Prabowo dengan 34,05%.
Di sisi lain, Anies Baswedan masih terlihat belum memiliki suara signifikan di Jawa Timur (12,07%) dan Jawa Tengah (16,87%). Untuk diketahui, saat sigi survei ini dirilis, Anies merupakan satu-satunya kandidat yang sudah mengumumkan cawapres. Ia didampingi Muhaimin Iskandar atau Cak Imin dari PKB. Sementara PDIP, baru mengumumkan Mahfud MD sebagai cawapres Ganjar pada Rabu (18/10/2023).
“Untuk Anies-Cak Imin, bisa jadi ini faktor dari sosialisasi yang belum masif. Dan basis PKS dan PKB di akar rumput ini belum klop. Ini grass root mereka harus bisa menyatu mengegolkan pilpres Anies,” ujar Arif.
Kendati demikian, hasil menunjukkan bahwa suara Anies masih bersaing dan unggul di luar Jawa. Anies unggul di Maluku dan Papua dengan 40,46% dan di Banten dengan 35,96%. Mantan Gubernur DKI Jakarta ini juga berada di posisi kedua perolehan suara untuk wilayah Kalimantan dan Sulawesi.
“Namun pemilih terbesar tetap di Pulau Jawa. Meski Anies unggul di luar Jawa, dia harus serius menggarap di Jawa untuk menang, karena itu harus maksimal,” jelas Arif.
Juru bicara Anies Baswedan, Sudirman Said sempat menyatakan, pasangan Anies-Muhaimin hanya butuh demokrasi yang benar untuk menang. Demokrasi yang benar, kata dia, adalah pemilu yang jujur, serta aparatur dan penyelenggara negara yang netral.
“Mungkin kalau demokrasinya benar, insyaallah Anies-Muhaimin akan menang,” kata Sudirman di Jakarta Selatan, Selasa (17/10/2023) seperti dikutip Antara.
Menurut pengamat politik dari Populi Center, Usep Saepul Ahyar, masuknya Cak Imin tidak serta-merta membuat suara Anies terdongkel pesat. Perlu diingat, masuknya PKB membuat Partai Demokrat keluar dari Koalisi Perubahan. Hal ini dinilai Usep juga berpengaruh pada perolehan suara Anies di Jawa Timur dan Jawa Tengah.
“Makanya kan ketika Cak Imin atau PKB masuk, tidak semua [warga] NU bisa dibulatkan ke satu partai juga. Karena orang NU, pengurus dan kader itu tersebar di beberapa elite partai politik. NU dan Cak Imin juga sedikit konflik kita tau sejarahnya, memang harus kerja keras,” kata Usep dihubungi reporter Tirto, Selasa (18/10/2023).
Usep menambahkan, bagi Prabowo dan Ganjar, adanya cawapres akan berpengaruh pada persaingan keduanya. Kriteria cawapres yang dipilih, tidak boleh menjadi beban capres, tapi harus melengkapi kekurangan. Ia menilai alasan ini juga yang membuat kedua kandidat tersebut terasa alot dalam menentukan sekondan.
“Mereka mau nambah suara ke daerah yang dianggap lemah,” terang Usep.
Jawa Barat Lumbung Suara pada Pemilu 2024
Jawa Barat akan menjadi arena pertarungan yang ketat bagi ketiga kandidat capres. Pada Pemilu 2024, Provinsi Jawa Barat memiliki 35.714.901 pemilih atau yang terbanyak di Indonesia. Peneliti senior Ipsos Public Affairs, Arif Nurul Imam menilai, pemilih di Jawa Barat kebanyakan sudah mapan atau memiliki suara kuat pada salah satu kandidat.
Sigi survei Ipsos menghasilkan nama Ganjar Pranowo (32,32%) berada di puncak suara di Jawa Barat, disusul Prabowo (26,80%) dan Anies (11,98%).
Pendapat berbeda diutarakan peneliti politik dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Wasisto Raharjo Jati. Ia menilai persaingan suara di Jawa Barat akan semakin dinamis. Sebab, Jawa Barat silih berganti didominasi oleh kelompok pemilih berbeda-beda.
“Pernah dikuasai kelompok nasionalis dan pernah pula kelompok islamis religius. Jabar agak tricky memang ya, di mana kandidat itu harus bisa mendekati dengan karakter Jabar,” kata Wasisto dihubungi reporter Tirto.
Kandidat capres, kata Wasisto, harus bisa mendekati keberagaman masyarakat Jabar dengan cara yang berbeda-beda. Pemilih di Jawa Barat memiliki karakter-karakter unik tersendiri. Ia menilai bahwa pemilih Jawa Barat lebih cenderung dapat didekati dengan jaringan informal seperti organisasi masyarakat atau bahkan pengajian warga.
“Demografis Jabar itu unik ada yang metropolis, ada daerah kalangan pekerja, ada yang di pedesaan dan karakter ini punya cara pendekatan masing-masing,” jelas Wasisto.
Menurut analis politik dari Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Saidiman Ahmad, sejauh ini Prabowo Subianto cenderung lebih kuat di Jawa Barat. Salah satu sebabnya karena Jawa Barat memang sejak awal merupakan lumbung suara Prabowo di Pilpres 2014 dan 2019.
“Suara dia sekarang lebih banyak melanjutkan dari dua pilpres sebelumnya,” kata Saidiman dihubungi reporter Tirto, Selasa (18/10/2023).
Hal senada diungkapkan pemerhati politik dari Universitas Padjadjaran, Kunto Adi Wibowo. Ia menilai Jawa Barat masih didominasi oleh pemilih Prabowo Subianto. Ia sebut pemilih Prabowo di Pemilu 2019 masih tetap loyal dan setia hingga sekarang.
“Walaupun kemarin sempat hilang, sempat berpaling sebentar, tapi ini kembali lagi pemilih Prabowo. Pertempuran capres di Jawa Barat ini akan sangat menentukan,” ujar Kunto dihubungi reporter Tirto, Selasa (18/10/2023).
Prabowo Subianto sendiri sempat menegaskan bahwa gerbong pendukungnya hingga jelang pendaftaran capres-cawapres 2024, masih solid. Ia percaya Koalisi Indonesia Maju (KIM) konsisten untuk melanjutkan kerja-kerja dari Presiden Joko Widodo.
“Kami sudah solid dan memiliki team work yang kokoh,” kata Prabowo di kediamannya, Jakarta Selatan, Jumat (13/10/2023) malam.
Berebut Pemilih Jokowi
Berdasarkan survei yang dilakukan Litbang Kompas pada pekan kedua Oktober 2023, terhadap skema pilihan terhadap 3 nama, Ganjar memperoleh suara 34,1 persen. Bagi dua nama lain, mulai ada pergerakan yang lebih besar dari survei Litbang sebelumnya, jadi 31,3 persen untuk Prabowo dan 19,2 persen untuk Anies.
Kendati demikian, meskipun elektabilitas Ganjar menempati urutan teratas pada pilihan secara bebas dan pada simulasi 3 nama, hasil ini dinilai belum cukup menjamin kemenangannya jika berhadapan langsung dengan Prabowo.
“Hasil survei menunjukkan ada akumulasi perolehan suara untuk Prabowo pada skema head to head ketika dua calon berhadapan,” tulis Litbang Kompas, Selasa (10/10/2023).
Sementara itu, jika Prabowo berhadapan dengan Anies, maka Prabowo unggul jauh dengan selisih angka yang besar. Prabowo unggul dengan 65,2 persen dan Anies 34,8 persen. Jarak elektabilitas Anies juga masih terpaut cukup jauh dari Ganjar, yaitu mencapai 20,2 persen jika keduanya berhadapan langsung.
Pada pertarungan geopolitik di wilayah Jawa, Ganjar masih menguasai suara dengan dukungan saat ini 39,6 persen pada skema tiga calon, sementara Prabowo 28,8 persen dan Anies Baswedan di angka 16,7 persen.
“Di Jawa Tengah, suara Prabowo meningkat cukup pesat meski masih jauh di bawah perolehan Ganjar,” tulis Litbang Kompas.
Kunto mewanti-wanti bahwa perolehan suara Ganjar dan Prabowo di Jawa dapat kedodoran saat memilih pasangan cawapres yang tidak kompatibel. Perolehan suara masih dapat berubah dan terlihat jelas saat figur cawapres mulai mendampingi seluruh kandidat.
“Calon wakil presiden yang ternyata enggak kompatibel positioning-nya dengan mereka, dan itu bisa justru berefek negatif,” ujar Kunto.
Yang menarik dalam pemilu kali ini, demikian temuan Litbang Kompas, adanya perebutan mendapatkan suara pemilih yang pada Pemilu 2019 memilih Jokowi. Sejauh tertangkap dalam survei periodik Litbang Kompas, suara terbesar dari pemilih Jokowi masih mengalir ke Ganjar, yakni 63,6 persen.
Hal tersebut terjadi jika Ganjar hanya berhadapan dengan Prabowo. Meski demikian, juga terdapat kecenderungan kian tergerogotinya suara pemilih Jokowi yang mengalir ke Ganjar.
“Sebaliknya, suara pemilih Jokowi yang mengalir ke Prabowo kian besar meski masih jauh dari yang didapatkan Ganjar,” tulis Litbang Kompas.
Di sisi lain, hubungan Jokowi dengan PDIP disebut makin menegang belakangan ini. Hal ini dipicu kabar kedekatan Jokowi pada kubu Prabowo. Ditambah, maraknya aliran dorongan dari berbagai elemen yang menginginkan putra sulung Jokowi, Gibran Rakabuming Raka, menjadi cawapres Prabowo.
Wakil Ketua Tim Koordinasi Relawan Pemenangan Pilpres (TKRPP) PDI Perjuangan, Adian Napitupulu menegaskan, meski tidak didampingi dukungan Jokowi, Ganjar harus tetap menang. Ia meminta pemilih memastikan rekam jejak kandidat capres yang akan berlaga pada Pemilu 2024.
“Bersama atau tidak bersama Jokowi, Ganjar harus menang,” kata Adian di Kota Malang, Senin (16/10/2023) seperti dilansir lama PDIP.
Penulis: Mochammad Fajar Nur
Editor: Abdul Aziz