tirto.id - Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor, Jawa Timur, Hasan Abdullah Sahal secara resmi membuka perayaan peringatan 100 tahun Gontor. Pelaksanaan tersebut dibuka secara resmi dengan penabuhan beduk sebagai tanda dimulainya peringatan.
“Allahu akbar, Allahu akbar,” kata Hasan saat menabuh beduk pada Rabu (27/9/2023).
Sebelum membuka acara, Hasan menyampaikan sejumlah pesan dalam pidatonya. Di antaranya dorongan agar menjaga persatuan antar bangsa baik di level partai politik maupun organisasi keagamaan.
“Andaikata NU dan Muhammadiyah bersatu. Dahsyat Indonesia,” kata pria kelahiran 24 Mei 1947 itu.
Menurut Hasan, salah satu faktor masyarakat di Indonesia sulit untuk bersatu adalah faktor keengganan untuk menata hati. Dia berharap setiap individu masyarakat mau menginstrospeksi demi persatuan.
“Masalahnya cuma satu, orang Indonesia yang dinyanyikan cuma Tombo Ati. Warga dan partai di Indonesia agar Noto Ati (menata hati), karena tidak bisa Noto Ati akhirnya Sakit Ati lalu menyanyikan Tombo Ati," terangnya.
Selain menyampaikan pesan mengenai tata hati, Hasan juga mengibaratkan mengenai keteladanan. Dia menilai, keteladanan telah menjadi barang langka di Indonesia. Oleh karenanya perlu didorong setiap lembaga pendidikan agar para pemimpinnya menjadi teladan, bukan sekadar memberi contoh.
“Kami mendesain pondok ini dengan keteladanan, memberi contoh itu pekerjaan orang awam, tapi menjadi teladan itu pekerjaan luar biasa,” kata dia.
Nantinya peringatan 100 tahun Gontor akan dilakukan dalam kurun tiga tahun dan ditutup pada 20 September 2026.
Penulis: Irfan Amin
Editor: Abdul Aziz