Menuju konten utama

Perlunya Orangtua Mewaspadai Diabetes Melitus pada Anak

"Siapa saja tidak harus menunggu faktor keturunan dapat terkena diabetes DM tipe-1."

Perlunya Orangtua Mewaspadai Diabetes Melitus pada Anak
Diabetes pada anak. Getty Images/iStockphoto

tirto.id -

Orangtua mesti mewaspadai gejala-gejala Diabetes Melitus (DM) pada anak. Gejala tersebut di antaranya adalah sering haus, lapar, kencing, gatal, dan berat badan menurun drastis.

Hal tersebut disebutkan Ahli endokrin anak Dr. dr. Aman Pulungan, Sp.A (K) saat berbincang usai acara “Kenali Gejala Dini Kanker Pada Anak” di Jakarta, sebagaimana diberitakan Antara.

"Pasien diabetes anak ini sudah mencapai 97 juta orang di Indonesia, baik untuk kasus DM tipe-1 dan DM tipe-2. Untuk kasus DM tipe-1 itu paling banyak jumlahnya ketimbang DM tipe-2 . Namun, DM tipe-2 ini juga cenderung meningkat jumlahnya," ungkap Aman.

Aman menjelaskan, orangtua selain memerhatikan ciri fisik anak, perlu juga untuk memeriksakan gula darah anak.

“Untuk kadar gula darah normal anak itu antara 100 mg/dl hingga 200 mg/dl. Tapi, bila kadar gula darah lebih dari 200 mg/dl itu sudah dikategorikan diabetes,” imbuhnya.

Khusus pada kasus DM tipe-1, sambungnya, komplikasi terparahnya adalah pasien meninggal. Sayangnya, anak dengan DM tipe-1 ini merupakan anak “terpilih”.

"Siapa saja tidak harus menunggu faktor keturunan dapat terkena diabetes DM tipe-1. Karena itu, anak-anak yang terkena itu diabetes tersebut disebut ‘mereka terpilih’. DM tipe-1 dipengaruhi gen tertentu, tapi bukan turunan. Penyebab dari diabetes ini adalah auto-imun," papar Dr. Aman.

Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia ini mengatakan bahwa ada faktor risiko yang memicu auto-imun dan kemudian meningkat menjadi DM.

"Adanya infeksi virus seperti arbovirus, polio, coxsackie. Selain itu, ada juga defisiensi vitamin D," imbuh Dr. Aman.

Kepala Divisi Endokronologi Departemen Kesehatan Anak RS Cipto Mangunkusumo/ FKUI ini menandaskan bahwa DM tipe-1 ini bila tidak diketahui sejak awal dan tak tertangani dengan baik berujung pada kematian.

"Untuk DM tipe-2 ini, data agak sulit didapat. Sehingga, karena belum parah dibiarkan saja. Baru pada usia di atas 18 tahun akan ketahuan DM," tutur Dr. Aman.

Kasus DM pada anak ini di Indonesia ini bagaikan fenomena gunung es. Oleh karena itu, anggota Dewan Penasehat Physician International Society for Pediatric and Adolescent Diabetes ini menyarankan agar antisipasi DM pada anak dilakukan sejak dini.

"Seperti kasus DM anak yang banyak ditemukan di Jepang. Anak-anak di sana diminta untuk tes urin sehingga ketahui dari awal berapa banyak anak yang menderita diabetes. Apalagi, data saya menyebutkan bahwa terdapat 40 persen anak di Indonesia yang mengalami resisten insulin," ujar Aman.

Infografik sc waspada diabetes melitus pada anak

Infografik sc waspada diabetes melitus pada anak.(tirto.id/Fuad)

Baca juga artikel terkait DIABETES ANAK

tirto.id - Kesehatan
Sumber: antara
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Yulaika Ramadhani