tirto.id - Perekonomian dunia diproyeksikan tumbuh sebesar 2,7 persen pada 2017 dan 2,9 persen pada 2018. Hal ini menunjukkan bahwa ekonomi global belum bangkit dari periode pertumbuhan yang lambat, kata sebuah laporan PBB yang diluncurkan di New York pada Selasa (17/1/2017).
PBB mencatat bahwa pada 2016, ekonomi dunia berkembang hanya 2,2 persen, laju pertumbuhan paling lambat sejak Resesi Besar pada 2009.
Laporan bertajuk “World Economic Situation and Prospect” PBB tersebut menunjukkan pemulihan moderat ini lebih merupakan indikasi stabilisasi ekonomi daripada sinyal kebangkitan yang kuat dan permintaan global yang berkelanjutan.
"Mendasari ekonomi global yang lesu adalah kecepatan lemah dari investasi global, berkurangnya pertumbuhan perdagangan dunia, lesunya pertumbuhan produktivitas dan tingkat utang yang tinggi," bunyi laporan itu, seperti dikutip dari Antara, Rabu (18/1/2017).
Laporan ini mencatat bahwa prospek ekonomi global tetap tunduk pada ketidakpastian signifikan dan risiko-risiko yang berpeluang mendorong penurunan yang berpotensi menghambat perkiraan pertumbuhan moderat untuk 2017-18.
Dikatakan, di antara ketidakpastian itu adalah kenaikan suku bunga di Amerika Serikat, perubahan yang akan terjadi oleh pemerintahan baru Amerika Serikat untuk kebijakan perdagangan internasional serta Brexit, dan implikasi potensial untuk pergerakan bebas barang dan pekerja di Eropa.
"Dunia perlu melipatgandakan upaya guna membawa ekonomi global kembali pada jalur pertumbuhan yang lebih kuat dan lebih inklusif serta menciptakan lingkungan ekonomi internasional yang kondusif untuk pembangunan berkelanjutan," kata Lenni Montiel, asisten sekretaris jenderal PBB untuk pembangunan ekonomi, saat peluncuran laporan di Markas Besar PBB di New York.
Dalam rangka untuk memulihkan ekonomi global ke lintasan pertumbuhan yang sehat dalam jangka menengah, dibutuhkan pendekatan kebijakan yang lebih seimbang, kata laporan itu.
"Regulasi keuangan yang efektif dan insentif akan memobilisasi sumber daya dan mendorong investasi di bidang infrastruktur, pelayanan sosial dan teknologi hijau yang inklusif dan tangguh," katanya.
Selain itu, kebijakan-kebijakan akan mendorong lingkungan bisnis yang dinamis selaras dengan pembangunan berkelanjutan, termasuk akses inklusif untuk keuangan, prosedur administrasi yang transparan dan kerangka regulasi yang efektif, tambahnya.
Laporan ini juga menyerukan kerja sama internasional yang lebih dalam di bidang-bidang seperti mempercepat transfer teknologi bersih, mendukung pembiayaan iklim, memperkuat kerja sama pajak internasional dan menanggulangi arus keuangan terlarang.
Penulis: Mutaya Saroh
Editor: Mutaya Saroh