Menuju konten utama

Perbedaan Manajemen Konflik dan Resolusi Konflik

Perbedaan manajemen konflik dan resolusi konflik terletak pada tingkatan dan tujuannya. Simak penjelasan lengkapnya berikut ini.

Perbedaan Manajemen Konflik dan Resolusi Konflik
Ilustrasi manajemen konflik. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Interaksi yang terjadi dalam kelompok sosial atau masyarakat secara umum tidak bisa lepas dari potensi terjadinya konflik. Lantas, apa yang dimaksud dengan konflik?

Konflik adalah perseteruan, cekcok, perselisihan, atau pertentangan fisik dengan kekerasan, yang terjadi antarkelompok atau antarindividu dalam masyarakat.

Latar belakang terjadinya konflik bisa beragam, mulai dari perbedaan adat istiadat, keyakinan, hingga pengetahuan. Berikut ini ciri-ciri konflik sosial:

  • Melibatkan dua orang atau lebih.
  • Seluruh pihak saling tarik-menarik dalam aksi-aksi saling bermusuhan (mutually opposing actions).
  • Pihak-pihak yang berkonflik cenderung menjalankan perilaku koersif untuk menghadapi dan menghancurkan “musuh”.
  • Interaksi pertentangan antarpihak yang berkonflik tidak sehat dan seringkali bernada tinggi
  • Konflik berdampak positif dan negatif bagi masyarakat. Kendati positif, masyarakat tetap merasakan emosi negatif, yang berpengaruh buruk terhadap pihak-pihak dalam konflik.
Konflik tidak dapat dibiarkan berlarut-larut terjadi karena berpotensi terjadi peningkatan konflik (eskalasi) hingga tahap puncak. Maka dari itu, konflik sebaiknya ditangani secara tepat sehingga intensitasnya menurun dan berhenti. Contoh metode atau cara menangani konflik adalah manajemen dan resolusi konflik.

Apa yang Dimaksud Manajemen Konflik?

Manajemen konflik adalah cara-cara yang ditempuh untuk mengurangi peningkatan atau perluasan konflik. Alih-alih berfokus mencari solusi akhir dari konflik secara langsung, manajemen konflik lebih berupaya mengontrol agar permasalahan tidak terlalu meluas atau meningkat.

N. Lyamouri-Bajj, dkk. dalam Youth Transforming Conflict (2012) menjelaskan, manajemen konflik cara menyelesaikan konflik yang lebih menekankan pada kemampuan mengendalikan intensitas konflik, dampak, dan efeknya, melalui berbagai metode seperti intervensi, negosiasi, upaya diplomatik, serta mekanisme kelembagaan.

Dalam manajemen konflik, penyelesaian masalah dilakukan melalui jalur informal. Seluruh pihak menghormati kepentingan satu sama lain dalam berkomunikasi, berkolaborasi, dan kooperatif untuk mencari solusi. Ada beberapa bentuk penanganan konflik dalam manajemen konflik di antaranya sebagai berikut:

1. Dialog

Dialog berperan penting dalam upaya manajemen konflik. Masing-masing pihak akan melakukan refleksi atau memikirkan secara kritis adanya perbedaan, harapan hidup bersama, dan sikap konformitas dalam masyarakat. Tujuan utamanya adalah menciptakan konsensus atau kesepakatan bersama.

2. Pertemuan (convening)

Pertemuan dalam hal ini tidak hanya melibatkan pihak-pihak yang berkonflik, melainkan juga pihak ketiga yang netral. Pihak ketiga akan mengajak masing-masing pihak yang berkonflik untuk berpartisipasi dalam penyelesaian masalah. Beberapa hal yang akan diidentifikasi meliputi akar penyebab konflik, seluruh entitas yang terpengaruh, serta memilih cara terbaik dalam penyelesaian sengketa.

3. Negosiasi

Negosiasi adalah perundingan secara tatap muka antara pihak-pihak yang berkonflik untuk mencari kesepakatan atau solusi yang menguntungkan keduanya (win-win solution).

4. Mediasi

Mediasi merupakan upaya penyelesaian konflik dengan didampingi pihak ketiga. Dalam upaya mediasi, pihak ketiga lebih aktif mengarahkan proses diskusi atau penyelesaian masalah sehingga menghasilkan titik terang.

5. Arbitrase

Arbitrase merupakan penyelesaian konflik secara formal yang melibatkan pihak ketiga sebagai pencari solusi penyelesaian masalah. Dalam arbitrase, seluruh pihak harus menerima keputusan yang dihasilkan pihak ketiga.

6. Ajudikasi

Ajudikasi merupakan penyelesaian konflik yang melibatkan pihak ketiga dengan peran penuh dalam memberikan keputusan.

Apa yang Dimaksud Resolusi Konflik?

Resolusi konflik adalah metode yang digunakan untuk menemukan solusi akhir dari konflik dengan cara-cara demokratis dan konstruktif.

Resolusi konflik mengajak antarpihak konflik untuk bersama dan sepakat mengakhiri perseteruan lewat negosiasi atau bentuk lain yang dapat diterima tanpa melalui otoritas hukum atau kekuatan tertentu.

Masih dari buku Youth Transforming Conflict (2012), Lyamouri-Bajja, dkk. menjelaskan tujuan resolusi konflik yakni menyelesaikan konflik secara tuntas sehingga kebutuhan pihak-pihak terpenuhi.

Akan tetapi dalam prakteknya, resolusi konflik harus dilakukan melalui pengamatan secara seksama. Ruang dialog dalam resolusi konflik hendaknya mampu menampung kepentingan semua pihak untuk menyampaikan tuntutan tanpa merasa terintimidasi atau dirugikan. Kunci resolusi konflik dalam masyarakat adalah musyawarah mufakat untuk menentukan solusi penyelesaian masalah.

Perbedaan Manajemen Konflik dan Resolusi Konflik

Dalam menyelesaikan konflik, pihak-pihak yang bertikai dapat menerapkan resolusi konflik atau manajemen konflik, atau bahkan kombinasi keduanya, tergantung tingkat konflik yang terjadi.

Manajemen konflik dan resolusi konflik memiliki beberapa perbedaan. Penny Kurnia Putri, dalam jurnal Manajemen Konflik dan Resolusi Konflik: Sebuah Pendekatan Terhadap Perdamaian (2022), menjelaskan perbedaan resolusi konflik dan manajemen konflik.

Manajemen konflik mendorong pihak-pihak yang bertikai untuk bekerja sama, bahkan ketika konflik tengah berkecamuk. Sementara itu, revolusi konflik berusaha mengakhiri perseteruan dengan menyudahi atau mengurangi intensitas dampak melalui pencarian solusi.

Beberapa perbedaan lain resolusi konflik dan manajemen konflik dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:

Resolusi KonflikManajemen Konflik
Jenis MasalahBerlaku untuk masalah yang dapat dipecahkanBerlaku untuk masalah kronis
Jenis SolusiMemberikan solusi yang pastiBerfokus pada manajemen yang sedang berlangsung
Penanganan KonflikBertujuan untuk menghilangkan konflik sama sekaliBertujuan untuk meminimalkan efek negatif dari konflik
TujuanMengembalikan keharmonisan hubunganMenjaga agar hubungan tetap fungsional

Baca juga artikel terkait SOSIOLOGI atau tulisan lainnya dari Syamsul Dwi Maarif

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Syamsul Dwi Maarif
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Fadli Nasrudin