tirto.id - Penulisan teks perlu memperhatikan kohesi dan koherensi. Kohesi merupakan hubungan formal di antara elemen-elemen teks untuk membuat struktur yang teratur. Sementara itu, koherensi berupa keterkaitan bagian-bagian teks yang menciptakan kesatuan makna.
Persamaan kohesi dan koherensi adalah sama-sama berkaitan dengan keterpaduan dalam teks atau wacana. Kohesi dan koherensi penting karena dapat menggaransi bahwa pesan dari sebuah teks dapat dipahami.
Lantas, apa yang membedakan kohesi dan koherensi? Untuk mengenali perbedaan kedua hal ini, simak terus pembahasan berikut!
Apa Yang Membedakan Kohesi dan Koherensi?
Perbedaan kohesi dan koherensi terletak di impaknya pada suatu teks. Kohesi mendasari keterpaduan bentuk unsur-unsur dalam suatu teks dari segi gramatikal dan leksikal. Beda halnya dengan koherensi yang memastikan teks memuat makna yang jelas dan utuh.
Menurut Mulyana melalui Kajian Wacana: Teori, Metode, & Aplikasi Prinsip-prinsip Analisis Wacana (2005), kohesi dan koherensi menjadi syarat hadirnya kewacanaan (tesktualitas) dalam teks. Kohesi untuk keteraturan bentuk, koherensi mewujudkan kepaduan makna.
Membuat kohesi berarti memakai berbagai unsur bahasa untuk membentuk hubungan di antara kata maupun kalimat agar teks melahirkan kesatuan wacana yang terpadu. Kohesi menjaga kesinambungan dalam hubungan antarkata dan antarkalimat dengan pemakaian konjungsi, antonim, sinonim, hingga frasa transisi.
Di sisi lain, koherensi memastikan kepaduan makna lewat pembentukan pola keterkaitan ide di antara berbagai kalimat. Sedehananya, koherensi terbentuk oleh pertalian makna di antara segenap kalimat dalam teks.
Agar lebih paham, simak penjelasan perbedaan kohesi dengan koherensi dalam wacana serta paragraf di bawah ini!
Perbedaan Kohesi dan Koherensi dalam Wacana
Wacana adalah rangkaian kalimat yang mengaitkan sejumlah proposisi (ungkapan) untuk menjadi kesatuan makna sehingga suatu gagasan atau konsep dapat dipahami. Maka dari itu, wacana bisa mewujud dalam rupa karangan buku, novel, atau bentuk lain yang berisi konsep tertentu maupun gagasan.
Mengacu ke penjelasan dalam Kohesi Dalam Media Massa Cetak Bahasa Indonesia (2000) karya Suladi, dkk., dalam bentuk lisan maupun teks, wacana mesti tersusun dari kalimat-kalimat yang berkesinambungan dan terpadu. Konsekuensinya, wacana mesti kohesif dan koheren.
Masih menukil dari sumber yang sama, kohesi dalam wacana merupakan kesinambungan di antara berbagai proposisi yang menjadi unsurnya. Kohesi akan membuat maksud dari wacana dapat ditangkap dengan baik.
Contohnya, menghadirkan relasi sebab-akibat antarklausa maupun antarkalimat dengan penempatan konjungsi 'sebab' atau 'karena'. Misal yang lain adalah menerangkan bahwa ada pertentangan di antara proposisi melalui pemakaian konjungsi 'tetapi' atau 'namun'.
Terdapat banyak jenis hubungan kohesi di wacana selain sebab-akibat dan pertentangan, seperti: perkecualian; konsesif; metaforis; hiponimi; dan lain sebagainya.
Bentuk kohesif dalam wacana di atas berbeda dengan koheren. Koherensi dalam wacana adalah pertalian semantis (maknawi) antara satu unsur dengan yang lain. Pertalian unsur-unsur dalam wacana ini terbentuk oleh reaksi antarujaran.
Artinya, masing-masing ujaran merupakan respons terhadap yang lain. Ini menyebabkan koherensi dalam ucapan lisan acap kali tidak harus dibarengi kohesi antarunsur wacana. Kohesi lebih sering dibutuhkan dalam teks.
Ketika mendatangi minimarket, banyak pembeli biasanya hanya berucap "ada tisu," "ada sabun," atau "ada permen," dan kasir langsung paham maksudnya. Hanya dari dua kata disertai intonasi dan gestur tertentu, kasir bisa paham bahwa pembeli mau membeli tisu, sabun, atau permen. Penyampaian pesan seperti itu sulit dibentuk dalam teks tulis.
Kesimpulannya, kohesi dalam wacana berkaitan dengan unsur-unsur gramatikal maupun leksikal yang menjaga keterkaitan antarkalimat sebagai kesatuan. Kohesi merujuk pada penggunaan kata, frasa, klausa, hingga kalimat yang menghubungkan unsur-unsur dari wacana secara langsung.
Sebaliknya, koherensi dalam wacana mengacu kepada hubungan logis di antara berbagai unsur pembentuknya. Koherensi dalam wacana memerlukan kejelasan struktur ide.
Perbedaan Kohesi dan Koherensi dalam Paragraf
Kohesi dan koherensi dalam paragraf bermanfaat memastikan isinya bisa terbaca dengan baik dan mudah dipahami. Namun, tetap saja keduanya berbeda.
Kohesi dalam paragraf tercipta akibat pemakaian pronomina (kata ganti), konjungsi (kata penghubung), repetisi (pengulangan kata), elipsis (tanda baca), pengulangan kata kunci, referensi yang mengacu pada frasa sebelumnya, serta substitusi (penggantian kata yang masih sejenis).
Contoh kohesi dalam kalimat seperti: "Saya pergi ke pasar pagi ini. Di sana saya membeli beberapa sayuran dan buah segar." Kata 'di sana' merujuk ke 'pasar.' Hal ini menciptakan hubungan kohesif antarkalimat. Kalimat-kalimat kohesif seperti itu perlu termuat di dalam setiap paragraf.
Lain halnya dengan koherensi yang bisa diwujudkan dengan adanya kesatuan ide. Contoh koherensi dalam paragraf bisa disimak di bawah ini:
"Pendidikan adalah hal sangat penting dalam kehidupan. Melalui pendidikan, seseorang bisa mendapatkan pengetahuan yang lebih luas dan keterampilan yang diperlukan untuk mengembangkan potensi diri. Dengan pendidikan yang baik, seseorang juga akan lebih mudah mendapatkan pekerjaan layak dan memiliki peluang untuk sukses dalam hidup."
Paragraf di atas termasuk koheren karena semua kalimatnya mengusung ide utama, yaitu pentingnya pendidikan. Hubungan antarkalimatnya juga logis sehingga makna pesan yang disampaikan dalam paragraf tersebut bisa dipahami dan masuk akal.
Penulis: Anis Endang Sunarsih
Editor: Addi M Idhom