tirto.id - Ekonom Senior Universitas Indonesia Faisal Basri meyakini penurunan suku bunga kredit oleh Bank Indonesia tidak akan berdampak banyak bagi ekonomi. Faisal bilang kebijakan BI tertahan oleh fakta bahwa masyarakat masih merasakan ketidakpastian akibat kasus COVID-19 RI yang masih cukup tinggi.
“Respons ekonomi dari pemerintah dan BI sudah maksimum. BI sudah turunkan BI rate (suku bunga acuan) sampai 3,75 persen bulan ini tapi tidak nendang. Karena apa? Karena COVID-19,” ucap Faisal dalam Webinar Proyeksi Ekonomi Indonesia 2021: Jalan Terjal Pemulihan Ekonomi, Kamis (26/11/2020).
Faisal bilang sejumlah pengusaha masih memutuskan untuk belum mau mencairkan kredit sekalipun ada bank yang tetap mau menyediakannya. Ia bilang pelaku usaha melihat tren konsumsi yang menurutnya belum menunjukan perbaikan signifikan sehingga menjadi hambatan dalam ekspansi usaha mereka. Belum lagi bank juga berhati-hati menyalurkan kreditnya lantaran memperhatikan kemampuan bayar debitur.
Akibatnya Faisal bilang kredit terus melemah padahal sepanjang pandemi BI telah menurunkan suku bunga hingga 4 kali dan menjadi 8 kali jika dihitung dari tahun 2019. Kenyataannya pertumbuhan kredit malah menyentuh titik kontraksi 0,5 persen yang terus memburuk dari posisi terakhir di akhir Desember 2019 tumbuh 5,9 persen.
“Pertama kalinya terjadinya kontraksi kredit 0,5 persen pada bulan Oktober. First time (pertama kali) setelah krisis,” ucap Faisal.
Karena itu, Faisal mengingatkan kembali kalau perekonomian tak akan membaik tanpa penanganan COVID-19 yang memadai. Berbagai kebijakan ekonomi oleh pemerintah dan BI dipastikan tidak akan bisa berdampak maksimal selama pemerintah masih gagal meyakinkan masyarakat kalau COVID-19 bisa dikendalikan di samping menanti vaksin.
“Ini membuktikan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah menangani virus relatif rendah. Trial and error (coba-coba) terus,” ucap Faisal.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Restu Diantina Putri