Menuju konten utama

Penjelasan Jokowi Soal Potensi Bank Wakaf Dorong Usaha Kecil Tumbuh

Jokowi mencontohkan segmen garapan bank wakaf mikro adalah pelaku usaha penjualan gorengan, nasi uduk, warung sembako dan sejenisnya.

Penjelasan Jokowi Soal Potensi Bank Wakaf Dorong Usaha Kecil Tumbuh
Presiden Joko Widodo didampingi Ketua MUI KH Maruf Amin, Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso berdialog dengan petugas konter Bank saat Peluncuran Bank Wakaf Mikro Tanara di Serang, Rabu (14/3/2018). ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman.

tirto.id - Presiden Joko Widodo optimistis keberadaan bank wakaf mikro akan mendorong perkembangan ekonomi mikro dan kecil. Karena itu, pemerintah menaikkan target pembukaan bank wakaf di tahap pertama, dari 20 menjadi 40 unit.

“Kemudian setelah itu akan terus bergulir tambah, tambah untuk apa? Ekonomi di bawah ini harus diberi ruang, karena yang ingin pinjam tetapi tidak punya agunan, nah ini ke sini,” kata Jokowi pada Rabu (14/3/2018) seperti dilansir laman Sekretariat Kabinet.

Jokowi menyatakan hal ini usai meluncurkan program Bank Wakaf Mikro An Nawawi Tanara, di Pondon Pesantren An Nawawi Tanara, Serang, Provinsi Banten, hari ini.

Jokowi mencontohkan segmen garapan bank wakaf adalah pelaku usaha penjualan gorengan, nasi uduk, warung sembako dan sejenisnya. Dia berharap keberadaan bank-bank wakaf membuka peluang para pelaku usaha mikro untuk mengakses pinjaman.

Jokowi menambahkan butuh dana Rp8 miliar untuk pembukaan setiap bank wakaf mikro. Sementara besaran pinjaman bank wakaf disesuaikan kondisi peminjam untuk memperkecil risiko kredit macet.

“Kalau di sini, Bank Wakaf Mikro An Nawawi Tanara, pertama Rp1 juta. Begitu dilihat berkembang, mungkin akan ditambah Rp2 juta,” ujar dia.

Bank wakaf juga menginisiasi pembentukan kelompok para pengakses pinjaman. Kelompok itu bisa rutin bertemu setiap pekan sambil mengangsur pinjaman. “Ini sebuah model, sebuah sistem yang bagus, yang nanti akan kita copy di tempat yang lain,” ujarnya.

Menurut Jokowi, pesantren menjadi fokus pengembangan bank wakaf karena berpotensi membentuk komunitas bisnis dan ekosistem usaha. “Saya kira tahapannya ke arah itu, tapi memang ada pesantren yang belum memiliki komunitas bisnis sehingga ekosistem itu harus dibangun dari nol,” kata Jokowi.

Dia berjanji akan mendorong banyak donatur untuk mendonasikan dananya bagi pengembangan bank wakaf. “Kita menyakini akan banyak memberikan donasi karena ini betul-betul bermanfaat, tidak sekali beri langsung hilang. Ini akan berputar di masyarakat,” kata dia.

Jokowi juga menilai angsuran pinjaman di bank wakaf terhitung ringan. Dia mencatat pinjaman ke Bank Wakaf Mikro An Nawawi Tanara bisa diangsur setiap pekan sebesar Rp26.000 dan hanya dikenakan biaya administrasi 3 persen per tahun.

“Bayangkan dengan bank biasa, bank konvensional itu sekarang bunganya mungkin 12 persen, apalagi kalau ke rentenir bisa 40 persen sampai 50 persen atau bahkan sampai 60 persen,” kata dia.

Sementara itu, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso menilai program bank wakaf mikro dapat mendorong pengembangan keuangan syariah.

"Program bank wakaf mikro dapat direplikasi dan diperluas cakupan wilayah pendiriannya sehingga dapat menjadi basis perluasan akses pembiayaan dan pemberdayaan ekonomi umat," kata dia seperti dikutip Antara.

Dia menambahkan pendirian satu bank wakaf memerlukan dana Rp8 miliar karena ditargetkan mampu menjangkau 3 ribu nasabah. Skema pembiayaan melalui bank wakaf mikro adalah pinjaman tanpa agunan dengan nilai maksimal Rp3 juta dan margin bagi hasil setara 3 persen.

Wimboh mengatakan, untuk menjaga efektivitas pembiayaan melalui bank wakaf mikro, OJK berharap ada pendampingan kepada nasabah sesuai dengan bidang usahanya.

OJK telah memfasilitasi pendirian 20 bank wakaf mikro di Jawa. Hingga awal Maret 2018, 20 bank wakaf mikro itu telah menyalurkan pembiayaan kepada 2.784 nasabah senilai total Rp2,45 miliar. "Rencananya OJK akan mendirikan 20 bank wakaf mikro lagi, terutama untuk di luar Jawa," ujar Wimboh.

Baca juga artikel terkait PELAKU USAHA MIKRO atau tulisan lainnya dari Addi M Idhom

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Addi M Idhom
Penulis: Addi M Idhom
Editor: Addi M Idhom