tirto.id -
Pada Pilpres 2014 lalu, pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa unggul dari Jokowi-Jusuf Kalla dengan perolehan 59,78 persen melawan 40,22 persen. Hal ini yang berusaha dipertahankan oleh simpatisan atau pendukung Prabowo-Sandiaga Uno sekarang.
"Ya bisa saja begitu. Yang jelas mereka [oposisi] sangat ingin mempertahankan keunggulan di Jawa Barat," kata Ujang kepada Tirto, Senin (25/2/2019).
Ujang menegaskan kemenangan di Jawa Barat bisa menjadi sangat menentukan. Selain memiliki penduduk terbanyak, suara mayoritas umat Islam memang ada di Jawa Barat.
Menurut Ujang, petahana memang mempunyai keuntungan dalam melakukan kampanye karena sudah mempunyai bekal capaian kerjanya. Hanya dengan hoaks dan fitnah, capaian itu bisa tidak digubris oleh masyarakat.
"Petahana itu sedang diuji kinerjanya. Tapi lawan politik bisa jadi untuk memenangkan daerah bergengsi itu melakukan apapun, makanya membuat hoaks mengizinkan perkawinan sejenis tadi," ucap Ujang lagi.
Isu hoaks menyerang kubu Jokowi di Jawa Barat dalam sepekan terakhir. Dalam video yang beredar di media sosial, ada sekitar dua orang perempuan paruh baya atau disebut sebagai emak-emak sedang berkomunikasi dengan warga.
Warga yang berada di tempat tinggalnya didatangi dan diberitahu bahwa jika Jokowi menang, maka suara azan akan dilarang. Sebaliknya, pernikahan sejenis akan dibolehkan.
Dalam bahasa Sunda, perempuan itu mengatakan, "Moal aya deui sora azan, moal aya deui nu make tieung. Awene jeung awene meunang kawin, lalaki jeung lalaki meunang kawin."
Padahal Jokowi mengambil Ma'ruf sebagai cawapresnya. Bagi Ujang, Ma'ruf tentu tidak akan mengizinkan Jokowi melegalkan pernikahan sesama jenis, bilamana Jokowi memang berniat demikian.
"Nggak mungkin lah. Di Jokowi notabenenya ada Ma'ruf Amin sebagai kyai," tegasnya.
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Agung DH