tirto.id -
Menurut Fahmi, sikap purnawirawan, baik di kubu 01 maupun kubu 02 tidak diperlukan dalam Pemilu 2019 dan justru memperburuk kondisi politik Indonesia.
"Para purnawirawan ini, baik yg di 01 maupun di 02 sama saja. Lebih banyak memanas-manasi dan memperkeruh situasi. Padahal belum tentu juga mereka mengikuti dan paham dinamika politik terkait proses pemilu yang sedang berlangsung," kata Fahmi kepada Tirto, Senin (21/5/2019).
Fahmi menganalogikan, perilaku para purnawirawan TNI ini seperti perdebatan ayam dan telor. Sebab, mereka saling kritik antar-purnawirawan. Apalagi, kritik purnawirawan tersebut melibatkan tokoh-tokoh yang sudah tua.
"Kadang kasihan juga lihat para purnawirawan yang sudah berusia senja itu ditarik-tarik untuk agenda politik para juniornya," tutur Fahmi.
Menurut Fahmi, keberadaan purnawirawan ini dalam dunia politik tidak terlalu signifikan. Ia beralasan, para purnawirawan tidak punya pengaruh karena sudah tidak punya jabatan.
"Nggak signifikan. Apalagi kalau pensiunan tanpa jabatan. Kecuali beberapa nama tertentu yang relatif populer dan opininya berpotensi mempengaruhi persepsi publik," kata Fahmi.
Fahmi memandang, aksi para purnawirawan sebaiknya tidak memicu hal buruk. Ia meminta para purnawirawan tidak memanfaatkan situasi panas untuk kepentingan tertentu.
"Sebagai partisan atau pendukung, para purnawirawan baik yg di 01 maupun di 02 ini sebaiknya tidak bikin situasi makin panas dan keruh dan jangan pula memanfaatkan situasi ini untuk kepentingan diri dan kelompoknya saja," ujar Fahmi.
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Agung DH