tirto.id - Kepala Laboratorium Geodesi Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Institut Teknologi Bandung (ITB) Heri Andreas menyatakan banjir rob yang terjadi di kawasan Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, Jawa Tengah (Jateng), merupakan dampak dari kerusakan lingkungan.
Heri mengatakan solusi untuk mengatasi masalah ini yakni program pengelolaan tanah (land management) dan pengelolaan air (water management).
“Ya bisa dikatakan debagai dampak dari kerusakan lingkungan air,” kata Heri kepada reporter Tirto, Senin (30/5/2022) siang.
Heri menuturkan penyebab dari banjir rob berawal eksploitasi air tanah yang berlebihan.
“Selain merusak akuifer tanah, juga menyebabkan tanah di atasnya turun (land subsidence). Tanah yang terus turun menyebabkan posisinya menjadi lebih rendah dari laut, akibatnya kerap terjadi banjir rob,” kata dia.
Heri mengatakan banjir rob dapat dicegah dengan memperbaiki sanitasi, pengelolaan air limbah, serta merevitalisasi sungai dan sumber air permukaan lainnya.
"Awal pencemaran itu terjadi dari sanitasi yang buruk serta pengelolaan limbah air industri yang buruk atau pengelolaan air (water treatment) yang buruk, sehingga sungai-sungai tercemar termasuk sumber air permukaan lainnya seperti danau dan juga air tanah dangkal," ujarnya.
Heri mengimbau pemerintah untuk mengendalikan eksploitasi air tanah dalam supaya tidak lebih rusak. Ia menyaranlan air tanah diganti dengan air perpipaan, mengumpulkan air hujan (rain water harvesting), daur ulang air (water recycling), hingga desalinasi.
“Singkat kata, kita harus membenahi water management. Water management tentunya akan terkait land management,” ujar dia.
Dalam jangka pendek, Heri meminta pemerintah memperbaiki tanggul, peninggian infrastruktur pesisir, hingga pembangunan sistem polder.
Heri juga meminta masyarakat untuk menghemat air, berhenti mencemari sungai dan lain-lain, serta meninggikan rumahnya masing-masing.
Penulis: Farid Nurhakim
Editor: Gilang Ramadhan