tirto.id - Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah, memandang, pemilih Jakarta menjadikan gagasan pasangan calon dalam debat sebagai referensi memilih saat hari pencoblosan. Hal ini tercermin dalam hasil survei yang dilakukan IPO usai debat perdana Pilgub Jakarta beberapa waktu lalu.
“Jakarta ini termasuk bahkan mungkin sedikit kota yang pemilihnya itu mayoritas adalah pemilih yang memperhatikan gagasan,” kata Dedi dalam diskusi yang digelar Trijaya bertajuk 'Nanti Kita Cerita Tentang Pilkada DKI Hari Ini', di Jakarta, Sabtu (12/10/2024).
Dedi mencontohkan elektabilitas pasangan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat pada Pilkada 2017, yang saat itu bertengger di peringkat atas tiga bulan terakhir sebelum pemilihan. Namun, seiring debat kandidat, justru pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno yang menang dalam kontestasi.
Hasil survei saat itu, kata Dedi, Anies-Sandi menang dipengaruhi faktor gagasan dan juga penampilan dalam debat kandidat. Sementara isu penistaan agama yang menyeret Ahok, faktanya tidak memengaruhi pilihan publik di Jakarta.
“Artinya dengan kondisi itu bahwa debat di Jakarta saya kira bukan formalitas. Kalau ada kandidat yang menjadikan debat kandidat di Jakarta sebagai formalitas, ini besar kemungkinan akan menyesal di kemudian hari karena tercatat dalam catatan survei ya," tutur Dedi.
Survei teranyar IPO pada 21-27 September, ada 43 persen pemilih di Jakarta menyaksikan debat dan menjadikannya sebagai referensi. Kemudian, hanya 28 persen yang menyatakan tidak menjadikan debat sebagai referensi. Lalu, 17 persenya menyatakan ragu-ragu.
“Artinya ragu-ragu itu bisa saja iya, bisa saja tidak. Tetapi angka yang sudah dominan yaitu 43%, ini sudah menyatakan dengan jelas bahwa debat itu akan dijadikan sebagai referensi dalam memilih," kata Dedi.
Survei tersebut juga menunjukkan program yang ditawarkan pasangan Ridwan Kamil-Suswono dalam debat memperoleh 54,8 persen dianggap baik oleh pemilih di Jakarta. Lalu, Dharma Pongrekun dan Kun Wardhana memperoleh 2,4 persen, dan Pramono Anung-Rano Karno [Doel] itu memperoleh 29,5 persen.
Pasangan RK-Suswono juga memperoleh angka mentereng, yakni 57,3% menyatakan menarik terhadap program-program mereka. Pasangan Dharma-Kun hanya meraih 1,9 persen, serta Pramono-Rano memperoleh 27,4 persen.
Dedi berkata, memang hanya 18 persen responden yang menonton debat secara keseluruhan. 22 persen masyarakat mengikuti debat hanya sebagian. Lalu, 29 persen menyatakan mengikuti dari cuplikan-cuplikan media sosial.
“Jadi, keesokan harinya mereka akan mencari tahu dari media sosial, dari potongan-potongan. Nah, itu lebih mudah untuk membuat mereka tertarik sekaligus terpengaruh dalam gagasan maupun dalam program-program yang ditawarkan," tutur Dedi.
Respons Tim Pemenangan
Tim Pemenangan Pramono-Rano, La Ode Basir, mengatakan paslon nomor urut 3 saat memaparkan visi-misi dalam debat pertama telah menggunakan bahasa yang mudah dipahami, bahasa rakyat, konkret, realistis, dan terukur. Laode berkata, hal itu menjadi pembeda ketika sesi pertama pemaparan visi dan misi dari dua kandidat lainnya.
“Kemudian dalam debat itu juga kemarin kita bisa melihat dari alat ukur yang dimunculkan oleh berbagai media, ketika pasca debat ada penilaian dan jajak pendapat, polling, live chat, minimal ada dua yang kita bisa pantau, dan kesemuanya Mas Pram dan Bang Doel menempati posisi pertama," kata Laode.
Ia menjelaskan yang membedakan pasangan Pramono-Rano dengan dua kandidat lainnya ialah saat memaparkan permasalahan tenaga kerja, keberlanjutan dari gubernur-gubernur sebelumnya. Ia mengeklaim sangat terukur dan tidak banyak mimpi.
“Contoh menyelesaikan permasalahan perumahan misalkan, ya Mas Pram menyampaikan memang di Jakarta lahan susah, selain susah, mahal. Sehingga proses membangunnya harus seperti apa, intervensi pemerintah harus seperti apa," tukas Laode.
Sementara itu, Tim Pemenangan RIDO, Ahmad Fathul Bari, berkata, pihaknya sangat bersyukur atas penampilan RK-Suswono dalam debat pertama Pilkada Jakarta. Ia memandang, RK-Suswono telah menyampaikan visi-misi program relevan dengan tema yang diminta oleh KPU.
“Apa yang disampaikan juga sangat rileks, tersampaikan secara baik. Dan juga debatnya pun juga relatif santai ya. Mudah-mudahan nanti kita ke depan lebih seru, lebih menarik. Karena memang uji gagasan, untuk menggali gagasan itu penting untuk kita tampilkan ke masyarakat agar lebih kritis dalam melihat para calon," kata Fathul.
Ia mengatakan visi RK-Suswono tentang Jakarta Baru dengan harapannya sebagai kota global, maju, berkeadilan dan sejahtera relevan dengan kenyataan hari ini. Pasalnya, kata dia, Jakarta yang saat ini tak lagi berstatus ibukota harus menjadi kota global.
RK-Suswono juga ingin melanjutkan pencapaian gubernur sebelumnya, sehingga harapan Jakarta menjadi kota global bisa terwujud. Namun, kata dia, pembangunan tetap berpijak pada aspek keadilan masyarakat.
“Baik dalam aspek hukum, dalam aspek aksesibilitas, dalam aspek pemerataan pembangunan, harapan masyarakat yang terbawah bisa naik, kelas menjadi masyarakat yang lebih baik," tukas Fathul.
Tak mau kalah, Tim Pemenangan Dharma-Kun, Mirah Sumirat, memandang pasangan Dharma-Kun telah menyampaikan visi dan misi dalam debat secara baik meskipun dengan waktu yang terbatas. Ia menyadari Dharma-Kun tak memiliki pengalaman lebih dari dua kandidat lainnya, tetapi tetap mampu bersaing dalam debat.
“Padahal, kan, pendatang baru yang notabene juga dari independen yang tidak terafiliasi dengan partai politik bagi. Kami cukup luar biasa bisa mengungkapkan visi-misinya itu secara dalam dan gambling," kata Mirah.
Menurut Murah, membangun Jakarta tanpa adab yang baik muskil akan menjadi kota global. Ia berkata, Dharma-Kun berkomitmen memperbaiki adat masyarakat Jakarta mulai dari usia dini.
“Saat ini, bagaimana adab, budi pekerti, akhlak sudah ditinggalkan. Semua akan bikin bagus kalau pekerjaan rumahnya adab tidak terselesaikan dengan baik. Jadi ini dulu yang harus dibenahi," tukas Mirah.
Penulis: Fransiskus Adryanto Pratama
Editor: Abdul Aziz