tirto.id - Tiga pasangan calon gubernur-wakil gubernur Jakarta menunjukkan sikap optimistis untuk memenangkan pilkada dalam sekali putaran. Para kandidat yang bertarung, yaitu Ridwan Kamil-Suswono, Dharma Pongrekun-Kun Wardana, serta Pramono Anung-Rano Karno, akan berjibaku memperebutkan 8.252.897 pemilih di Jakarta.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2024 Tentang Provinsi Daerah Khusus Jakarta pada Pasal 10, pasangan calon gubernur dan wakil gubernur ditetapkan sebagai pemenang bila memperoleh suara lebih dari 50 persen. Bila tidak ada pasangan yang memenuhi suara 50 persen + 1, maka suara terbanyak pertama dan kedua pada putaran pertama akan lanjut berlaga pada putaran kedua.
“Pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur yang memperoleh suara lebih dari 50 persen (lima puluh persen) ditetapkan sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur terpilih,” demikian bunyi Pasal 10 ayat 2 beleid tersebut.
Merujuk hasil survei mutakhir menunjukkan belum ada tiga kandidat Pilkada Jakarta yang memiliki elektabilitas di atas 50 persen. Artinya, palagan sengit akan tersaji hingga hari pemungutan suara pada 27 November 2024. Survei Poltracking Indonesia yang dilakukan pada 9-15 September 2024, memang menunjukkan keperkasaan pasangan Ridwan-Suswono dengan meraih elektabilitas 47,5 persen.
Namun, suara paslon nomor urut 1 tersebut tidak jauh berbeda dengan pasangan Pramono Anung-Rano Karno dengan elektabilitas 31,5 persen. Di posisi buncit adalah Dharma Pongrekun-Kun Wardana 5,1%, serta menjawab tidak tahu 15,9%. Metode survei ini menggunakan multistage random sampling dengan margin of error +/- 2,9% pada tingkat kepercayaan 95%.
Survei serupa dilakukan Charta Politika, yakni Ridwan Kamil-Suswono memperoleh 48,30 persen. Pramono-Rano 36,50 persen, dan Dharma Pongrekun-Kun Wardana berada pada angka 5,60 persen. Bila melihat dua survei lembaga ini, palagan tiga kandidat ini sulit diprediksi apakah berlanjut ke babak kedua atau justru akan hanya sekali putaran.
Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya, mengatakan, akan ada pertempuran sengit dalam meraih suara di Pilkada Jakarta. Ia mengakui belum bisa menyimpulkan satu atau dua putaran.
Salah satu tolok ukur untuk mencapai dua putaran adalah suara Dharma-Kun. Jika perolehan suara paslon nomor ururt 2 itu tidak sampai dua digit, maka satu putaran tak bisa dihindarkan. Namun, persaingan sengit bakal tersaji antara Ridwan Kamil-Suswono dengan Pramono Anung-Rano Karno.
Berkaca pada Pilgub Jakarta 2012 dan 2017
Melihat sengitnya persaingan, Ridwan Kamil masih optimistis menang kontestasi Pilkada Jakarta hanya satu putaran. Syaratnya, kata dia, jumlah kategori pemilih yang belum menentukan sikap dibagi rata ke tiga paslon.
“Kalau survei itu dihilangkan undecided-nya dan diratakan kepada pasangan secara proporsional, pasangan RIDO sudah tembus 50 persen, sesuai target, kan kami yang penting 50 persen+1,” kata dia di Gedung DPRD DKI, Jakarta Pusat, Jumat (4/10/2024).
Pria yang akrab disapa RK itu mengatakan, terbantu dengan hadirnya survei tersebut. Sebab, kata dia, dengan survei itu dapat mengetahui kekurangan dia dan Suswono. Mantan Gubernur Jawa Barat itu pun berjanji tetap kampanye secara blusukan untuk mempertahankan elekbilitasnya.
Harapan senada juga diangankan pasangan Pramono-Karno. Lewat sang wakil, Rano meyakini dirinya dan Pramono bakal menang satu putaran. Menurut Rano, tak perlu ngos-ngosan Pilkada Jakarta sampai dua putaran, karena itu mereka akan terus meyakinkan masyarakat.
“Kami pasti harus mencapai satu putaran, kalau dua capek ngos-ngosan, semua kita berusaha. Makanya kami gerakan masyarakat," kata Rano kepada wartawan di Kawasan Kalideres, Jakarta Barat, Senin (16/9/2024).
Hal senada diungkapkan Pramono. Ia mengaku tak ciut meski pasangan Ridwan-Suswono didukung dan diusung 12 partai politik. Sementara pasangan Dharma-Kun tak secara blak-blakan seperti dua kandidat lainnya akan menang Pilkada Jakarta satu putaran. Mereka terus melakukan blusukan guna mencari simpati warga Jakarta.
Pada Pilkada 2012, tidak ada satu pun dari total enam pasangan calon yang meraih 50%+1 suara. Alhasil, pertarungan berlanjut ke putaran kedua. Hasilnya, pasangan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama (Jokowi-Ahok) menang dengan memperoleh 2,47 juta suara (53,82%).
Sejatinya, pada putaran pertama pasangan Jokowi-Ahok telah unggul dari lima pasangan lainnya, yakni mengantongi sebanyak 1.847.157 atau sebesar 42,60 persen. Sementara pasangan Fauzi Wibowo dan Nachrowi Ramli (Foke-Nara) yang dijagokan menang satu putaran saat itu berada pada posisi kedua dengan jumlah suara 1.476.648 atau sebesar 34,05 persen.
Lalu, pasangan nomor urut empat, Hidayat-Didik dengan memperoleh suara 508.113 atau sebesar 11,72 persen. Kemudian, pasangan Faisal-Biem memperoleh suara 215.935 atau sebesar 4,98 persen. Dua posisi terakhir pasangan Alex-Nono dengan perolehan suara 202.643 atau sebesar 4,67 persen serta pasangan juru kunci, Hendardji-Riza dengan perolehan suara 85.990 atau sebesar 1,98 persen.
Pasangan Jokowi-Ahok dan Foke-Nara yang bertengger di posisi satu dan dua pun lanjut pada putaran kedua. Pada putaran kedua, Foke-Nara harus kandas setelah hanya mengantongi 2.120.815 suara atau 46,18 persen dari jumlah suara sah.
Pertarungan Pilkada Jakarta yang berlanjut ke putaran kedua juga terjadi pada 2017. Kala itu, pertarungan terjadi antara tiga pasangan, yakni Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat, Anies Baswedan-Sandiaga Uno, serta Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni. Namun, Agus dan Sylviana tersingkir di putaran pertama, sehingga Ahok-Djarot vs Anies-Sandi bertarung pada putaran kedua.
Hasilnya, pasangan Ahok-Djarot yang notabene petahana kalah setelah paslon yang diusung PDIP itu hanya mendapatkan 2.350.366 suara atau 42,04 persen. Adapun Anies-Sandi memperoleh 57,96 persen atau 3.240.987 suara.
Menariknya, Pilkada Jakarta 2024 tak ada yang berstatus petahana. Wajar, bila kontestasi berjalan sengit, terutama persaingan antara paslon Ridwan Kamil-Suswono dan Pramono-Rano, yang diusung partai politik. Sementara pasangan Dharma-Kun maju lewat jalur independen.
Satu Putaran Dinilai Sulit Terwujud
Direktur Eksekutif Aljabar Strategic Indonesia, Arifki Chaniago, memandang, Pilkada Jakarta sulit hanya satu putaran. Ia sendiri menginginkan Pilkada Jakarta lanjut ke putaran kedua, agar masyarakat benar-benar menyelami lebih dalam gagasan para kandidat.
Apalagi, kata dia, angka hasil lembaga survei belum bisa memprediksi bahwa Pilkada Jakarta akan berlangsung satu putaran. Dua putaran akan terjadi bila Pramono-Rano memaksimalkan kerja-kerja politik.
“Kemungkinan besar dua putaran, kalau misalnya Pramono-Doel [Rano] bisa maksimal dan Dharma-Kun bisa menaikkan elektabilitas sampai dua digit [Pilkada dua putaran]," kata Arifki saat dihubungi Tirto, Kamis (10/10/2024).
Menurut Arifki, kerja-kerja politik Dharma-Kun dan Pramono-Doel harus terus dimaksimalkan bila tak ingin RK-Suswono meraih suara 50+1 persen. Kendati demikian, ia tak memungkiri peluang RK-Suswono menang satu putaran bila menilik hasil lembaga survei saat ini.
Di sisi lain, RK-Suswono wajar mengungguli dua kandidat lain. Selain disokong koalisi gemuk, juga lebih awal mendeklarasikan diri maju sebagai calon gubernur dan wakil gubernur dibanding Pramono-Rano dan Dharma-Kun.
“Kalau paling berpeluang iya. [Tapi] kita tidak bisa meremehkan Pramono-Rano, karena belakangan masuknya. RK-Suswono, tampil lebih awal,” tutur Arifki.
Arifki mengatakan, arah dukungan Anies Baswedan juga bisa menjadi penentu kemenangan. Peluang dua putaran akan terjadi bila Anies jelas mengambil sikap politik ke Pramono-Rano. Akan tetapi, kunci utamanya tetap pada kerja-kerja politik Pramono-Rano dan Dharma-Kun.
Direktur Eksekutif Skala Data Indonesia, Arif Nurul Imam, berpendapat sama. Menurut dia, sulit Pilkada Jakarta hanya satu putaran. Hal itu, kata dia, melihat tren elektabilitas pasangan RK-Suswono yang cenderung mengalami penurunan, ketimbang Pramono-Rano yang perlahan menanjak naik.
Bila berkaca pada simulasi pasangan jika melihat tren dari 3 survei terakhir (LSI, Poltracking, dan Charta Politika), maka terlihat bahwa gap elektabilitas dari awal hingga akhir September, Ridwan Kamil-Suswono turun 3,5 persen, Dharma-Kun naik 2,4 persen, dan Pramono-Rano Karno naik 8,1 persen.
“Saya kira lihat dinamika hari ini untuk satu putaran lebih kecil, kemungkinan besar dua putaran. Mengingat tren elektabilitas RK menurun, Pramono cenderung naik,” kata Arif kepada Tirto.
Oleh karena itu, Arif memprediksi tiga pasangan ini muskil mampu memperoleh 50 persen + 1 pada Pilkada Jakarta, 27 November mendatang. “Paling di angka 40 persen sekian gak bakal 50 persen plus 1," tutur Arif.
Sebaliknya, peneliti politik Populi Center, Usep Saepul Ahyar, yang meyakini RK-Suswono bisa menang satu putaran apalagi tingkat keterpilihan pasangan yang diusung Koalisi gemuk ini mencapai 48 persen.
“Potensi satu putaran tinggi karena ini sudah 48 persen. Plus-minus margin eror," kata Usep saat dihubungi Tirto, Kamis (10/10/2024).
Bila berkaca pada Pilgub Jakarta 2017, pasangan Ahok-Djarot memang unggul dalam sejumlah hasil survei. Hal itu terbukti ketika mereka menang dalam putaran pertama. Namun, tak sedikit pihak yang memandang pasangan Agus-Sylvi condong mendukung Anies-Sandi. Hasilnya, putaran kedua dimenangkan Anies-Sandi.
Kekalahan Ahok kala itu dipicu kasus peninstaan agama yang menyeretnya hingga masuk hotel prodeo. Kasus itu bermula ketika dia melakukan kunjungan kerja ke Kepulauan Seribu pada 27 September 2016. Ahok dituduh menodai agama Islam karena mengutip Al-Maidah Ayat 51 dalam pidatonya.
Usep juga memandang faktor kasus penistaan agama menjadi pemicu kekalahan Ahok-Djarot. Namun, kata dia, Pilkada Jakarta 2024 minim sentimen, meskipun secara tegas Jakmania menolak kehadiran Ridwan Kamil, yang notabene eks Gubernur Jawa Barat. Menurut Usep, isu penolakan itu kini tak berpengaruh signifikan.
Di sisi lain, Usep meyakini Anies tak akan bersikap hingga masa pemungutan suara tiba. Para pendukungnya, kata dia, menyebar ke tiga pasangan. Kontestasi Pilkada Jakarta akan berbeda bila Anies menyatakan sikap mendukung ke salah satu pasangan calon.
“Kalau itu ada pernyataan resmi dari Anies mungkin ke Pa Pram, mungkin itu yang agak berbeda," tutur Usep.
Penulis: Fransiskus Adryanto Pratama
Editor: Abdul Aziz