tirto.id - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memperkirakan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2022 akan lebih kecil dari outlook pemerintah sebesar 3,92 persen PDB atau Rp732,2 triliun. Hal ini tidak lepas dari kinerja APBN yang hingga Juli 2022 masih terpantau surplus.
"Terakhir kami bahas dengan DPR [Perpres 98/2022] bahwa tingkat defisit bisa lebih rendah di 3,92 persen terhadap PDB bahkan ada ruang bagi kita untuk menjaga ini bahkan bisa [defisit APBN] lebih rendah lagi sampai ke akhir 2022," katanya Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu, Febrio Kacaribu, Senin (8/8/2022).
Febrio mengatakan, APBN telah bekerja keras sebagai shock absorber sejak 2020 hingga 2022 di tengah tekanan pandemi COVID-19. APBN digunakan melalui berbagai program untuk melindungi daya beli masyarakat. Bahkan, pemerintah juga menggelontorkan dana sekitar Rp500 triliun untuk subsidi dan kompensasi meredam naiknya harga komoditas.
Alhasil defisitnya melebar. Namun disaat yang sama pemerintah juga perlu melakukan langkah-langkah konsolidasi fiskal untuk menyehatkan APBN walaupun dengan tetap hati-hati agar tidak menimbulkan gejolak pada perekonomian.
"Ini kami harapkan jadi disiplin fiskal bagaimana pemerintah mengelola fiskal ke depan," ucapnya.
Untuk diketahui, APBN masih menunjukkan surplus sebesar Rp106,1 triliun pada akhir Juli 2022. Rasio surplus kas negara mencapai 0,57 persen terhadap produk domestik bruto (PDB). Surplus ini didapat dari pendapatan negara sebesar Rp1.551 triliun, yang lebih tinggi dari belanja negara sebanyak Rp1.444,8 triliun.
"Karena pendapatan negara yang tumbuh cukup tinggi, APBN kita masih menghadapi surplus sampai akhir bulan Juli, bukan defisit," ungkap Febrio Kacaribu.
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Anggun P Situmorang