tirto.id - Pemerintah tengah mewaspadai perlambatan pertumbuhan ekonomi Cina yang kontraksi atau melemah 0,4 persen secara year on year (yoy) pada kuartal II-2022. Kekhawatiran ini tidak terlepas karena hubungan Cina sendiri menjadi mitra dagang utama Indonesia.
"Yang jadi risiko harus dipantau bagaimana pertumbuhan ekonomi Tiongkok lebih dalam. Sebab kita memiliki hubungan ekonomi yang cukup intens dengan Tiongkok. Jadi harus melihat bagaimana perlambatan ekonomi terhadap aktivitas ekonomi di Indonesia," ucap Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF), Febrio Kacaribu, dalam Taklimat Media, Senin (8/8/2022).
Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS) ekspor Indonesia ke Cina hingga Juni mencapai 26,09 miliar dolar AS atau naik 21,30 persen dibandingkan ekspor Mei 2022. Kemudian ekspor non migas ke juga tercatat 5,09 miliar dolar AS, disusul India 2,53 miliar dolar AS dan Ameria Serikat 2,46 miliar dolar AS.
Sementara itu Cina juga menjadi negara pemasok barang impor nonmigas terbesar selama Januari-Juni 2022 tercatat mencapai 32,08 miliar dolar AS.
Febrio menekankan, untuk menghindari dampak lebih dalam dari pelemahan ekonomi Cina. Pemerintah terus melakukan diversifikasi negara tujuan ekspor ke berbagai negara.
"Kita lakukan diversifikasi aktivitas ekonomi tidak hanya bergantung pada Cina, kami akan perkuat ke negara India dan negara lainnya ini akan terus kami pantau ke depan," pungkasnya.
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Intan Umbari Prihatin