Menuju konten utama

Pemerintah Diminta Kalkulasi Ulang Asumsi Harga Minyak Mentah RI

Tauhid Ahmad, meminta pemerintah mengkalkulasi ulang perhitungan harga minyak mentah Indonesia atau ICP.

Pemerintah Diminta Kalkulasi Ulang Asumsi Harga Minyak Mentah RI
Suasana dari kapal tongkang akomodasi (Barge 222) Pertamina Hulu Energi Offshore Southeast Sumatra (PHE OSES) di Perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, Rabu (15/6/2022). ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/rwa.

tirto.id - Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Tauhid Ahmad, meminta pemerintah mengkalkulasi ulang perhitungan harga minyak mentah Indonesia atau ICP. Hal itu seiring dengan sudah turunnya harga rata-rata minyak mentah dunia.

Untuk diketahui, per 1 September kemarin, harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) merosot turun menjadi 89,55 dolar AS per barel. Sementara pemerintah berencana untuk mengkonversi harga minyak mentah dalam negeri menjadi 105 dolar AS per barel.

"Artinya bahwa tidak kredibel lagi perhitungan kemarin. Karena sudah berubah. Untuk itu yang harus dilakukan kita dikembalikan lagi ke posisi mungkin jangan 105, tapi ke angka 100 dolar AS per barel untuk mendapatkan ekspetasi tidak terlalu rendah tapi juga tidak terlalu tinggi," jelas Tauhid saat dihubungi Tirto, Jumat (2/9/2022).

Tauhid mengatakan, dengan asumsi 105 dolar AS per barel, pemerintah memperkirakan cadangan kuota BBM subsidi akan habis di Oktober 2022 mendatang. Namun jika dikembalikan ke 100 dolar AS per barel, maka ada kemungkinan masih tetap bisa bertahan sampai akhir tahun.

"Ini harus dihitung ulang apakah ini bisa sampai Desember atau tidak. Bisa kemungkinan bahwa dengan alokasi subsidi total plus kompensasi sekitar Rp502 triliun kemungkinan juga bisa cukup," kata dia.

Tauhid bahkan mengklaim sudah menyarankan langsung kepada pemerintah agar mengembalikan asumsi minyak mentah dunia ke 100 dolar AS pada tahun ini.

"Makanya kemarin saya sampaikan langsung kepada BKF [Badan Kebijakan Fiskal] ini asumsinya tidak pas kalau 105 terlalu tinggi over value. Karena mereka percaya data IMF tanpa melihat dinamika pasar pertama, kedua kalau harga di atas 100 itu mulai Mei - Juli empat bulan. Yang lain di bawah 100," pungkasnya.

Baca juga artikel terkait HARGA MINYAK MENTAH atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Anggun P Situmorang