tirto.id - Regenerasi di tubuh TNI kembali bergulir. Wakil Kepala Staf TNI Angkatan Darat (Wakasad) Letjen Agus Subiyanto resmi dilantik menjadi Kepala Staf TNI Angkatan Darat mengantikan KSAD Jenderal Dudung Abdurachman. Agus langsung naik pangkat menjadi jenderal bintang 4 sebagaimana Keputusan Presiden RI Nomor 89 dan 90 TNI tahun 2023 tentang pengangkatan sebagai KSAD.
Usai pelantikan, Agus mengaku mendapat pesan dari Presiden Joko Widodo soal pemilu serentak yang dijadwalkan pada 14 Februari 2024. Jokowi ingin agar Agus bisa menjaga Pemilu 2024 berjalan kondusif.
“Ada arahan dari Bapak Presiden dalam rangka tahun pemilu ini agar Angkatan Darat berkolaborasi dengan Polri dan semua elemen masyarakat lainnya untuk membuat situasi yang kondusif di semua wilayah yang ada di Indonesia. Tentunya kalau kita bekerja bersama-sama insyaallah akan membuahkan hasil yang maksimal,” kata Agus usai dilantik di Istana Negara, Jakarta Pusat, Rabu (25/10/2023).
Agus mengatakan, TNI AD akan bekerja sama dengan Polri dalam mengamankan ratusan ribu TPS se-Indonesia. Ia juga akan memitigasi potensi konflik dan gangguan pelaksanaan pemilu. Mantan Danpaspampres ini pun menjamin TNI akan netral.
“Saya rasa TNI sekarang sudah. Kami akan netral," kata Agus.
Pekerjaan Rumah Agus Subiyanto sebagai KSAD
Meski sudah berpengalaman di TNI AD, Agus tetap memiliki pekerjaan rumah yang cukup berat. Analis militer dari ISESS, Khairul Fahmi menilai, Agus sebagai KSAD harus bisa memelihara dan memperkaya kemampuan prajurit sesuai posisi sebagai pembina kekuatan.
“Nah kalau dikaitkan dengan tantangan di masa depan, ancaman di masa depan yang diyakini lebih bersifat hibrida, non-konvensional, tentu saja kemampuan para prajurit ini harus dipusatkan pada hal-hal yang selama ini relatif tidak dikuasainya,” kata Fahmi kepada Tirto, Rabu (25/10/2023).
Fahmi menilai, TNI AD harus bisa menguasai hal tidak konvensional dan menangani ancaman non-konvensional seperti masalah siber, ancaman digital dan ancaman non-konvensional lainnya.
“Selain itu ya, saya kira menyiapkan sarana prasarana supaya mampu menjawab dan mengantisipasi ancaman di masa depan maupun tantangan di kawasan rawan konflik yang berkaitan dengan kedaulatan dan keutuhan negara,” kata Fahmi.
Fahmi juga berharap Agus bisa sadar posisinya sebagai pendukung Panglima TNI Laksamana Yudo Margono. Ia berharap, Agus akan bertindak sesuai tupoksi sebagai KSAD dan menyelesaikan masalah yang masih ada saat ini. Salah satunya adalah masalah interoperabilitas dengan matra lain selain kerja sama dengan lembaga lain.
“Ini (interoperabilitas antar-matra) kan masih menjadi PR sejauh ini sehingga tentu saja Kepala Staf Angkatan Darat harus bisa bekerja sama dengan para kepala staf lainnya dan Mabes TNI untuk bagaimana meningkatkan kemampuan untuk interoperabilitas di masa depan,” kata Fahmi.
Sementara itu, Kepala Center for Intermestic and Diplomatic Engagement (CIDE) Anton Aliabbas sudah menduga Agus akan dipilih sebagai KSAD baru. Hal itu tidak lepas dari pengalaman dan rekam jejak Agus yang pernah bekerja di Forkopimda Solo dan rangkaian jabatan lain yang dekat dengan Jokowi seperti Danrem 061/Suryakencana Bogor dan Komandan Paspampres di era Jokowi. Oleh karena itu, hubungan Jokowi dengan Agus sangat kuat.
“Dengan kata lain, penugasan tersebut menunjukkan level kepercayaan Jokowi pada Agus terbangun kuat,” kata Anton dalam keterangan tertulis yang diterima reporter Tirto.
Anton juga menilai, Agus punya kapasitas dalam berbagai penugasan. Ia tercatat pernah bertugas di Kopassus dan Kostrad serta menjalankan sejumlah operasi tempur. Di lingkungan teritorial, Agus juga tercatat pernah menjabat Danrem 132/Tadulako Palu dan Pangdam III/Siliwangi. Saat menjabat Danrem, Agus ikut berjibaku dalam penanganan bencana likuifaksi di Palu.
Di sisi lain, kata Anton, rekam pendidikan Agus selama berdinas juga terbilang lengkap. Agus telah mengikuti Seskoad, Sesko TNI hingga Lemhannas serta tercatat pernah menjadi dosen di lingkungan Seskoad. Dengan demikian, Agus terbilang sosok dengan 'paket komplit' karena mengikuti dikbangum TNI lengkap, memiliki penugasan beragam, dan dekat dengan Jokowi.
Anton menilai ada tantangan besar Agus sebagai KSAD, yakni menjaga netralitas dan independensi TNI, terutama dalam Pemilu 2024. Hal ini tidak lepas dari kedekatan Agus dengan Jokowi, apalagi putra sulung Jokowi, Gibran Rakabuming Raka ikut dalam kontestasi pilpres.
“Kesan sebagai 'orang dekat' Jokowi jelas sedikit banyak membawa beban tertentu dalam menjalankan tugas manajerial organisasi militer. Oleh karena itu, Agus sudah seharusnya mampu dan dapat menunjukkan bahwa dirinya berkomitmen besar menjaga muruah TNI tidak ikut berpolitik praktis,” tutur Anton.
Anton menambahkan, “Terlalu besar risikonya jika netralitas TNI tidak dijaga kuat dalam Pemilu 2024 mendatang. Terlebih, keluarga Jokowi juga akan ikut meramaikan kontestasi politik mendatang. Profesionalitas Agus akan diuji dalam memimpin TNI di tengah pergantian rezim kali ini.”
Sinyal Kuat sebagai Pengganti Panglima TNI Yudo Margono?
Anton menambahkan, posisi Agus sebagai KSAD menjadi sinyal kuat Panglima TNI akan diisi matra darat. Ia mengatakan, setidaknya memang ada dua pejabat TNI yang mungkin mengisi kursi Yudo yang akan pensiun pada November 2023, yakni KSAL Laksamana M. Ali dan Agus yang menjadi KSAD lantaran memiliki usia pensiun lebih panjang.
“Namun, jika berkaca pada pengalaman Jokowi menunjuk pos strategis, maka menjatuhkan pilihan kepada Agus menjadi terbuka lebar. Walaupun jika merujuk pada visi poros maritim dunia, tentu saja semestinya Ali memiliki peluang yang lebih. Akan tetapi, Jokowi dalam 9 tahun terakhir seringkali menunjukkan anomali dalam penentuan pos strategis," kata Anton.
Di sisi lain, Fahmi juga tidak memungkiri, Agus berpeluang besar sebagai Panglima TNI menggantikan Yudo. Ia mengatakan, masa jabatan Yudo tidak mungkin diperpanjang karena belum ada revisi UU TNI untuk batas umur pensiun perwira atau prajurit.
Dalam pemilihan panglima, Fahmi mengacu pada kelaziman Jokowi dalam memilih panglima.
“Soal peluang menjadi panglima pengganti Laksamana Yudo Margono, ya kita cuma bisa mengacu pada suksesi-suksesi yang lalu. Pada masa reformasi ini, kecuali Jenderal Moeldoko yang digantikan oleh Jenderal Gatot nurmantyo, saya kira belum pernah ada lagi Panglima TNI yang menjabat secara berturut-turut dari matra yang sama,” kata Fahmi.
Fahmi menilai, Jokowi akan sulit memilih Ali berdasarkan kelaziman tersebut. Sementara itu, KSAU Marsekal Fadjar Prasetyo sulit dipilih karena juga akan memasuki masa pensiun dalam beberapa bulan mendatang.
“Saya menduga KSAD baru Pak Agus Subiyanto ini ya akan punya peluang yang lebih besar untuk diusulkan sebagai calon Panglima TNI berikutnya, kecuali pejabat KSAU juga diganti lebih awal, tapi kembali lagi ya, ini semua adalah hak prerogatif presiden,” kata Fahmi.
Fahmi juga menilai, Agus punya peluang besar untuk menjadi Panglima TNI karena waktu pengusulan masih cukup lama. Proses pemilihan masih bisa dilakukan pekan depan karena Yudo secara definitif pensiun per 1 Desember 2023. Namun, ia belum bisa memprediksi waktu pengusulan panglima tersebut.
“Nah, kapan kira-kira pengusulan dilakukan? Ya bisa jadi ini menjelang akhir reses atau menjelang awal masa sidang DPR awal November nanti. Itu kan cukup waktu, misalnya maksimal seminggu untuk proses di DPR sampai dengan fit and proper test,” kata Fahmi.
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Abdul Aziz