tirto.id - Himpunan Pedagang Pakaian Impor Indonesia (HPPII) menggeruduk Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Selasa (6/6/2023). Dalam unjuk rasa tersebut mereka membawa tujuh tuntutan untuk Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan atau Zulhas.
Salah satunya, mereka meminta kepada Zulhas memperbolehkan para pedagang thrifting bisa berdagang kembali. Jika tidak, mereka mengancam agar Zulhas mundur jika tidak memenuhi tuntutan HPPII.
"Kami tuntutan yang utamanya adalah lepaskan barang yang ditangkap, karena itu kan sumber kami untuk menjual pakaian thrifting. Kedua, keluarkan dan buka keran impor. Ketiga, supaya kita aman dalam berdagang maka revisi Permendag perlu, dan tiga itu saja agar kita saat berdagang aman," kata Ketua HPPII, Efendi.
H
Berikut isi tuntutan aksi unjuk rasa perlawanan pedagang thrifting se-Indonesia:
1. Revisi Permendag No. 40 Tahun 2022 yang tidak pro pedagang kecil (Thrifting)
2. Berikan keadilan sosial bagi seluruh pedagang kecil (Thrifting) (UMKM) sesuai sila ke 5 pancasila
3. Biarkan kami mencari nafkah di Thrifting karena turun temurun keluarga dan anak cucu kami hidup dalam usaha berdagang thrifting.
4. Stop politisasi pedagang thrifting di setiap tahun politik.
5. Kami tidak butuh Menteri yang tidak pro rakyat kecil (pedagang kecil) seperti kami.
6. Sahkan perdagangan thrifting dan berikan kami kuota dagang demi masa depan anak dan cucu kami.
7. Kami meminta Menteri Perdagangan mundur kalau tuntutan kami tidak dipenuhi.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mendukung larangan impor pakaian bekas alias thrifting yang belakangan marak terjadi di Indonesia. Hal ini karena impor pakaian bekas berpotensi menghantam industri tekstil dan produk tekstil dalam negeri.
"Itu mengganggu industri tekstil di dalam negeri. Sangat mengganggu," kata Jokowi di acara Business Matching Produk Dalam Negeri di Jakarta, Rabu (15/3/2023).
Mantan Gubernur DKI Jakarta itu bahkan sudah memerintahkan jajarannya untuk mencari betul sumber impor pakaian bekas.
Sementara itu, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN) DKI Jakarta, Diana Dewi mengatakan, pengusaha tekstil saat ini sudah banyak yang beralih usaha. Hal ini tidak terlepas dari banyaknya gempuran impor pakaian bekas yang masuk ke Indonesia dengan harga jauh lebih murah.
"Pengusaha-pengusaha tekstil sudah menjerit semua. Mereka sekarang sudah banyak beralih akhirnya," kata dia usai menghadiri acara Jakarta Energy Forum, di Hotel The Sultan Jakarta, Rabu (31/5/2023).
Diana mengatakan, masalah ini sebetulnya cukup kompleks. Produk itu ada karena kebutuhan dan permintaan masyarakat yang tinggi, di samping juga harga yang terjangkau.
Penulis: Hanif Reyhan Ghifari
Editor: Intan Umbari Prihatin