tirto.id - Ekoturisme tidak sekadar tentang wisata menikmati alam bebas, namun bisa menjadi salah satu strategi untuk menjaga kelestarian alam.
Hal itu disampaikan Drh Erni Suyanti Musabine dalam "Seminar Ekoturisme: Conservation through Responsible Tourism" yang diselenggarakan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Mahasiswa Pecinta Alam (Wanala) Unair, Minggu (10/4/2016).
"Masyarakat adalah benteng terakhir dalam pelestarian alam, karena itu menjalankan konsep ekoturisme adalah salah satu strategi untuk menjaga kelestarian alam," kata Alumnus Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya tahun 1994 itu.
Musabine membeberkan usaha yang sudah dilakukannya sejak tahun 2007 untuk menyelamatkan belasan harimau Sumatera yang terancam punah sebagai salah satu contoh bentuk ekoturisme.
"Saya dan tim pernah membuat program Work Camp, yaitu program wisata yang melibatkan turis mancanegara untuk mengikuti aktivitas mahout atau pawang gajah," kata Musabine.
Musabine menerangkan, pada program tersebut, ia mengajak para turis memandikan gajah, memberikan susu pada anak gajah, dan merawat gajah. “Untuk itu, kami melibatkan masyarakat sekitar sebagai pemandu dan memasak makanan untuk turis," kata Musabine.
Musabine mengatakan mengajak masyarakat terlibat berarti juga memutar roda ekonomi masyarakat lokal sebagai nilai tambah ekoturisme.
Sementara itu pengajar prodi D-III Pariwisata, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unair, Nurdin Razak mengatakan “Konsep ekoturisme tidak sekadar tentang wisata menikmati alam bebas, tetapi bagaimana melibatkan masyarakat untuk berpartisipasi melestarikan lingkungan dan menjaga kearifan lokal."
Nurdin menambahkan, konsep ekoturisme dikenal oleh masyarakat, tetapi tak banyak yang mampu memahami dan menerapkan konsep itu.
"Wacana ekoturisme yang terlanjur beredar hanyalah mengacu pada wisata alam, padahal ada tiga ciri ekoturisme, yaitu konservasi alam, memberdayakan masyarakat lokal melalui ekonomi, dan edukasi, sehingga semuanya berkepentingan dengan alam," kata Nurdin.
Menurut Nurdin, warga perlu dilibatkan dalam melestarikan alam, seperti dalam pengeloaan pariwisata di Taman Nasional Baluran, Jawa Timur.
"Saya ubah perspektif masyarakat. Contohnya ada tukang ojek. Saya bilang ke dia, kalau ada sarang elang, beritahu ke saya lalu saya kasih uang Rp150 ribu. Dengan begitu, dia akan menunda untuk memburu sarang elang itu. Begitu seterusnya, sampai saya berhasil mendatangkan pengunjung untuk melihat sarang burung tersebut," tutur Nurdin.
Menurut Nurdin, untuk bisa menerapkan konsep ekoturisme yang benar, warga perlu diberdayakan dengan kompetensi dan pengetahuan agar bisa memaksimalkan potensi kekayaan dan kekhasan lokal. Dengan kompetensi dan pengetahuan yang baik, Nurdin yakin warga bisa memberi pelayanan terbaik kepada wisatawan.
"Ketika warga sudah bisa berbahasa Inggris, misalnya, ia akan memandu turis mancanegara. Ia kenalkan lingkungan alam itu kepada turis. Ia bisa mengajak turis berkeliling untuk melihat aktivitas warga. Nantinya disitu turis akan mendapatkan pengalaman baru alias transfer knowledge. Apabila turis merasa senang, kemungkinan mereka akan berkunjung lagi ke tempat yang sama," ujar Nurdin.
Lebih lanjut, Nurdin menyebut wisata bahari juga bisa dikembangkan dengan konsep ekoturisme, misalnya mengajak turis untuk berpartisipasi atau sekadar melihat pembuatan kapal suku Bugis, Phinisi.
(ANT)