tirto.id - Dinas Pertanian Kehutanan dan Perkebunan (Dispertahutbun) Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur menaksir omzet ekonomi dari hasil produksi durian di beberapa sentra mencapai Rp300 miliar lebih selama kurun Januari hingga awal April 2016.
Taksiran omzet tersebut mengacu data produksi durian 2015 yang tercatat di Dispertahutbun Trenggalek yakni sebanyak 15.731,4 ton. Sementara asumsi harga rata-rata saat ini mencapai Rp20 ribu per kilogram. Dengan dua acuan tersebut, Dispertahutbun menaksir omzet penjualan durian bisa mencapai Rp314,628 miliar.
"Itu dengan asumsi harga masih Rp20 ribu per kilogram. Produksi durian Trenggalek tahun ini lebih baik dibanding tahun lalu dengan volume mencapai 10 ribu ton per akhir Maret atau awal April ini," kata Kepala Dinas Pertanian Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Trenggalek Joko Surono di Trenggalek, Rabu (6/4/2016).
Meski demikian, Joko mengakui bahwa angka itu belum pasti sebab volume produksi 2016 belum dihitung semua."Untuk kurun 2016 ini volume pasti belum terhitung. Tapi kami memperkirakan sudah mencapai 10 ribu ton lebih dan akan terus bertambah dan bertambah," tutur Joko.
Joko menyebut untuk produk durian, sentra produksi perkebunan durian terbesar ada di wilayah Kecamatan Watulimo, Munjungan, Kampak, Panggul, Dongko, serta sebagian Bendungan.
Selain durian, produk holtikultura lain yang tak kalah besar potensi ekonominya di wilayah pesisir selatan Trenggalek, khususnya wilayah Kecamatan Watulimo adalah buah manggis, salak serta pisang.
Menurut paparan Joko, volume panenan atau produksi perkebunan manggis selama kurun 2015 mencapai 1.900 ton dengan harga jual rata-rata Rp10 ribu per kilogram, sehingga total omzet ditaksir mencapai sekitar Rp19 miliar.
"Produk-produk holtikultura ini yang kami ingin ke depan terus dikembangkan. Pak bupati (Emil Elestianto Dardak) sudah berkomitmen untuk mendukung program ekowisata sekaligus produk-produk holtikultura daerah untuk dikembangkan mulai dari hulu hingga hilir," ujarnya. (ANT)