Menuju konten utama
Ramadan 2019

Nuzulul Quran: Kisah Nabi Muhammad Menerima Wahyu Pertama

Nabi Muhammad SAW menerima wahyu untuk pertama kalinya ketika sedang berada di gua Hira pada suatu malam di bulan Ramadan tahun 610 M.

Nuzulul Quran: Kisah Nabi Muhammad Menerima Wahyu Pertama
Ilustrasi Alquran. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Peristiwa Nuzulul Quran secara umum diperingati pada malam 17 Ramadan setiap tahunnya. Pada 2019, malam 17 Ramadan akan jatuh pada Selasa (21/5/2019).

Dalam "Penjelasan Seputar Nuzulul Qur'an" yang termuat di situs web NU, terdapat setidaknya tiga teori tentang turunnya Alquran. Yang pertama, Alquran memang diturunkan sekaligus dari Lauhul Mahfudz ke Baitul Izzah (langit dunia), dan hal ini terjadi pada Lailatul Qadar. Namun, kemudian ayat demi ayat Alquran diturunkan secara bertahap ke bumi. Turunnya Alquran pertama kali ke bumi inilah yang kemudian disebut Nuzulul Quran.

Tedapat perkataan Ibnu Abbas, bahwa "Alquran itu diturunkan pada bulan Ramadan pada Lailatul Qadar secara sekaligus, kemudian diturunkan lagi berdasarkan masa turunnya sebagian demi sebagian secara berangsur pada beberapa bulan dan hari.”

Teori kedua bahwa Alquran diturunkan ke langit dunia selama 20 malam Lailatul Qadar dalam 20 tahun, sementara Lailatul Qadar hanya turun sekali dalam setahun. Setelah itu ayat-ayat Alquran tersebut dibacakan kepada Nabi Muhammad sesuai dengan kebutuhan umat.

Teori berikutnya, teori ketiga, menyatakan bahwa Alquran turun pertama kali pada Lailatul Qadar. Selanjutnya, Alquran diturunkan ke bumi secara bertahap dalam waktu yang berbeda-beda. Dari ketiga teori tersebut, yang paling banyak dianut adalah teori pertama.

Turunnya Alquran ke dunia ditandai dengan penerimaan wahyu pertama oleh Nabi Muhammad, yaitu Surah al-Alaq ayat 1 hingga 5, di Gua Hira.

Sejak awal, Muhammad sudah terbiasa merenung, memikirkan hakikat kebenaran, juga kondisi lingkungannya. Ia memilih tempat yang jauh dari keramaian. Hal ini sudah dilakukan sejak masih bujang hingga kemudian menikah dengan Khadihah dan memiliki beberapa anak.

Dikutip dari Sejarah Hidup Muhammad (1980) karya Muhammad Husain Haekal, lokasi yang dipilih Muhammad adalah puncak Gunung Hira, - sejauh dua farsakh sebelah utara Mekah ---. Di sana, terletak sebuah gua yang baik sekali untuk tempat menyendiri, yang kemudian disebut Gua Hira.

Sepanjang bulan Ramadan tiap tahun, ia pergi ke sana dan berdiam di tempat itu, cukup hanya dengan bekal sedikit yang dibawanya. Ia tekun dalam renungan dan ibadat, jauh dari segala kesibukan hidup dan keributan manusia. Ia mencari Kebenaran, dan hanya kebenaran semata.

Dirangkum dari artikel berjudul "Sejarah Nabi Muhammad (2): Wahyu Pertama yang Menggetarkan" yang ditulis oleh Zakky Mubarak, wahyu pertama untuk Muammad itu datang pada suatu malam di bulan Ramadan tahun 610 M. Malaikat Jibril mendatanginya dan berkata, "Bacalah!"

Muhammad menjawab "Aku tidak bisa membaca", namun malaikat tersebut Nabi menariknya dan memeluknya erat-erat sehingga kepayahan. Kemudian, Jibril melepaskan Muhammad, dan sekali lagi berkata, "Bacalah."

Hal itu terulang hingga tiga kali, lalu Jibril melepaskan Muhammad sembari mengucapkan ayat pertama hingga kelima Surah al-Alaq.

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ. خَلَقَ الْإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ. اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ. الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ. عَلَّمَ الْإِنسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ

Artinya, "Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran qalam (pena). Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya."

Setelah Muhammad mengucapkan bacaan itu, sang malaikat pergi. Namun, kata-kata itu terpateri dalam kalbunya. Dalam keadaan yang masih gelisah, Muhammad pulang dan meminta Khadijah menyelimutinya. Tubuhnya ketika itu menggigil seperti dalam demam.

Muhammad kemudian menyampaikan apa yang terjadi kepada Khadijah, lalu berkata, "Sesungguhnya aku mencemaskan diriku."

Khadijah dengan penuh kasih menenangkan suaminya, "Demi Allah, Allah selamanya tidak akan menghinakan engkau. Sesungguhnya engkau selalu menyambung tali persaudaraan, selalu menanggung orang yang kesusahan, selalu mengupayakan apa yang diperlukan, selalu menghormati tamu dan membantu derita orang yang membela kebenaran."

Baca juga artikel terkait RAMADAN 2019 atau tulisan lainnya dari Beni Jo

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Beni Jo
Editor: Fitra Firdaus