Menuju konten utama

Nestapa DKI Jakarta: Banjir Kotanya, Bisnis Logistik Terganggu

Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aprtindo) Kyatmaja Lookman menyebut, ada 20.000 truk kontainer yang akhirnya berhenti operasi akibat banjir Jakarta.

Nestapa DKI Jakarta: Banjir Kotanya, Bisnis Logistik Terganggu
Beberapa anak bermain air di underpass tol JORR ketika banjir melanda Jalan Inspeksi Kalimalang, Jakarta, Selasa (25/2/2020). ANTARA FOTO/Saptono/ama

tirto.id - Banjir kembali menerjang ibu kota Jakarta sejak Minggu pagi, 23 Februari 2020. Banjir setidaknya merendam 55 RW yang tersebar di 36 kelurahan di 25 kecamatan di Jakarta. Banjir diakibatkan curah hujan ekstrem di atas 150 mm/hari.

Dua hari berselang, Selasa (25/2/2020), banjir kembali terjadi akibat hujan deras sejak Senin malam (24/2/2020). Sedikitnya 47 ruas jalan di ibu kota terendam banjir, juga pemukiman warga serta kawasan industri.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyebut lebih dari 200 RW terdampak banjir akibat hujan dengan intensitas tinggi yang mengguyur ibu kota sejak Senin malam.

Akibatnya aktivitas warga, bahkan kegiatan belajar mengajar di sekolah terhambat, layanan transportasi umum dan aliran listrik terganggu.

Berdasarkan data PLN, di Jakarta, pada Rabu (26/2/2020), sebanyak 1.157 gardu distribusi listrik terdampak banjir, 1.096 gardu di antaranya kembali normal di kawasan wilayah kerja PLN Unit Induk Distribusi (UID) Jakarta Raya. Namun 61 titik gardu masih padam.

“Sebanyak 326 gardu listrik tidak dioperasikan untuk menyalurkan energi listrik ke pelanggan sementara waktu, hal ini dilakukan demi keselamatan bersama,” kata Manager Komunikasi PLN UID Jakarta Raya, Dita Artsana seperti dikutip Antara.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI mencatat sebanyak 142 RW masih terendam banjir hingga Rabu pagi (26/2/2020). Jumlah itu menurun dari banjir sebelumnya yang menggenangi 292 RW di Jakarta.

"Dengan ketinggian banjir maksimal 180 cm yang terjadi di Kelurahan Cawang saat ini," kata Kepala Pusat dan Data Informasi (Pusdatin) BPBD Mohammad Insyaf melalui keterangan tertulisnya, Rabu (26/2/2020).

Menurut catatan BPBD DKI, jumlah pengungsi saat ini sebanyak 2.788 Kartu Keluarga (KK) atau 9.890 jiwa yang berada di 82 lokasi pengungsian. Ia merinci di Jakarta Pusat 2 lokasi, Jakarta Utara 26 lokasi, Jakarta Selatan 1 lokasi, dan Jakarta Timur 5 lokasi.

Dampak di Sektor Bisnis

Meski sudah berangsur surut, kenyataannya masih ada sebagian wilayah Jakarta yang masih terendam banjir. Hingga Rabu (26/2/2020) pagi, beberapa ruas jalan dilaporkan masih tergenang.

Data Traffic Management Center (TMC) Polda Metro Jaya yang dilansir Antara, pada Rabu pagi, ada sedikitnya delapan ruas jalan yang masih terendam, tetapi masih bisa dilewati kendaraan, baik roda dua atau empat.

Kondisi tersebut jelas punya dampak serius. Posisi Jakarta sebagai ibu kota sekaligus pusat bisnis di tanah air, membuat dampak banjir ini terasa lebih signifikan, terutama bagi mereka palaku bisnis.

Salah satu yang paling merasakan dampak banjir Jakarta kali ini adalah pengusaha logistik. Terganggunya bisnis angkutan logistik alias bisnis pengiriman, terjadi karena banyak ruas jalan utama yang tergenang banjir hingga tak bisa dilewati.

Laporan PT Hutama Karya menyebutkan, tol Akses Tanjung Priok (ATP) ikut terdampak banjir pada Selasa kemarin. Banjir baru surut malam harinya. Itu pun belum semua jenis kendaraan bisa lewat.

“Karena ketinggian air masih bertahan kurang lebih setinggi 50 cm, maka untuk kendaraan golongan 1 dan 2 masih belum dapat melintas (off ramp KBN)," ujar SEVP of Corporate Secretary PT Hutama Karya (Persero) Muhammad Fauzan dalam keterangan resminya, Selasa (25/2/2020).

Akibat tertutupnya akses jalan di sejumlah titik yang terbilang krusial itu, truk-truk pengirim barang tak bisa beroperasi.

Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aprtindo) Kyatmaja Lookman menyebut, ada 20.000 truk kontainer yang akhirnya berhenti operasi akibat banjir.

“Kami benar-benar mengalami gangguan sehari penuh ya. Adapun yang jalan pun, kan, kena macet sehingga enggak bisa gerak. Terus itu kalau anggota kami, kan, ada 20.000 truk kan,” kata dia saat dihubungi reporter Tirto, Rabu (26/2/2020).

Bukan hanya setop operasi, kata dia, saat ini pengusaha truk juga tengah ketar-ketir kendaraan mereka rusak lantaran banyak yang terendam banjir.

“Nah kalau bicara masalah yang tadi di Tanjung Priok ya, yang melayani pelabuhan. Kita belum bicara soal kerusakan kendaraan ya. Karena kalau banjir itu, kan, dampaknya kerusakan mesin, itu kerugiannya belum dihitung,” kata dia menambahkan.

Keluhan serupa disampaikan pelaku usaha industri logistik. Ketua Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) Zaldy Masita mengaku sangat kecewa dengan kondisi tersebut.

"Dampak banjir cukup besar, karena Tanjung Priok juga banjir. Pengiriman dalam kota Jabodetabek juga terhambat. Kemarin hampir semua aktivitas logistik di Jabodetabek terhenti," ujar dia saat dihubungi reporter Tirto, Rabu (26/2/2020).

Menurut Zaldy, gara-gara terhambatnya proses pengiriman tersebut, pengusaha diperkirakan mengalami kerugian hingga puluhan miliar rupiah.

“Prediksi kerugian kemarin sekitar Rp40 miliar,” kata dia.

Dengan kondisi Jakarta yang jadi langganan banjir ini, Zaldy berharap pengiriman logistik tak lagi ke Tanjung Priok. Ia meminta pusat pengiriman barang lebih baik dipindah ke Pelabuhan Tanjung Perak di Surabaya, Jawa Timur dengan harapan gangguan pengiriman gara-gara banjir tak lagi terjadi.

“Kami harapkan pemerintah segera memindahkan proses ekspor impor dari Tanjung Priok ke Tanjung Perak agar risiko terhadap bencana seperti banjir kecil,” kata Zaldy menambahkan.

Baca juga artikel terkait BANJIR JAKARTA atau tulisan lainnya dari Selfie Miftahul Jannah

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Selfie Miftahul Jannah
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Abdul Aziz