Menuju konten utama

Negeri Para Pembuat Pinisi

Mereka bukan saja suku bahari yang terkenal sebagai pelaut tangguh, mereka juga hebat dalam membuat kapal. Bahkan dalam kitab epik terkenal La Galigo, sejak abad ke-15 mereka sudah mampu membuat kapal yang digunakan untuk berlayar ke Tiongkok bahkan hingga Madagaskar.

Negeri Para Pembuat Pinisi
Pekerja menyelesaikan pembuatan kapal di kawasan pembuatan Phinisi, Tanjung Bira, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, Kamis (22/9). ANTARA FOTO/Abriawan Abhe/16.

tirto.id - Desa Tanah Lemo yang berada di Kecamatan Bonto Bahari, Bulukumba, Sulawesi Selatan tergolong salah satu desa yang istimewa, betapa tidak, desa yang berjarak lima jam melalui jalur darat dari kota Makassar itu terkenal sebagai sentra pembuatan kapal Pinisi di tanah air yang sudah termasyhur hingga mancanegara, Eropa bahkan Afrika.

Kapal Pinisi yang dihasilkan dari Bulukumba adalah kapal layar tradisional khas Indonesia yang bisa digunakan untuk beberapa keperluan. Selain dipesan untuk kapal penumpang, beberapa pembeli memesan untuk kapal kargo pengangkut barang bahkan ada pula Pinisi sebagai kapal pesiar yang lazim digunakan untuk keperluan wisatawan menyusuri kawasan wisata laut seperti kawasan Pulau Komodo atau Raja Ampat.

Pinisi umumnya memiliki dua tiang layar utama dan tujuh buah layar, yaitu tiga di ujung depan, dua di depan, dan dua di belakang; umumnya digunakan untuk pengangkutan barang antarpulau. Kemampuan masyarakat dalam membuat kapal Pinisi telah diwariskan secara turun temurun hingga sekarang. Teknik pembuatan kapal tersebut juga tidak dibuat secara tertulis atau gambar konstruksi kapal, namun hanya mengandalkan intuisi dan kemampuan warisan leluhur dalam menentukan keseimbangan dan ketelitian tinggi agar kapal dapat mengapung stabil di perairan.

Proses pembuatan kapal tidak membutuhkan banyak pekerja, hanya 5 sampai 10 orang pekerja dengan pembagian tugas masing-masing seperti ada yang memotong kayu, memasang baut, membor kayu dan menghaluskan kayu. Pengerjaannya diselesaikan dalam kurun waktu 5 bulan sampai 1 tahun. Kapal Pinisi dari Bulukumba ini memang tidaklah murah, tergantung peruntukan dan ukurannya, harga satu kapal bisa mencapai Rp300 juta hingga Rp1 miliar.

Kapal Pinisi yang hingga kini masih menjadi ikon masyarakat suku Bugis mempunyai sejarah panjang, sebagai suku bahari yang terkenal sebagai pelaut tangguh, mereka juga hebat dalam membuat kapal. Bahkan dalam kitab epik terkenal ‘La Galigo’, sejak abad ke-15 mereka sudah mampu membuat kapal yang digunakan untuk berlayar ke Tiongkok bahkan hingga Madagaskar.

Foto dan Teks: Abriawan Abhe

Baca juga artikel terkait FOTO - ARTA atau tulisan lainnya

Editor: Taufik Subarkah