tirto.id - Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengimbau polemik soal sekolah seharian atau full day school (FDS) tidak menjadi pemicu benturan antara dua organisasi Islam terbesar di Indonesia yaitu Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah.
Wakil Ketua Umum MUI Zainut Tauhid Sa'adi pun meminta kedua belah pihak sama-sama meredam setelah adanya penundaan sementara penerapan FDS.
"Kami berharap setelah diumumkan Ketua Umun MUI [Maruf Amin] soal itu, semua harus menurunkan tensi baik dari jamaah Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah," kata Zainut di Jakarta, Selasa (20/6/2017).
Zainut berharap kedua jamaah ormas Islam itu fokus dalam menyempurnakan full day school selanjutnya. Nasib kebijakan sekolah seharian itu adalah ditunda sementara dan akan dinaikkan statusnya dari peraturan menteri menjadi peraturan presiden.
Menurut dia, setelah dinaikkan statusnya, maka FDS akan kembali digodok untuk disempurnakan dengan melibatkan tiga kementerian yaitu Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Kementerian Agama (Kemenag) dan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri).
Hal itu, kata dia, bertujuan untuk mengakomodasi berbagai aspirasi terkait FDS sehingga kebijakan sekolah seharian menemui titik temu.
Awalnya, lanjut dia, level FDS itu ada di tingkat menteri sebagaimana amanat Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 23 tahun 2017 terkait Hari Sekolah.
Zainut juga menyadari bahwa FDS sangat rentan menciptakan konflik jika tidak diarahkan kepada musyawarah mufakat. Jika itu terjadi, akan banyak masalah yang justru kontraproduktif bagi bangsa.
"Jika ada kesalahpahaman agar bisa ditepis dengan duduk bersama sehingga rumusan baru soal FDS nanti bisa diperbaiki. Mari kita bersama-sama duduk bareng untuk kebijakan yang maslahat. Tidak ada manfaatnya jika saling curiga, jangan berapriori," kata Zainut dikutip dari Antara.
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Alexander Haryanto