Menuju konten utama

Mesir Usir Wartawan Perancis Karena "Ancam Keamanan"

Remy Pigaglio, wartawan harian "Le Croix" dipulangkan dari Mesir karena dituding sebagai gangguan terhadap keamanan negara. Di sisi lain, ia mengaku bahwa pemerintah Mesir tidak menjelaskan alasan pemulangannya, meskipun dirinya sudah memegang visa wartawan. Kejadian ini menambah daftar panjang represi pemerintah Mesir terhadap kebebasan berpendapat.

Mesir Usir Wartawan Perancis Karena
Presiden Mesir Abdel Fattah Assisi. Foto/Antaranews

tirto.id - Pemerintah Mesir mengusir seorang wartawan harian Perancis ”La Croix” karena dianggap sebagai ancaman keamanan negara. Kementerian Luar Negeri Perancis pada Rabu, (25/05/2016), menyatakan, wartawan bernama Remy Pigaglio itu dipulangkan setelah ditahan di bandara selama semalam.

Pigaglio tiba di bandara internasional Kairo pada pada 23 Mei 2016 dan diusir dengan menggunakan penerbangan pada malam berikutnya, meskipun ada campur tangan tingkat tinggi oleh Kementerian Luar Negeri Prancis, tulis pernyataan "La Croix".

“La Croix” menegaskan bahwa wartawannya itu sudah mempunyai visa wartawan yang sah dan berlaku selama enam bulan. Di sisi lain, Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Luar Negeri Mesir belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait pengusiran Pigaglio.

Sumber keamanan di bandar udara Kairo menjelaskan, Pigaglio dipulangkan setelah badan keamanan melaporkan bahwa dia melakukan tindakan merugikan Mesir dan mengancam keamanan negara tersebut. Sumber tersebut tidak menjabarkan lebih lanjut tentang tindakan seperti apa yang dilakukan Pegaglio.

Pigaglio dalam pernyataannya, yang dikutip "La Croix", mengatakan tidak diperlakukan buruk, namun tidak pernah mendapatkan penjelasan atas penahanannya.

Pemerintah Perancis sangat menyesalkan tindakan yang dilakukan Mesir kepada warga negaranya. "Saya meminta kompatriot kami, Mesir, dan saya berkata kepadanya bahwa saya tidak bisa membiarkan situasi yang merusak kebebasan pers....Saya menyesalkan keputusan Mesir tersebut," ujar Perdana Menteri Prancis Jean-Marc Ayrault kepada wartawan di Paris.

Aksi sepihak yang dilakukan oleh Mesir mengancam hubungan baik yang tengah dijalin oleh Perancis dan rezim otoriter Mesir di bawah pimpinan mantan jenderal Abdel Fattah Assisi. Prancis pada bulan lalu telah menandatangani sejumlah kesepakatan senilai 2 miliar Euro (22,6 triliun rupiah) dengan Mesir pada saat Presiden Francois Hollande berkunjung ke Kairo.

Sementara itu, sejumlah koresponden media Perancis yang tengah bertugas di Kairo membuat pernyataan bersama untuk mengecam tindakan semena-mena Mesir. Mereka menuding, pengusiran Pigaglio merupakan gejala dari meluasnya tekanan terhadap kebebasan berpendapat di negara ini.

"Seluruh koresponden Prancis di Mesir melihat meningkatnya penindasan yang tidak bisa diterima...dilakukan oleh pihak berwenang Mesir terhadap media asing," demikian kata mereka dalam pernyataan bersama.

Tekanan media terhadap rezim Sisi --jenderal purnawirawan yang menggulingkan presiden terpilih Mohamed Mursi pada pertengahan 2013 dan menggilas pendukung Ikhwanul Muslimin-- semakin meningkat beberapa bulan belakangan ini. Sikap kritis media ini muncul setelah kondisi perekonomian makin sulit dan maraknya penindakan terhadap aktivitas oposisi.

Sebelumnya diberitakan, Kementerian Dalam Negeri memberangus sindikat pers di Kairo pada bulan ini sekaligus menangkap dua wartawan oposisi.

Pengadilan Mesir pada bulan ini juga menyarankan hukuman mati terhadap tiga wartawan, yang didakwa membahayakan keamanan negara sebagaimana rahasia bocor di Qatar. (ANT)

Baca juga artikel terkait WARTAWAN

tirto.id - Politik
Sumber: Antara
Penulis: Putu Agung Nara Indra
Editor: Putu Agung Nara Indra