tirto.id - "Indonesian militant Bahrumsyah killed in Syria"! Judul itu terpampang di media Singapura, The Strait Times, kemarin (14/3/2017). Pemberitaan The Strait Times kemudian disadur media-media nasional. Kabar kematian Bahrumsyah pun menyebar ke mana-mana.
Bagi aparat kepolisian kematian Bahrumsyah adalah kabar gembira. Bahrumsyah ditengarai menjadi salah satu gembong gerakan ISIS di Asia Tenggara. Ia memimpin kelompok Katibah Nusantara - sempalan yang sengaja diciptakan ISIS untuk mengurusi gerakan ISIS di Indonesia, Malaysia dan Filipina. Bahrumsyah juga dianggap punya peran menghubungkan milisi Abu Sayyaf (Filipina) dan Mujahidin Indonesia Timur (Poso, Indonesia) dengan pusat komando ISIS di Irak dan Suriah.
Bahrumsyah mulai terkenal dan dicari-cari polisi sejak akhir 2014 lalu. Kala itu dia muncul pada sebuah video propaganda yang disebarkan ISIS. Dengan berpakain gamis dan surban hitam, didampingi tiga WNI bersenjata laras panjang, ia mengajak masyarakat Indonesia berjuang bersama ISIS.
Sebelum video itu muncul, Bahrumsyah memang sudah populer di kalangan simpatisan ISIS. Ketika Abu Bakar Al-Baghdadi mendeklarasikan Daulah Islamiyah dan mendapuk dirinya sebagai Khilafah pada 29 Juni 2014, ia langsung kepincut dan aktif mengajak orang beramai-ramai berbaiat kepada Al-Baghdadi.
Ia ikut menggagas aksi dukungan pada ISIS di Bundaran HI pada 2014. Bersama FAKSI (Forum Aktivis Syariat Islam) ia mengadakan kajian bertajuk Multaqod Da’wiy yang berisikan propaganda dukungan terhadap ISIS di masjid Fathullah, UIN, Ciputat, sejak awal 2014.
Sydney Jones, Direktur Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC) kepada Tirto sempat mengatakan bahwa ada tiga faksi kepemimpinan ISIS di Indonesia: Abu Jandal alias Salim Attamimi, Bahrun Naim dan Bahrumsyah. Nama yang disebut di awal sudah tewas pada November 2016 lalu di Mosul, Irak.
Dibandingkan Bahrun Naim yang masih tetap aktif mengupdate blog dan akun bot telegramnya, sosok Bahrumsyah sukar dilacak keberadaanya. Karena itu kabar kematian Bahrumsyah cukup mengejutkan.
Tapi apakah betul Bahrumsyah tewas?
Info kematian Bahrumsyah yang didapat The Strait Times sebetulnya mengutip laporan Al-Masdar News. Al-Masdar adalah media yang cenderung dekat dengan rezim Bassar Al Ashad. Tidak heran jika mereka memiliki akses untuk mendapatkan informasi dari Syirian Arab Army (SAA).
Di artikel Al-Masdar tertulis: "Sumber Al-Masdar mengatakan mobil itu sukses diledakkan sebelum mendekat pada unit SAA: efektif, tidak ada korban dari pihak SAA."
The Strait Times tidak mencantumkan detail lokasi Bahrumsyah tewas. Si penulis artikel hanya mengabarkan bahwa Bahrumsyah tewas setelah mengadakan operasi bom bunuh diri dengan target pasukan Suriah.
Lalu dari mana muncul informasi bahwa pelaku bom bunuh diri itu adalah Bahrumsyah? Sang penulis, yakni Chris Tomson yang tinggal di Denmark ini, ternyata mendapatkan informasi ini dari media resmi ISIS.
Sementara itu Al Masdar memberikan informasi lokasi lebih spesifik. Aksi bom bunuh diri itu terjadi di sebuah lumbung gandum perkebunan di timur kota Palmyra, Provinsi Homs.
Informasi ini sebenarnya dirilis juga oleh kantor berita milik ISIS, A'maaq. Info ini diterima melalui akun telegram resmi A'maaq pada 14 Maret 2016, pukul 02.27 malam.
"Operasi Istisyhadiyyah di wilayah Homs, 15 Jumadal Akhir 1348 Hijriyah berhasil menggempur pasukan Nushairi dan milisi Rafidah, yang tengah bergerak memasuki gerbang pintu masuk Lumbung Gandum yang terletak di timur kota Tadmur, menewaskan dan melukai sejumlah murtaddin serta menghancurkan beberapa unit kendaraan mereka, Walhamdulillahi rabbil'alamin," tulis A'maaq.
Lalu dari mana nama Bahrumsyah muncul? Media pertama yang memunculkan Bahrumsyah adalah The Strait Times.
"ISIS confirmed the death of Bahrumsyah on Tuesday but claimed in a post on social media that the attack by 'Abu Muhammad al Indonesi' was successful in causing damage on their enemy. Abu Muhammad al Indonesi, is the nom de guerre of Bahrumsyah."
Klaim The Strait Times ini bermasalah. Di berita Al-Masdar, tidak tertulis informasi bahwa Abu Muhammad Al-Indonesi itu adalah Bahrumsyah. Memang betul selama berperang di Irak dan Suriah, Bahrumsyah mengganti namanya jadi Abu Muhammad (Al-Indonesi), tapi tentu saja yang memakai nama Abu Muhammad (Al-Indonesi) tidak hanya Bahrumsyah saja.
Dalam setiap aksi operasi bom bunuh diri, sudah jadi kebiasaan ISIS pasti akan mendokumentasikannya. Gambar atau video kejadian mulai dari si pelaku masuk mobil, sampai dia meledakan dirinya ditengah para musuh akan selalu terarsipkan. Saat menggelar operasi martir di Palmyra, ISIS mendokumentasikannya lewat video. Dari sinilah nama Abu Muhammad Al-Indonesi ini muncul. Nama ini muncul dalam keterangan informasi si pelaku.
Fragmen adegan ini lalu di-capture dalam bentuk gambar dan disebarluaskan di media sosial. Oleh Al-Masdar gambar ini pun dipajang untuk melengkapi pemberitaan mereka.
Namun dari video yang beredar dapat dipastikan bahwa pelaku Abu Abdurrahman Al-Indonesi bukanlah Bahrumsyah. Dia terlihat lebih gemuk dan berhidung besar. Jenggotnya pun lebat, tidak klimis seperti Bahrumsyah. Verifikasi gambar inilah yang tidak dilakukan oleh The Strait Times.
Alhasil kabar Bahrumsyah tewas dalam serangan aksi bom bunuh diri pun menyebar kemana-mana, hingga ditanggapi Kepolisian dan pengamat teroris secara serius. Beberapa pengamat bahkan membenarkan kematian Bahrumsyah ini untuk membuat drama semakin menarik.
"Berita kematian Bahrumsyah valid. Di Indonesia para pengikutnya sudah saling mengirim doa di sosial media," ujar peneliti terorisme dan intelijen, Ridlwan Habib.
Pernyataan ini bertolak belakang dengan pernyataan Direktur Community Of Ideological Islamic Analyst (CIIA), Harits Abu Ulya. Dikutip dari Tempo, dia mengatakan ini adalah sosok yang berbeda. "Abu Muhammad ya Abu Muhammad, usianya lebih senior dari Bachrum. Dia kepercayaan Bachrumsyah,"
"Intinya, itu bukan Bachrumsyah seperti yang diisukan," kata dia. Saat Tirto ingin menggali lebih dalam informasi ini, sampai berita ini diturunkan sayangnya nomor Harist tidak aktif.
Di tengah kecamuk perang yang begitu dashyat ISIS memang meski bertarung habis-habis di dua front sekaligus: mempertahankan Mosul, Irak dan Raqqa, Suriah. Dalam waktu beberapa bulan terakhir diperkirakan lebih dari 5000 simpatisan ISIS tewas.
Dalam kondisi perang yang makin sengit ditambah pribadinya yang cenderung terutup sulit menebak apakah Bahrumsyah kini masih hidup atau sudah mati. Atau bisa jadi mungkin Bahrumsyah saat ini sudah pulang ke Indonesia dan sedang tertawa terbahak-bahak membaca pemberitaan kematian dirinya.
Penulis: Aqwam Fiazmi Hanifan
Editor: Zen RS