tirto.id - Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi membekukan kegiatan ekstrakurikuler Drum Band di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Marunda, Jakarta Utara. Pembekuan ini terkait kasus tewasnya salah seorang taruna di STIP Marunda, yakni Amirullah Aditya Putra, akibat penganiayaan rekan-rekannya pada Selasa malam (10/1/2017).
Budi mengatakan terdapat bukti bahwa penganiayaan, yang menyebabkan Amirullah tewas, berlangsung dengan alasan ada kegiatan pergantian pemain drum band dari Taruna Tingkat II ke Taruna Tingkat I.
"Kekerasan itu terjadi karena ada pergantian pemain drum band dan Taruna Tingkat II ini ingin mengetahui sejauh mana kemampuan Taruna Tingkat I dalam bermain drum band," ungkap Bud di Jakarta, pada Jumat (13/1/2017) seperti dikutip Antara.
Dengan alasan yang sama, Budi juga membekukan kegiatan ekstrakurikuler pedang pora. Ia menyimpulkan ekstrakurikuler Drum Band dan Pedang Pora selama ini menjadi ajang perploncoan di STIP Marunda.
"Kegiatan ini (drum band dan pedang pora) adalah kebanggaan, tapi juga sebagai arena perpeloncoan, bukan saya menghilangkan kebanggaan dan kegembiraan, tetapi agar muncul suatu penyesalan secara kolektif," kata Budi.
Budi juga memerintahkan prombakan kurikulum, silabus serta daftar kegiatan di STIP dengan memperkuat pengisian materi yang lebih mencerminkan suasana kasih sayang dan kekeluargaan.
Adapun Kepala BPSDM Perhubungan, Kemenhub, Wahyu Satrio Utomo mengatakan berdasar hasil investigasi telah terjadi pemukulan di ruang 205 terhadap enam Taruna Tingkat I, termasuk salah satunya Amirullah yang kemudian tewas.
"Diketahui ada empat Taruna Tingkat II di kamar 2015, Dewan Sidang Taruna sudah memecat empat Taruna tersebut, tanpa menunggu proses hukum yang saat ini diproses oleh Kepolisian. Satu orang lagi masih didalami," kata Wahyu.
Wahyu mengatakan Kemenhub juga akan membantu kepolisian dalam pengumpulan bukti-bukti dan informasi mengenai kasus tewasnya Amirullah dan pemukulan ke lima rekannya yang lain.
Dia mengimbuhkan, guna mencegah hal serupa terjadi, akan segera dilakukan tes kejiwaan bagi seluruh Taruna Tingkat II dan pengasuh taruna di STIP.
"Kita evaluasi apakah layak atau tidaknya, stabil atau tidak. Ini kita lakukan untuk mengembalikan suasana kondusif, memberikan satu kepercayaan kepada orang tua Taruna bahwa anak-anaknya tetap dapat terlindungi belajar dengan baik di dalam kampus," kata Wahyu.
Penulis: Addi M Idhom
Editor: Addi M Idhom