Menuju konten utama

Menlu Retno Bahas Krisis Rohingya di Sela-sela Sidang PBB

Menlu Retno bersama perwakilan negara-negara sahabat membahas krisis kemanusiaan Rohingya di sela-sela rangkaian Sidang PBB di New York.

Menlu Retno Bahas Krisis Rohingya di Sela-sela Sidang PBB
Pengungsi Rohingya berlindung dari hujan di sebuah kamp di Cox's Bazar, Bangladesh, Minggu (17/9). ANTARA FOTO/REUTERS/Cathal McNaughton

tirto.id - Dalam acara jamuan makan siang bersama di sela-sela rangkaian Sidang Majelis Umum PBB ke-72 di New York, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi bersama perwakilan negara-negara sahabat membahas krisis kemanusiaan di Negara Bagian Rakhine, Myanmar, Senin (18/9/2017).

Menteri muda urusan luar negeri Myanmar dan juga Menteri Luar Negeri Bangladesh turut menghadiri jamuan makan siang undangan Menteri Luar Negeri Inggris Boris Johnson.

“Dalam pertemuan tersebut, pihak Myanmar memberikan takilmat atau penjelasan briefing mengenai perkembangan situasi yang ada saat ini antara lain disampaikan oleh otoritas Myanmar bahwa dalam beberapa hari terakhir ini situasi sudah mulai tenang, tidak ada kontak senjata dan akses terhadap bantuan kemanusiaan sudah mulai berjalan,” jelas Menlu Retno Marsudi di New York, sebagaimana dikutip dari Antara.

Para menteri luar negeri dan perwakilan dari negara-negara sahabat seperti Turki, Malaysia, RRT, Rusia, Australia, Denmark, dan Swedia turut menghadiri acara jamuan makan siang itu.

Indonesia melalui Menlu Retno menyampaikan perhatian atas krisis yang terjadi di Negara Bagian Rakhine, Myanmar dan menyampaikan dukungan untuk Bangladesh yang menjadi negara penerima pengungsi dari etnis Rohingya saat ini telah berjumlah sedikitnya 400.000 orang, yang menyeberang dari Negara Bagian Rakhine.

Indonesia menunjukkan komitmennya untuk membantu menangani krisis kemanusiaan di Rakhine salah satunya melalui penyaluran bantuan kemanusiaan kepada pengungsi yang ada di Bangladesh dengan menggunakan delapan pesawat.

“Pertemuan tadi juga menekankan pentingnya bagi Myanmar untuk segera membuka akses bantuan kemanusiaan. Memang sejauh ini ICRC sudah beroperasi tetapi belum sampai kepada daerah yang paling terdampak,” ungkap Retno.

Pihak Myanmar menyatakan kesanggupannya untuk melibatkan PBB dalam pemberian bantuan kemanusiaan ke Negara Bagian Rakhine. Selain itu, para menlu negara sahabat juga menekankan pentingnya agar rekomendasi dari laporan Komisi Penasehat yang dipimpin oleh mantan sekjen PBB Kofi Annan.

Indonesia juga mendesak agar Bangladesh dan Myanmar segera melakukan pertemuan dalam rangka menangani isu yang terkait pengungsi dan perbatasan.

“Kedua pihak sudah sepakat akan segera melakukan pertemuan,” kata Retno.

Krisis kemanusiaan di Negara Bagian Rakhine, Myanmar menjadi salah satu fokus bahasan pada SMU PBB ke-72 tahun ini yang berlangsung hingga 29 September nanti.

Sementara itu, Aung San Suu Kyi selaku penasehat Myanmar dikabarkan absen pada sidang umum tahunan PBB tahun ini.

Baca juga artikel terkait ROHINGYA atau tulisan lainnya dari Dipna Videlia Putsanra

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Dipna Videlia Putsanra
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Dipna Videlia Putsanra