Menuju konten utama

Menilik Prospek Industri Perbankan di Tengah Ancaman Resesi 2023

Chandra Bagus Sulistyo memperkirakan, industri perbankan nasional di tahun depan masih cukup baik di tengah ancaman resesi global.

Menilik Prospek Industri Perbankan di Tengah Ancaman Resesi 2023
Ilustrasi Bank. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Praktisi Perbankan BUMN dan Pemerhati Ekonomi, Sosial dan Ekosistem Digital, Chandra Bagus Sulistyo memperkirakan, industri perbankan nasional di tahun depan masih cukup baik di tengah ancaman resesi global 2023. Walaupun secara pertumbuhan diakui tidak akan sebesar di 2022.

"Ketika kita berbicara mengenai prospek industri perbankan di 2023, kalau menurut pandangan saya masih cukup prospektif," kata dia saat dihubungi, Rabu (28/9/2022).

Dia memahami kondisi ekonomi global maupun nasional saat ini kurang kondusif. Dari sisi global ketegangan konflik antara Rusia dan Ukraina belum reda. Begitu juga ketegangan antara Cina dan Taiwan yang juga masih bergejolak. Hal itu menyebabkan kondisi ekonomi global kurang kondusif.

"Kita tahu banyak koorporasi besar di multinasional mereka wait and see mereka mencoba mencari peluang trobosan pasar baru," jelasnya.

Sementara di dalam negeri, saat ini pertumbuhan kredit di pertengahan 2022 berada diantara 9 - 11 persen. Semua perbankan pun berusaha mewujudkan di tengah kondisi kenaikan suku bunga, dan peningkatan inflasi.

"Ini berharap bahwa perbankan masih punya celah melakukan ekspansi beberapa segmen industri yang masih punya peluang baik di 2023," kata dia.

Dia menilai secara umum segmen koorporasi industri perbankan tidak terlalu besar porsinya yang bisa ditangkap di 2023. Namun, perbankan bisa mengambil celah dengan masuk ke segmen UMKM.

"Tahun 2023 menurut saya masih akan menguntungkan, dan di sinilah celah untuk perbankan untuk masuk di segmen UMKM," katanya.

Chandra mengatakan, UMKM saat ini menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia ketika terjadi resesi ekonomi pada 1998 dan 2008 lalu. Oleh karenanya, hal ini menjadi peluang besar bagi UMKM agar tidak hanya fokus terhadap fortopolio lainnya, namun juga masuk ke segmen UMKM.

"Ini jadi peluang perbankan tidak hanya teman bank yang fokus segmen UMKM, tapi ini sudah bergeser ke BNI, maupun Mandiri. Segmen UMKM sudah mereka masukin. Ini terlihat dari portofolio platform KUR diberikan Kemenko Perekonomian," jelasnya.

"Intinya ingin saya sampaikan prospek industri perbankan di 2023 masih sangat baik tapi tidak sebagus di 2022. Peluangnya terbuka beberapa industri sudah mengalami perbaikan untuk bisa menangkap potensi usaha yang ada," sambungnya.

Berdasarkan catatan Bank Indonesia (BI), intermediasi perbankan terus membaik dan mendukung pemulihan ekonomi. Hal ini terbukti dari pertumbuhan kredit pada Agustus 2022 tercatat sebesar 10,62 persen (yoy), ditopang oleh peningkatan di seluruh jenis kredit dan pada mayoritas sektor ekonomi. Pemulihan intermediasi juga terjadi pada perbankan syariah, dengan pertumbuhan pembiayaan sebesar 18,7 persen (yoy) pada Agustus 2022.

Dari sisi penawaran, berlanjutnya perbaikan intermediasi perbankan didukung oleh standar penyaluran kredit yang tetap longgar, seiring membaiknya appetite perbankan dalam penyaluran kredit terutama di sektor Pertanian, Industri, Konstruksi, dan Perdagangan.

Suku bunga perbankan masih dalam tren menurun. Di pasar dana, suku bunga deposito 1 bulan perbankan turun sebesar 44 bps menjadi 2,90 persen pada Agustus 2022 dari Agustus 2021. Di pasar kredit, suku bunga kredit menunjukkan penurunan 48 bps pada periode yang sama menjadi 8,94 persen.

Dari sisi permintaan, peningkatan intermediasi ditopang oleh pemulihan kinerja korporasi dan rumah tangga yang terus berlanjut. Kinerja korporasi tercermin dari tingkat penjualan dan belanja modal yang tetap tumbuh tinggi, terutama di sektor Pertanian, Pertambangan, Industri, dan Perdagangan, serta penerimaan pajak dari korporasi yang meningkat.

Sementara kinerja rumah tangga tercermin dari konsumsi dan investasi rumah tangga yang membaik sejalan dengan optimisme konsumen. Di segmen UMKM, pertumbuhan kredit UMKM tercatat sebesar 16,77 persen (yoy) pada Agustus 2022, terutama didukung oleh segmen mikro.

Selain itu, BI juga memperlihatkan bahwa sistem ketahanan sistem keuangan, khususnya perbankan, tetap terjaga baik dari sisi permodalan maupun likuiditas. Permodalan perbankan tetap kuat dengan rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/ CAR) Juli 2022 tetap tinggi sebesar 24,86 persen. Seiring dengan kuatnya permodalan, risiko tetap terkendali yang tercermin dari rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) pada Juli 2022 yang tercatat 2,90 persen (bruto) dan 0,82 persen (neto).

Likuiditas perbankan pada Agustus 2022 tetap terjaga didukung pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 7,77 persen (yoy), meskipun lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada Juli 2022 sebesar 8,59 persen.

Perlambatan DPK dikontribusikan oleh peningkatan konsumsi masyarakat, belanja modal korporasi, dan preferensi penempatan dana pada aset keuangan lain yang terindikasi dari nilai kepemilikan surat berharga negara (SBN).

Hasil simulasi Bank Indonesia juga menunjukkan bahwa ketahanan perbankan masih terjaga. Namun, sejumlah faktor risiko, baik dari sisi kondisi makroekonomi domestik maupun gejolak eksternal, tetap perlu diwaspadai potensi dampaknya pada laju pemulihan intermediasi ke depan.

Baca juga artikel terkait RESESI EKONOMI GLOBAL atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Anggun P Situmorang