Menuju konten utama

IMF: Sepertiga dari Ekonomi Dunia Berada dalam Resesi di 2023

IMF memperkirakan sepertiga ekonomi dunia akan mengalami tekanan lebih dalam pada 2023 ini.

IMF: Sepertiga dari Ekonomi Dunia Berada dalam Resesi di 2023
Gedung Dana Moneter Internasional, Senin, 5 April 2021, di Washington. IMF dan Bank Dunia membuka pertemuan musim semi virtual mereka hari ini. AP/Andrew Harnik

tirto.id - Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan sepertiga ekonomi dunia akan mengalami tekanan lebih dalam pada 2023 ini. Hal ini seiring dengan kekuatan ekonomi besar dunia seperti Amerika Serikat (AS), Uni Eropa, dan China ekonominya melambat secara bersamaan.

"Kami memperkirakan sepertiga dari ekonomi dunia berada dalam resesi. Bahkan untuk negara-negara yang tidak dalam resesi rasanya akan seperti resesi bagi ratusan juta orang," kata Kepala IMF, Kristalina Georgieva dikutip dari CNN, Kamis (5/1/2023).

IMF memangkas prospek pertumbuhan ekonomi global pada 2023 dari 2,9 persen jadi 2,7 persen. Hal itu mencerminkan hambatan yang terus berlanjut dari perang Rusia-Ukraina, tekanan inflasi hingga suku bunga tinggi.

Perlambatan di China dinilai akan memiliki dampak yang mengerikan secara global. Ekonomi terbesar kedua di dunia melemah secara dramatis pada 2022. Karena kebijakan nol-COVID yang kaku.

"Ini membuat Cina tidak sinkron dengan negara-negara lain di dunia, mengganggu rantai pasokan, dan merusak arus perdagangan dan investasi," jelasnya.

Pemimpin China, Xi Jinping juga memperkirakan ekonomi China telah berkembang setidaknya 4,4 persem tahun lalu. Angka ini jauh lebih kuat dari prediksi banyak ekonom tetapi jauh lebih rendah dari tingkat pertumbuhan 8,4 persen yang terlihat pada 2021.

“Untuk pertama kalinya dalam 40 tahun, pertumbuhan China pada 2022 kemungkinan berada di atau di bawah pertumbuhan global. Sebelum Covid, China akan menghasilkan 34, 35, 40 persen dari pertumbuhan global. Itu tidak melakukannya lagi,” katanya.

Sementara itu, Kristalina menilai ekonomi AS tangguh dan mampu menghindari resesi. Sebab, pasar tenaga kerja dinilai masih cukup kuat.

"Jika pasar tenaga kerja sangat kuat, Fed (The Federal Reserves) mungkin harus mempertahankan suku bunga lebih ketat lebih lama untuk menurunkan inflasi," ujarnya.

Baca juga artikel terkait PERTUMBUHAN EKONOMI 2023 atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Intan Umbari Prihatin