Menuju konten utama
Pemilu Serentak 2024

Ceruk Suara Partai Umat: Kelompok 212 hingga Sempalan PAN & PBB

Suara kelompok 212 dinilai tidak serta merta akan ke Partai Ummat. Sebab, massa 212 cair dan berasal dari beragam kekuatan politik.

Ceruk Suara Partai Umat: Kelompok 212 hingga Sempalan PAN & PBB
Ilustrasi Partai Politik Peserta Pemilu. tirto.id/Ecun

tirto.id - Lolosnya Partai Ummat sebagai peserta Pemilu 2024 membuat persaingan berebut ceruk suara semakin ketat. Parpol yang didirikan oleh Amien Rais ini akan berlomba dengan partai baru lain, seperti Partai Buruh, Partai Kebangkitan Nusantara (PKN) dan Partai Gelora.

Selain itu, Partai Umat juga harus bersaing dengan sejumlah parpol peserta Pemilu 2019, baik yang lolos parlemen maupun yang gagal masuk Senayan karena tidak lolos parliamentary threshold 4%. Parpol parlemen, antara lain: PDIP, Gerindra, Golkar, PKB, Demokrat, Nasdem, PKS, PAN, dan PPP. Sementara yang gagal, yaitu: Perindo, PSI, Partai Hanura, PBB, dan Partai Garuda.

Tak hanya itu, basis pemilih Partai Ummat juga beririsan dengan Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Bulan Bintang (PBB). Hal tersebut diyakini akan mengeraskan persaingan, terutama parpol yang basis massanya memiliki kesamaan, seperti PAN dan PBB.

Mari kita runut. Lahirnya PAN usai reformasi 1998 tidak lepas dari peran Amien Rais yang merupakan tokoh Muhammadiyah cum pendiri PAN. Pada 23 Agustus 1998, Amien bersama sejumlah tokoh, seperti AM Fatwa, Faisal Basrie hingga Alvin Lie Ling Piao mendirikan PAN.

PAN lantas menjadi rumah sejumlah aktivis, anggota maupun simpatisan Muhammadiyah yang ingin menyalurkan hasrat politik mereka. Alhasil, muncul label bahwa Muhammadiyah adalah basis massa dari PAN. Meski dalam perkembangannya, tak semua warga Muhammadiyah menyalurkannya lewat PAN, misal pada 16 Desember 2006 lahir Partai Matahari Bangsa (PMB).

Setelah Amien Rais mundur dari PAN dan membentuk Partai Ummat, muncul dugaan bahwa kedua parpol akan berebut suara. Dalam analisis Antara misal menyatakan, ada potensi orang-orang yang loyal kepada Amien Rais akan meninggalkan PAN dan pindah haluan ke Partai Ummat.

Jika ditilik ke belakang, harus diakui bahwa Partai Ummat memang sangat erat dengan PAN. Beberapa kader PAN 'migrasi' ke Partai Ummat. Sebut saja Agung Mozin (meski akhirnya keluar), Buhari Kahar Muzakir yang sempat menjadi caleg PAN, maupun eks Wasekjen PAN, Dedy Setiawan Rusli Dolot. Selain itu, ada juga anak Amien Rais, yaitu Hanafi Rais dan Ahmad Dahlan Rais –saudara Amien Rais-- juga menjadi bagian deklarator Partai Ummat.

Selain kader PAN, sejumlah tokoh yang berafiliasi dengan Amien Rais pun ikut merapat sebagai deklarator Partai Ummat. Sebut saja eks Ketua Umum DPP PBB, MS Kaban; tokoh aksi 212 Ansufri Idrus Sambo, Buni Yani hingga Neno Warisman –belakangan Neno mundur dari Partai Ummat.

Keberadaan sejumlah tokoh 212 ini tentu membuka peluang kantong suara lain di Partai Ummat. Kelompok politik 212 ini lahir dari momentum politik pada 2016 yang sama-sama mendorong agar Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok (saat itu gubernur DKI Jakarta) diproses hukum atas kasus penodaan agama. Saat itu, aksi terjadi secara berjilid-jilid dan puncaknya adalah 2 Desember 2016, yang dikenal dengan aksi 212.

Keberadaan kelompok 212 ini terus berlanjut meski Ahok sudah dipenjara. Bahkan pada Pemilu 2019, kelompok 212 ini menjadi bagian dari perpolitikan nasional dengan mendukung pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

Belakangan, usai Prabowo dan Sandiaga justru bergabung dalam Kabinet Indonesia Maju dan menjadi menteri pemerintahan Joko Widodo-Ma’ruf Amin, kelompok 212 ini semakin mencair. Sebagian dari mereka bergabung dengan Amien Rais mendirikan Partai Ummat.

Rakornas PA 212

Ketua DPP PA 212 Slamet Maarif memberikan keterangan pers mengenai memilih pemimpin Capres dan Cawapres yang tidak tunduk kepada kepentingan asing. di Rakornas PA 212 di Cibubur, Jakarta Timur Selasa(29/5/2018). tirto.id/Naufal Mamduh

Suara PAN dan PBB akan Terdampak?

Analis politik dari Indostrategi, Arif Nurul Imam mengakui, PAN dan Partai Ummat akan bersaing berebut suara pada pemilu mendatang. Hal itu tidak lepas dari para loyalis Amien Rais yang kemungkinan akan memilih Partai Ummat.

“Kehadiran Partai Ummat langsung atau tidak akan berpengaruh terhadap konstelasi politik, terutama pengaruh terhadap Partai Amanat Nasional di mana Amien Rais adalah pendiri, tokoh sentral PAN dan kemudian mendirikan Partai Ummat. Tentu dampaknya adalah loyalis Amien Rais akan hengkang dari PAN dan ikut bergabung di Partai Ummat,” kata Imam kepada Tirto, Rabu (4/1/2023).

Imam juga melihat, kehadiran MS Kaban akan mempengaruhi penambahan suara Partai Ummat. Meski tidak besar, tapi hal itu mendorong peningkatan suara Partai Ummat. Di sisi lain, kata dia, hal ini akan membuat PBB dan Partai Ummat akan bersaing dalam perebutan suara.

Selain itu, Imam menilai, peran kelompok 212 juga akan mendorong penambahan suara Partai Ummat. Akan tetapi, dukungan kelompok 212 belum tentu signifikan karena dalam hasil survei bahwa suara mereka hanya mempengaruhi 0,4% suara nasional.

“Kalau kemudian kita akumulasi apakah loyalis Amien Rais, pendukung MS Kaban, PA 212, FPI dan HTI dan potensi dari ekspansi di ceruk floating mass, itu akan menentukan seberapa besar Partai Ummat akan lolos di parlemen atau tidak,” kata Imam.

Imam menambahkan, “Pertanyaannya adalah seberapa masif loyalis Amien Rais, loyalis MS Kaban, simpatisan 212, FPI dan HTI memberikan dukungan secara elektoral di bilik TPS. Itu saya kira kunci kemenangan, apakah Partai Ummat akan lolos [ambang batas parlemen] atau tidak," tutur Imam.

Sementara itu, peneliti dari Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) Saidiman Ahmad menilai, Partai Ummat belum memiliki warna kuat. Akan tetapi, ia tidak memungkiri pemilih PAN bisa bergeser ke Partai Ummat.

“Sejauh ini, dukungan publik pada Partai Ummat belum terlihat menonjol. Elektabilitasnya masih di bawah 1 persen. Namun, partai ini potensial menarik para simpatisan Amien Rais, terutama yang ada di PAN,” kata Saidiman kepada Tirto.

Saidiman menuturkan, PAN tengah mengalami penurunan suara dari 6,8 persen di Pemilu 2019 dan sekarang di angka sekitar 1,7 persen berdasarkan survei SMRC per Desember 2022.

Kepindahan suara PAN ke Partai Ummat terekam pada survei SMRC pada Oktober 2022. Dalam survei tersebut, SMRC menemukan cukup banyak pemilih PAN di Pemilu 2019 yang sekarang belum memutuskan pilihan, sekitar 13 persen.

“Pemilih PAN yang belum menentukan pilihan ini yang potensial ditarik Partai Ummat,” kata Saidiman.

Di sisi lain, Saidiman tidak memungkiri suara PBB juga terseret ke Partai Ummat akibat kehadiran MS Kaban. Akan tetapi, ia khawatir hal itu tidak berpengaruh banyak. “Kalau pun ada suara PBB pindah ke Ummat, itu tidak akan banyak mengubah elektabilitasnya,” kata Saidiman.

REUNI AKBAR 212 Jakarta

Sejumlah tokoh politik berpidato dalam perhelatan Reuni Akbar 212 di Monas, Jakarta, Minggu (2/12/18). tirto.id/Andrey Gromico

Sementara soal kehadiran sejumlah pentolan 212 di Partai Ummat, Saidiman menilai suara kelompok 212 tidak serta merta akan berlabuh ke Partai Ummat. Sebab, kata dia, massa 212 cair dan berasal dari beragam kekuatan politik dan massa serta tidak besar.

“Sebenarnya kekuatan massa 212 itu di tingkat nasional tidak terlalu besar. Hanya ada 30-an persen publik yang oposan pada pemerintah, dan massa 212 adalah bagian kecil dari publik yang kritis pada pemerintah,” kata Saidiman.

Saidiman memprediksi, suara Muhammadiyah akan menjadi sorotan persaingan perebutan suara PAN dan Partai Ummat. Sementara itu, untuk suara kelompok 212 maupun afiliasinya seperti FPI atau GNPF, tidak akan terjadi gesekan karena mereka punya afiliasi politik beragam.

“GNPF yang cair. FPI mungkin lebih solid, tapi mereka bisa mendukung partai mana saja sesuai instruksi pemimpinnya. Mereka punya kedekatan dengan Gerindra, Hanura, atau partai lain,” kata Saidiman.

Saidiman menilai, sampai saat ini, Partai Ummat belum menunjukkan diri sebagai partai yang efektif menarik massa pemilih. Hal ini, kata Saidiman, tidak terlepas dari platform partai.

“Persoalan terbesar Partai Ummat adalah karena mereka menarget ceruk pasar yang kurang dalam, yakni massa pemilih islamis. Selama ini, partai-partai Islam selalu menjadi partai tengah atau bahkan partai terbawah. Dan Ummat bermain di ceruk partai-partai Islam itu,” kata Saidiman.

Respons PA 212

Sekretaris Majelis Syuro PA 212, Slamet Maarif memastikan bahwa PA 212 belum menentukan langkah secara organisasi untuk mendukung partai tertentu. Akan tetapi, ia mengatakan PA 212 tidak melarang kader mereka untuk berpolitik.

“PA 212 belum memutuskan akan mendukung partai apa pun, jika pribadi masing-masing, itu hak asasi mereka, kami enggak bisa melarang,” kata Slamet Maarif kepada reporter Tirto, Rabu (4/1/2023).

Slamet menambahkan, “Jadi secara organisasi kami belum memutuskan dan kecil kemungkinan untuk mendukung salah satu partai.”

Hal senada diungkapkan Wasekjen PA 212, Novel Bakmumin yang menegaskan bahwa PA 212 tetap bersama Rizieq Shihab. Mereka belum akan mengambil sikap politik hingga ijtima ulama digelar.

“Saat ini kami masih satu komando bersama IB HRS tidak ke partai manapun dan dukung siapapun sampai ada putusan ijtima ulama nanti,” kata Novel kepada Tirto, Rabu kemarin.

Akan tetapi, kata dia, PA 212 memperbolehkan anggota mereka untuk beraktivitas politik. Namun, mereka yang berpolitik harus mundur dari kepengurusan PA 212.

“Nanti apabila mantan pengurus PA 212 bergabung dengan partai dan masih dalam kelompok IB HRS dan dari hasil ijtima ulama, maka tentunya kami akan dukung penuh,” kata Novel.

Novel menganalogikan namanya dulu yang didorong sebagai bakal cawapres di masa lalu. Ia pun mundur dari pengurus.

“Begitu juga saya kalau memang dengan izin Allah, nama saya masuk dalam bursa cawapresnya ijtima ulama serta sudah dipinang partai dan menjadi pasangan resmi, maka saya akan mundur dari pengurus inti PA 212 agar fokus menjadi cawapres nanti,” kata Novel.

PARTAI UMMAT MENDAFTAR UNTUK PEMILU 2024

Ketua Umum Partai Ummat Ridho Rahmadi (tengah) menyampaikan sambutan saat penyerahan berkas pendaftaran sebagai partai politik calon peserta Pemilu 2024 di Kantor KPU, Jakarta, Jumat (12/8/2022). ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/rwa.

Baca juga artikel terkait PEMILU 2024 atau tulisan lainnya dari Andrian Pratama Taher

tirto.id - Politik
Reporter: Andrian Pratama Taher
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Abdul Aziz