Menuju konten utama

Mengenal Pembangkit Listrik Tenaga Sampah dan Cara Kerjanya

Pembangkit listrik tenaga sampah dinilai mampu mengurangi masalah sampah di Indonesia. Lalu, bagaimana cara kerja PLTSa?

Mengenal Pembangkit Listrik Tenaga Sampah dan Cara Kerjanya
Petugas melakukan pengawasan mesin pengolahan sampah menjadi energi listrik pada instalais pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa) Putri Cempo di Solo, Jawa Tengah, Sabtu (15/7/2023). ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha/foc.

tirto.id - Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) adalah teknologi yang mengubah sampah menjadi energi listrik melalui proses termal. Sampah diolah menjadi gas metana kemudian digunakan untuk memproduksi listrik.

Merujuk pada Jurnal Masalah-Masalah Sosial I, Vol. 12, No. 1 (2021), teknologi PLTSa disebut sebagai alternatif sumber energi terbarukan untuk memenuhi kebutuhan listrik masyarakat. Selain itu, pembangunan PLTSa berfungsi sebagai solusi mengatasi permasalahan sampah di kota-kota besar yang memiliki keterbatasan tempat pembuangan akhir.

Meskipun dapat mengurangi jumlah sampah, proses pembakaran di PLTSa menghasilkan polusi udara yang berbahaya dan berdampak pada kesehatan dan lingkungan. Karena alasan ini, pembangunan PLTSa sering mendapat tentangan dari masyarakat dan aktivis lingkungan.

Berkaitan dengan hal tersebut, banyak yang ingin mengetahui cara kerja pembangkit listrik tenaga sampah. Untuk menjelaskan hal tersebut, artikel ini akan mengulas pembangkit listrik tenaga sampah di Indonesia serta manfaat PLTSa.

Cara Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Sampah

PLTSa atau yang dikenal sebagai fasilitas waste-to-energy, mengubah material sampah organik maupun anorganik menjadi sumber energi tertentu, seperti listrik, panas, dan bahan bakar. Lalu, bagaimana cara kerja dari pembangkit listrik tenaga sampah?

Masih dikutip dari Aspirasi: Jurnal Masalah-Masalah Sosial I, Vol. 12, No. 1 (2021), cara kerja pembangkit listrik tenaga sampah dimulai dengan pengumpulan dan pengolahan sampah menjadi bentuk yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar. Pengolahan ini melibatkan proses pencacahan, pengayakan, dan klasifikasi udara untuk menghasilkan Refuse Derived Fuel (RDF) atau bahan bakar lain yang siap digunakan.

Dalam jurnal Media Ilmiah Teknik Teknologi Lingkungan Vol. 5, No. 1 (2020) disebutkan, proses selanjutnya dilakukan dengan dua cara utama, yaitu pembakaran (insinerasi) dan gasifikasi. Berikut penjelasannya.

A. Insinerasi

Insinerasi adalah metode pembakaran sampah yang tidak dapat didaur ulang. Proses ini mengubah sampah menjadi energi dengan membakar limbah pada suhu tinggi untuk menghasilkan uap. Uap tersebut kemudian menggerakkan turbin dan generator untuk menghasilkan listrik.

B. Gasifikasi

Teknologi gasifikasi mengolah sampah organik untuk menghasilkan gas metana (CH4) yang dapat digunakan sebagai bahan bakar. Proses ini melibatkan pemanasan sampah tanpa oksigen untuk menghasilkan gas sintetik yang bisa digunakan sebagai bahan bakar diesel atau untuk memanaskan uap yang menggerakkan turbin sehingga menghasilkan listrik. Gas metana terbentuk dari unsur karbon dalam sampah yang bereaksi dengan hidrogen dari air.

C. Konversi energi

Energi dibedakan menjadi energi primer dan sekunder. Energi primer adalah sumber daya energi yang langsung disediakan oleh alam. Sebaliknya, energi sekunder adalah energi primer yang telah dimanfaatkan lebih lanjut.

Dalam konteks PLTSa, energi listrik dihasilkan dari konversi energi primer seperti gas metana. Gas metana ini dapat digunakan untuk memutar turbin melalui proses pembakaran, menghasilkan energi listrik yang dapat digunakan oleh masyarakat.

D. Penggunaan Gas Landfill (LFG)

Gas Landfill adalah salah satu sumber energi terbarukan yang dapat digunakan dalam PLTSa. LFG dihasilkan oleh mikroba saat bahan organik mengalami fermentasi dalam kondisi anaerobik yang sesuai. Kandungan utama LFG adalah metana dan karbon dioksida, yang dapat dimanfaatkan untuk memutar turbin dan menghasilkan listrik.

Di mana Pembangkit Listrik Tenaga Sampah di Indonesia?

Terhitung pada 2019 hingga 2022, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebut ada 12 pembangkit listrik tenaga sampah di Indonesia.

Beberapa kota yang memiliki pembangkit listrik tenaga sampah di Indonesia antara lain DKI Jakarta, Kota Tangerang, Tangerang Selatan, Kota Bekasi, Kota Bandung, Kota Semarang, Kota Surakarta, Kota Surabaya, Kota Makassar, Kota Denpasar, Kota Palembang, dan Kota Manado.

Setiap kota memiliki PLTSa dengan kapasitas dan investasi berbeda-beda. Sebagai contoh, Surabaya direncanakan mengoperasikan PLTSa pertama dengan kapasitas 10 MW dari volume sampah 1.500 ton/hari dengan investasi sekitar 49,86 juta dolar Amerika Serikat (AS).

Sementara itu, dilansir Waste to Energy International, Pusat Pengelolaan Limbah Dubai (DWMC) akan menjadi pembangkit listrik tenaga sampah terbesar di dunia.

Dikutip dari dokumen “DWMC Company Profile 2023”, DWMC dirancang untuk mengubah 1,9 Juta ton sampah residu kota per tahun menjadi energi yang berkelanjutan.

Beroperasi di lokasi Warsan, Dubai, proyek ini diklaim akan mengubah 5.666 ton sampah residu setiap harinya menjadi 200 MW listrik yang disalurkan langsung ke sistem jaringan listrik Otoritas Listrik dan Air Dubai. Energi yang dihasilkan akan mampu menyediakan listrik untuk 135.000 rumah, yang merupakan sekitar 2 persen dari konsumsi listrik tahunan di Dubai.

Apa Manfaat Utama dari PLT Sampah?

Manfaat pembangkit listrik tenaga sampah yang utama adalah mengurangi limbah di tempat pembuangan sampah. Hal ini dapat menjadi salah satu solusi daur ulang. Dikutip dari situs Plant Engineering, berikut manfaat dari PLTSa.

1. Pengurangan limbah di tempat pembuangan sampah

Salah satu keuntungan utama penggunaan limbah menjadi energi adalah pengurangan limbah di tempat pembuangan sampah. Sebagian besar sampah yang biasanya berakhir di tempat pembuangan sampah dapat dimanfaatkan kembali atau didaur ulang, mengurangi volume sampah yang berakhir di tempat pembuangan akhir, dan mencegah pelepasan zat beracun ke lingkungan.

2. Penciptaan energi terbarukan

Proyek pembangkit listrik tenaga sampah yang dirancang dengan baik dapat menghasilkan jumlah energi yang besar dari pengolahan sampah menjadi energi, yang dapat digunakan untuk menghasilkan listrik dan panas.

Hal ini membantu mengurangi ketergantungan pada sumber energi fosil dan menciptakan sumber energi terbarukan yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi manusia.

3. Proses yang ramah lingkungan

Proses pengolahan sampah menjadi energi adalah proses yang ramah lingkungan, tidak memerlukan bahan bakar fosil atau sumber daya tak terbarukan. Pembangkit listrik tenaga sampah juga dapat mengurangi pelepasan gas rumah kaca, membantu dalam upaya mitigasi perubahan iklim.

Baca juga artikel terkait PEMBANGKIT LISTRIK atau tulisan lainnya dari Umi Zuhriyah

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Umi Zuhriyah
Penulis: Umi Zuhriyah
Editor: Fadli Nasrudin