tirto.id - Rasa khawatir menjadi tua merupakan kondisi lazim yang dialami banyak orang. Namun, ketika kecemasan itu terjadi secara intens dan berlipat-lipat, kondisi itu dapat mengarah ke gangguan mental yang dikenal sebagai gerascophobia. Lantas, apa itu gerascophobia yang terjadi ketika manusia takut menjadi tua?
Di sebagian besar masyarakat, menjadi tua merupakan keadaan mencemaskan. Pasalnya, ketika usia bertambah, kekuatan fisik akan menurun, kesehatan mulai terganggu, hingga pekerjaan pun susah dicari.
Rasa takut menjadi tua ini adalah hal normal. Sebab, ketika menua, sebagian besar dari kita tidak tahu apa yang akan terjadi. Apakah bisa mengatasi tantangan-tantangan di atas? Atau malah menjadi sosok yang sengsara?
Ketakutan pada hal yang tak pasti adalah kondisi alamiah yang lazim dialami manusia. Dalam hal ini, bukan menjadi tua yang ditakutkan, namun respons lingkungan ketika seseorang menjadi tua bisa jadi merupakan bayangan yang buruk, sebagaimana dinyatakan John G. Robertson dalam An Excess of Phobias and Manias (2003).
Bagi beberapa orang, gerascophobia merupakan kecemasan bahwa ia akan ditinggal sendirian dan dalam kondisi berkekurangan. Ada juga kekhawatiran bahwa di usia tua, ia tidak mampu lagi mengurus diri sendiri sehingga menyusahkan orang lain.
Obsesi melawan penuaan ini sebenarnya merupakan impian manusia sejak masa silam. Berkat hal itu juga, hadir berbagai legenda mengatasi usia tua, misalnya legenda Fountain of Youth yang ditulis Herodotus sejak 5 abad sebelum masehi, Mata Air Keabadian, atau Telaga Air Hayat. Berdasarkan legendanya, siapa saja yang berendam di telaga tersebut akan tetap awet muda.
Baru-baru ini, dua orang terkaya di dunia, Elon Musk dan Jeff Bezos juga berupaya mengembangkan penelitian untuk melawan penuaan dengan memodifikasi sel dan kromosom tubuh lewat disiplin bioteknologi.
Infografik SC Takut Tambah Tua. tirto.id/Fuad Gejala Gerascophobia: Tanda-tanda Ketakutan terhadap Penuaan
Gejala gerascophobia mirip seperti gejala-gejala fobia lainnya. Yang membedakannya adalah inti kecemasan yang dirasakan pengidap gerascophobia, yakni khawatir terhadap penuaan.
Berdasarkan hal itu, pengidap gerascophobia pun melakukan kegiatan atau aktivitas tertentu untuk melawan kecemasan yang dirasakannya.
Sejumlah gejala gerascophobia mencakup hal-hal sebagai berikut:
- Nyaris selalu berbusana dengan setelan yang tidak cocok dengan usianya (busana untuk anak muda).
- Mengalami serangan panik (panic attack)
- Kesulitan untuk rileks
- Kesulitan berkonsentrasi
- Cepat marah
- Kelelahan
- Sakit kepala atau migrain
- Jantung berdebar-debar
- Mulut kering
- Kesulitan bernapas
Dari penjelasan di atas, kecemasan terhadap penuaan dan bertambahnya usia ini tidak hanya dirasakan di pikiran, melainkan juga dialami oleh tubuh.
Gejala-gejala gerascophobia hadir secara otomatis dan tak bisa dikendalikan oleh pengidapnya.
Contoh kasus gerascophobia pernah dialami oleh seorang remaja usia 14 tahun di Meksiko, sebagaimana diwartakan Antara.
Remaja ini khawatir tumbuh dewasa, ia membatasi asupan makanan, dan mengubah suaranya menjadi kekanak-kanakan.
Gerascophobia ini dimulai ketika ia berusia 11 tahun. Langkah yang ia ambil cukup ekstrem. Suatu waktu, ia belajar bahwa mengonsumsi makanan dapat membuatnya tumbuh besar, dengan demikian, ia pun mengurangi asupan makanannya untuk melawan penuaan.
Selain itu, ketika berjalan pun, ia membungkuk untuk menyembunyikan tinggi badannya. Ia percaya bahwa ketika ia tumbuh besar, ia mungkin akan sakit atau meninggal.
"Setiap kali ia menyadari perubahan fisik yang menunjukkan pertumbuhannya, ia merasa takut dan cemas, sampai-sampai mempertimbangkan untuk menjalani beberapa operasi untuk menyembunyikannya," ujar peneliti yang mempelajari kasus tersebut.
Penelitian mengenai kasus remaja 14 tahun yang mengalami gerascophobia ini dimuat dalam jurnal Case Reports in Psychiatry bertajuk "Severe Growing-Up Phobia, a Condition Explained in a 14-Year-Old Boy".
Sebagian pengidap gerascophobia juga melakukan operasi plastik berkali-kali untuk menolak penuaan.
Kendati demikian, penuaan adalah kondisi alamiah yang akan dialami semua manusia. Tidak ada cara lain, kecuali menerima kondisi tersebut dengan penuh persiapan dan lapang dada.
Editor: Addi M Idhom