Menuju konten utama

Mengeker Deretan Saham Unggulaan saat Pemilu 2024

Analis menyoroti sejumlah sektor saham berkinerja unggul saat pemilu, yaitu finansial, konsumen dan media.

Mengeker Deretan Saham Unggulaan saat Pemilu 2024
Pekerja memotret layar yang menampilkan pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (4/7/2023). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/tom.

tirto.id - Pemilu serentak 2024 dinilai akan menjadi sentimen positif untuk pasar modal Indonesia termasuk investasi reksadana. Head of Investment Bareksa, Christian Halim menuturkan, dalam lima pemilu terakhir, IHSG lima kali menguat sepanjang tahun pemilu, dengan rata-rata return sebesar 45,3 persen.

Mengutip data Syailendra, IHSG selalu naik dalam sembilan bulan menjelang hari pemilihan presiden.

"Secara historis, indeks saham (IHSG) dapat mencetak kinerja positif selama tahun pemilu. Investor dapat memanfaatkan peluang kenaikan dengan membeli reksadana berbasis indeks saham," kata Christian dalam keterangannya, Senin (7/8/2023).

Selain itu, sejak awal tahun hingga saat ini, investor asing telah melakukan pembelian di pasar saham sekitar Rp23,83 triliun. Saham yang dibeli investor asing mayoritas merupakan saham berkapitalisasi besar dan memiliki kinerja keuangan stabil seperti perbankan konvensional hingga sektor konsumer.

Chief Investment Officer Jagartha Advisors, Erik Argasetya juga menyoroti sejumlah sektor saham berkinerja unggul saat pemilu, yaitu finansial, konsumen dan media. Dia menilai, sektor finansial akan mendapat dorongan dari pembiayaan proyek untuk menjaga kepercayaan publik dan data ekonomi tetap bagus, sehingga mendorong penyaluran kredit.

"Sementara itu, sektor konsumen mendapat angin segar dari dana kampanye yang digunakan untuk berbelanja barang kebutuhan pokok. Kemudian, sektor media dan telekomunikasi terdorong karena adanya iklan kampanye kandidat melalui TV, media cetak maupun elektronik," jelas Erik.

Sebagai tambahan, Erik juga menjelaskan ada sejumlah faktor di luar pemilu yang mempengaruhi pasar domestik, seperti kondisi ekonomi dan inflasi Amerika Serikat, serta kebijakan bank sentral global dan Bank Indonesia.

"Bank sentral AS kemungkinan masih akan menaikkan suku bunga sekali lagi pada September tetapi keputusan akan bergantung terhadap data ekonomi yang keluar. Sementara itu, BI menunggu langkah The Fed dengan kecenderungan akan memangkas suku bunga lebih cepat daripada The Fed," kata Erik.

Mempertimbangkan berbagai faktor tersebut, Chief Executive Officer Bareksa Prioritas, Ricky Rachmatulloh merekomendasikan investor High Net-Worth Individual (HNWI) khususnya yang memiliki profil risiko agresif, untuk membeli reksadana saham yang memiliki eksposur di sektor yang diuntungkan dari pemilu.

"Ini adalah kesempatan yang bagus bagi investor agresif dan long-term untuk membeli reksadana saham hingga tahun depan," katanya.

Di samping itu, dia juga menyarankan reksadana pendapatan tetap berbasis obligasi korporasi untuk menjaga stabilitas portofolio sembari menunggu The Fed atau BI akan mengumumkan untuk memangkas suku bunga. Terakhir, investor konservatif atau yang mengutamakan likuiditas disarankan untuk menaruh asetnya di reksadana pasar uang.

Baca juga artikel terkait SAHAM atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - Bisnis
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Intan Umbari Prihatin