tirto.id - Apa hal pertama yang harus Anda pastikan kepada dokter setelah melahirkan? Selain kondisi kesehatan dan kelengkapan organ, Anda perlu juga memastikan ukuran genital anak. Ukuran genital yang terlalu kecil, disebut mikropenis, akan mudah ditangani ketika diterapi sedini mungkin. Penanganan lambat dapat menimbulkan efek kesehatan jangka panjang.
Calon individu dengan kondisi mikropenis sebetulnya memiliki pertumbuhan penis normal saat trimester pertama embrio. Namun, pertumbuhan tersebut mengalami kegagalan selama trimester kedua dan ketiga. Saat lahir, kondisi mikropenis ditandai dengan ukuran genital yang tidak lebih dari 0,75 inci (1,9 cm) ketika diregangkan.
Menurut Stanford Childrens, normalnya bayi baru lahir memiliki panjang penis antara 1,1 hingga 1,6 inci, setara 2,8 hingga 4,2 cm. Keliling penis berkisar antara 0,35 sampai 0,5 inci atau 0,9 sampai 1,3 cm. Pengukuran ini dilakukan dari ujung ke pangkal penis dengan peregangan lembut.
“Saat umur enam bulan panjang minimalnya 3 cm dan akan terus bertambah sesuai umur,” papar Dr. dr. Aman Bhakti Pulungan, Sp. A (K), FAAP, dokter spesialis anak konsultan endokrin, metabolik, dan diabetes anak RSPI.
Sebanyak 0,6 persen anak-anak di dunia terkena kondisi mikropenis. Namun, data pasti di Indonesia tak tersedia karena mikropenis masih dianggap sebagai hal tabu. Karena kepercayaan tersebut, kondisi individu dengan mikropenis sering disembunyikan. Ujungnya malah diobati dengan cara salah. Padahal, jika cepat dideteksi, kondisi ini bisa diatasi dengan terapi hormon.
Kondisi mikropenis yang tidak disertai kelainan bawaan lain dapat diberi suntikan testosteron tiap 3-4 minggu sebanyak empat kali. Jamaknya, dengan terapi ini, ukuran penis akan bertambah secara normal. Sebab, umumnya gangguan hormonlah yang menjadi penyumbang utama kondisi mikropenis.
“Anak dengan mikropenis bentuk penisnya normal, punya batang kemaluan, kepala kemaluan, kantung zakar, dan kedua buah zakar di dalamnya. Hanya ukurannya saja kecil,” kata Aman.
Pada anak dengan kondisi mikropenis akibat kekurangan hormon 5 reduktase, dilakukan pengobatan dengan cara mengoleskan krim dehidrotestosteron. Pengobatan akan efektif diberikan sebelum selesai masa pubertas. Namun, hasilnya akan lebih maksimal ketika dilakukan saat usia anak kurang dari enam bulan.
“Bila anak berusia enam bulan saat didiagnosis tidak lagi diperlukan pemeriksaan hormon, langsung bisa diberi obat,” imbuhnya. Namun, anak dengan kondisi mikropenis tanpa testis, atau yang penisnya sangat kecil, tak bisa diterapi dengan metode tersebut.
Selain kelainan hormon, terdapat penyebab lain yang memicu mikropenis. Beberapa di antaranya adalah sindrom-sindrom yang berkaitan dengan kelainan bawaan, kelainan susunan saraf pusat, bagian dari disorder of sex development (DSD), hingga penyebab yang tidak diketahui (idiopatik). Aman menegaskan, mikropenis tidak diturunkan dari orangtua sehingga tidak ada faktor penentu genetik.
Kondisi Jangka Panjang
Karena bentuk genital yang tidak normal, seringkali bayi dengan mikropenis, seperti ditulis WebMD, dibesarkan sebagai perempuan. Sebabnya, saat dewasa, dalam beberapa kasus, anak dengan kondisi mikropenis memiliki jumlah sperma rendah. Akibatnya adalah infertilitas atau penurunan kesuburan.
Daripada menanggung kondisi tersebut, ada orangtua yang beranggapan anaknya lebih baik mendapat rekonstruksi genital agar mendapat kehidupan seks lebih baik dan citra tubuh positif. Untuk membesarkan bayi dengan mikropenis sebagai perempuan, dibutuhkan operasi rekonstruktif membentuk vagina dan suntikan hormon.
Padahal, anak laki-laki dengan kondisi mikropenis cenderung memiliki kehidupan seksual yang “normal” dibanding mereka yang dibesarkan sebagai perempuan. Bahkan, hanya 20 persen perempuan dengan kondisi mikropenis puas dengan kondisi genital mereka. Di sisi lain, ada 50 persen individu dengan mikropenis yang merasa puas karena dibesarkan sebagai laki-laki.
“Kami tidak merekomendasikan bayi mikropenis dibesarkan sebagai perempuan karena ada kesulitan terkait operasi pembedahan vagina dan perawatan hormon berikutnya,” kata Amy Wisniewski, PhD, peneliti dari Johns Hopkins Children's Center, pusat perawatan pediatrik anak di Rumah Sakit Johns Hopkins, AS, seperti dikutip WebMD.
Wisniewski mengamati 13 pria dan 5 perempuan dengan kondisi mikropenis bawaan. Dari hasil wawancara, hanya satu dari lima perempuan yang merasa puas dengan genitalnya. Dua sampel lainnya melaporkan kurangnya libido dan ketidakmampuan mencapai orgasme. Jadi, sejatinya, kondisi mikropenis tak perlu terlalu dirisaukan selagi cepat didiagnosis dan diberi pengobatan tepat.
“Pastikan sedini mungkin kondisi mikropenis anak Anda. Konsultasi ke dokter anak saat baru lahir, karena sebenarnya pengobatannya mudah dan relatif murah,” demikian saran dr Aman.
Penulis: Aditya Widya Putri
Editor: Maulida Sri Handayani