tirto.id - Setelah membaca kabar-kabar pelecehan yang dilakukan Donald Trump terhadap perempuan, seniman Illma Gore yang tinggal di Los Angeles akhirnya membalas Trump. Caranya: membuat lukisan telanjang Trump. Dalam versi tanpa sensor, Trump dilukiskan tanpa pakaian, dengan penis yang sengaja dibuat kecil.
Setelah selesai melukis ia membuat slogan: “Anda bisa membuat tusukan besar, meskipun hanya dengan yang ada di celana Anda,” dikutip dari situs pribadinya, illmagore.com.
Memang sudah banyak laporan soal Trump yang sering melecehkan perempuan. Sebagaimana dilaporkan Huffington Post, dalam rekaman video wawancaranya tahun 1997, Trump pernah menghina mantan istrinya Maria Maples dengan mengatakan “Vagina mahal.”
Hal sama juga pernah dilontarkan Hillary Clinton dalam debat calon presiden. Ia mengulangi komentar Trump yang menyebut perempuan sebagai "babi gemuk" dan "anjing". Clinton kemudian menceritakan kisah Alicia Machado, yang memenangkan Miss Universe 1996. Trump pernah menyebut Machado sebagai "Miss Piggy", setelah mengalami kenaikan berat badan.
Itulah yang memicu Illma Gore begitu berhasrat melukis penis Trump. Namun tak lama setelah ia mengunggah gambar ke grup Facebook feminis, gambar itu mulai berkembang biak di Twitter, Instagram, dan Snapchat, dan mendapat perhatian dari media.
Tak lama setelah ia memposting lukisan pada 10 Februari 2016, Facebook telah memblokir akunnya. Menurut pemberitahuan Facebook, larangan itu akan berlangsung selama 13 jam, tapi sampai saat ini akunnya tak kunjung kembali.
Masalah Gore belum berhenti sampai di sana. Dalam tulisannya di The Guardian, Gore mengaku telah diserang oleh Trump dan pendukungnya selama dua bulan. Selain itu, ia juga menerima ancaman pembunuhan, pemerkosaan serta sering mendapat teror melalui telepon dari orang tak dikenal yang memintanya untuk menghapus gambar tersebut dari akun media sosialnya. Bahkan ancaman menyeretnya ke pengadilan.
Suatu kali di bulan April, ia meninggalkan rumah untuk pergi ke toko peralatan seni. Saat berjalan di Alivira Street, sebuah mobil penuh dengan orang-orang muda berhenti di sampingnya, melontarkan hinaan, namun yang berhasil ditangkap pendengarannya hanya kata “TRUMP 2016!”
Saat mendekati sebuah mobil, ia mendengar pintu mobil terbuka, ia mendongak dan seorang pria ramping pun keluar dari mobil dan memukul wajahnya. Gore terkapar ke tanah, pria itu segera melarikan diri bersama komplotannya dan tertawa sambil berteriak “TRUMP 2016!”
Seketika ia merasa matanya mulai membengkak, frustrasi dan sangat sedih. Ia lalu menelpon teman-temannya dan langsung pergi ke polisi dan mengajukan laporan.
Dengan perasaan yang terlanjur kesal, karya itu akhirnya diunggah di laman webnya, illmagore.com dan membebaskan siapa saja untuk mengunduhnya.
Ia juga berusaha keras untuk memamerkan karya itu, namun beberapa galeri takut memamerkan karyanya karena dianggap berisiko. Namun, pada akhirnya, karya itu tampil di Maddox Gallery di London dan disaksikan oleh umum pada 11 April 2016 lalu.
Karya Seni Telanjang
Karya-karya seni yang menampikan objek telanjang bukan hal baru. Ingatlah adikarya manusia berupa patung yang diberi nama David, karya maestro pematung Renaissance, Michelangelo (1475-1564). Patung yang terletak di Florence, Italia, itu dikerjakan dari rentang tahun 1501 hingga 1504. Tingginya mencapai 5,2 meter dan berat 5,5 ton. Ia dibuat sebagai imajinasi atas tokoh penting dalam Alkitab, David, yang terkenal membantai raksasa Goliat.
Selain itu, adapula patung Laocoon and His Sons. Laocoon adalah sosok dalam mitologi Yunani. Patung ini ditemukan di dalam tanah kebun anggur milik Felice de 'Fredis pada Januari 1506. Salah satu ahli pertama yang menghadiri penggalian itu adalah Michelangelo, Paus Julius II, serta pecinta seni Yunani. Patung Laocoon memiliki dampak yang signifikan terhadap seni Italia terutama pada pematung Renaissance.
Namun, yang menjadi pertanyaan mengapa tokoh-tokoh pada kedua patung itu selalu digambarkan dengan penis yang kecil?
Menurut sejarawan seni Ellen Oredsson ada perbedaan nilai-nilai budaya tentang ketampanan laki-laki pada saat itu.
"Hari ini, penis besar dipandang sebagai hal yang berharga dan jantan, tapi saat itu... Penis kecil dianggap lebih baik daripada yang besar." Katanya seperti dikutip dari Mirror.co.uk.
Ellen juga mengatakan bahwa patung-patung penis besar dalam sejarah Yunani biasanya hanya digambarkan untuk pria yang bodoh dan penuh nafsu.
Karya seni yang menempatkan laki-laki sebagai objek yang dihadirkan telanjang bukanlah barang baru. Sylvia Sleigh pernah membuat lukisan berjudul Paul Rosano Reclining (1974). Lukisan ini mengambil objek musisi Paul Rosano. Namun bedanya, karya ini bukanlah kritik seperti yang dilancarakan kepada Trump. Lukisan ini hanya sebagai upaya membalikkan pendapat umum bahwa tidak hanya perempuan saja yang bisa menjadi objek karya.
Kurator seni Justin Paton mengatakan kepada BBC Culture: "Sylvia Sleigh itu terus terang mengatakan dia ingin melukis pria seksi... [lukisan] Ini lembut dan hangat, dan mencerminkan fakta Sylvia tahu [Paul Rosano] orang ini.”
Objek telanjang dalam karya seni tak terhindarkan memang memicu kontroversi. Hal itu diungkapkan seniman Anthony Christian dalam blog pribadinya, anthonychristian.co.uk, yang mengatakan bahwa sejarah penggunaan model perempuan sebagai objek lukisan di studio selalu memicu kontroversi.
Dalam satu kasus, ada juga anekdot yang berhembus bahwa pelukis Rembrandt Harmenszoon pernah mengusir muridnya karena ketahuan menggunakan perempuan telanjang sebagai model. Dalam kasus lain, perempuan memang jarang berani menjadi model hingga pertengahan abad-19. Setiap perempuan berpose untuk seniman sering diledek sebagai pelacur.
Menurut Anthony, baru tahun 1900, telanjang dianggap bukan sebagai hanya realitas bergambar tetapi berubah menjadi subjek yang menjadi kendaraan untuk berekspresi. Di Renaissance Utara, perempuan telanjang digunakan untuk mewakili alam dan dewa.
Karya-karya bugil yang cukup terkenal antara lain: The Knight Errant (1870) karya Sir John Everett Millais. Karya ini menceritakan tentang seorang ksatria yang menyelamatkan seorang perempuan bugil yang diikat di pohon.
Selain itu, adapula karya Lucian Freud berjudul Standing by the Rags (1988-89). Terkait kepiawaian Freud melukis perempuan tanpa busana, Paton mengatakan: "Freud adalah salah satu pelukis terbesar dari telanjang dalam beberapa tahun terakhir, dan saya pikir penting, dia juga salah satu pelukis terbaik dari telanjang."
Nama lain adapula karya Philip Wilson Steer berjudul Seated Nude: The Black Hat (1900). Dalam karya ini, Steer menampilkan perempuan telanjang dengan wajah tertutup topi untuk menjadi objek lukisannya.
Karya-karya di atas juga pernah ditampilkan pada November 2016 lalu, di Galeri Seni New South Wales di Sydney yang menampilkan 100 gambar telanjang koleksi galeri Tate dari tahun 1700 hingga tahun 2009.
Kurator pameran, Justin Paton, mengatakan: "Pameran ini adalah perjalanan melalui banyak perasaan manusia yang berbeda dari keadaan emosional, dan itu bagi saya adalah apa yang paling menarik tentang telanjang sebagai subjek."
Selain itu, dalam kasus lain, lukisan telanjang juga pernah menemui sejarah dalam harga pelelangan termahal. Karya seniman Italia, Amedeo Modigliani berjudul Nu Couche terjual sekitar US$170,4 juta atau setara dengan Rp2,3 miliar pada November 2015 di rumah lelang Christie's, New York.
Harga lukisan ini merupakan harga tertinggi kedua yang pernah terjadi dalam pelelangan, sementara karya pelelangan paling mahal dipegang oleh Les femmes d'Alger karya Pablo Picasso seharga US$179 juta atau Rp2,4 miliar.
Meskipun dulu karya seni telanjang pernah memunculkan berahi pada penikmat karya, menurut laporan The Richest, hal itu kini tidak terjadi lagi. Seni erotis tidak lagi mampu memberikan kekuatan untuk menciptakan berahi, hal itu bisa dilihat dari fakta bahwa terdapat 28.258 pengguna internet yang melihat situs pornografi setiap detiknya, dengan kata lain orang sudah jenuh terhadap gambar seksual yang tak nyata.
Jika seni itu bebas dan lukisan telanjang tidak lagi dimaknai sebagai hal yang tabu, maka tak heran jika Illma Gore begitu gagah berani melancarkan kritik kepada Presiden AS terpilih Donald Trump yang senang menyudutkan perempuan. Meskipun hanya dengan alegori penis kecil yang berbahaya, Ilma sudah memberi penggambaran yang pas tentang bahaya patriarki. Itulah yang menjadi slogannya: “Anda bisa membuat tusukan besar, meskipun hanya dengan yang ada di celana Anda.”
Apalagi jika Anda tak sekadar lelaki, namun juga kaya raya (seperti Trump dulu), apalagi jika Anda juga menjadi penguasa (seperti Trump kini).
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Zen RS