Bagi anak-anak yang tinggal di pulau-pulau terpencil di perbatasan memunculkan cerita tersendiri, terbatasnya sarana dan prasarana menjadi hal yang biasa, namun hal itu tidak mengurangi semangat mereka untuk menuntut ilmu. Hal inilah yang bisa ditemui di wajah-wajah anak-anak murid sekolah di Pulau Lengkang, Batam. Mereka harus bergantian untuk menggunakan kelas yang terbatas yang di satu-satunya sekolah di pulau yang berbatasan dengan Singapura itu yakni SDN 003.
Sekolah di pulau kecil itu memiliki siswa 70 orang dengan hanya lima ruang kelas. Keterbatasan ruang ini memaksa pihak sekolah menggunakan ruang perpustakaan yang kemudian dibagi lagi menjadi dua ruang kelas, yang bahkan harus digunakan bergantian oleh siswa kelas I, II dan IV. Riuh canda siswa kelas I dan II terdengar jelas oleh kakak kelas mereka di ruang sebelahnya karena hanya dibatasi tembok seadanya.
Suasana udara panas ciri khas pulau kecil itu menjadi hal yang tak terhindarkan, mengerjakan tugas dengan berpeluh keringat, namun keceriaan dan semangat terus terpancar jelas dari wajah mereka.
Sementara itu, bagi siswa SMP ataupun SMA yang berasal dari Pulau Lengkang harus bersiap lebih pagi untuk menuju sekolah. Mereka harus menembus dinginnya pagi menggunakan perahu pompong menuju Pulau Belakang Padang untuk menimba ilmu.
Perahu pompong bantuan dari Dinas Pendidikan Kota Batam menjadi kendaraan mereka setiap hari. Pemandangan gedung-gedung pencakar langit negeri Singapura menjadi pemandangan biasa. Kemajuan negeri seberang yang terlihat dengan jelas di hadapan mereka justru menjadi pemicu semangat meraih ilmu menjadi lebih baik bagi negeri mereka sendiri, Indonesia.
Foto dan Teks: Puspa Perwitasari
Sekolah di pulau kecil itu memiliki siswa 70 orang dengan hanya lima ruang kelas. Keterbatasan ruang ini memaksa pihak sekolah menggunakan ruang perpustakaan yang kemudian dibagi lagi menjadi dua ruang kelas, yang bahkan harus digunakan bergantian oleh siswa kelas I, II dan IV. Riuh canda siswa kelas I dan II terdengar jelas oleh kakak kelas mereka di ruang sebelahnya karena hanya dibatasi tembok seadanya.
Suasana udara panas ciri khas pulau kecil itu menjadi hal yang tak terhindarkan, mengerjakan tugas dengan berpeluh keringat, namun keceriaan dan semangat terus terpancar jelas dari wajah mereka.
Sementara itu, bagi siswa SMP ataupun SMA yang berasal dari Pulau Lengkang harus bersiap lebih pagi untuk menuju sekolah. Mereka harus menembus dinginnya pagi menggunakan perahu pompong menuju Pulau Belakang Padang untuk menimba ilmu.
Perahu pompong bantuan dari Dinas Pendidikan Kota Batam menjadi kendaraan mereka setiap hari. Pemandangan gedung-gedung pencakar langit negeri Singapura menjadi pemandangan biasa. Kemajuan negeri seberang yang terlihat dengan jelas di hadapan mereka justru menjadi pemicu semangat meraih ilmu menjadi lebih baik bagi negeri mereka sendiri, Indonesia.
Foto dan Teks: Puspa Perwitasari