tirto.id - Lagu Ayang-ayang Gung merupakan tembang permainan anak-anak dengan lirik bahasa Sunda khas Jawa Barat. Sempat ramai kembali lantaran disinggung Fadli Zon, apa lirik dan makna lagu Ayang-ayang Gung, arti terjemahannya dalam Bahasa Indonesia, serta siapa penciptanya?
Tembang-tembang daerah termasuk lagu permainan untuk anak-anak alias lagu dolanan biasanya mengandung makna, nilai, atau filosofi, berkaitan dengan pesan sosial, pesan persatuan, serta nilai-nilai budi pekerti. Maka tak heran jika lagu dolanan kerap dijadikan media untuk membangun pendidikan karakter pada anak-anak.
Lagu Ayang-ayang Gung merupakan tembang sebagai pengiring permainan anak-anak Sunda, yaitu ucing peungpeun yang berarti "kucing yang ditutup matanya". Dilihat dari isinya, lagu ini memuat kritik sosial pada masa penjajahan kolonial Hindia Belanda di Indonesia.
Pencipta lagu Ayang-ayang Gung kemungkinan besar adalah Raden Hadji Moehamad Moesa, seorang penulis, sastrawan, ulama, sekaligus tokoh masyarakat Sunda pada abad ke-19. Raden Hadji Moehamad Moesa yang lahir tahun 1822 dan wafat pada 1886 juga telah menghasilkan berbagai karya lainnya.
Lirik Lagu Ayang-ayang Gung dan Terjemahan Bahasa Indonesia
Notasi
// 0 2 2 2 1 1 5/ 1. 1 2 3 2 3 3 2/
/ . 1 5 1 5 1 5 1 1 1 / . 1 5 4 5 4 4 4//
Lirik Bahasa Sunda
Ayang-ayang gung, gung...
Gung goongna rame, me...
Menak Ki Mas Tanu, nu...
Nu jadi Wadana, na...
Na ha mana kitu, tu...
Tukang olo-olo, lo...
Loba anu giruk, ruk...
Ruket jeung kumpeni, ni...
Niat jadi pangkat, kat...
Katon kagorengan, ngan...
Ngantos Kangjeng Dalem, lem...
Lempa-lempi lempong...
Jalan ka Batawi ngelempong!
Terjemahan Bahasa Indonesia
Ayang ayang gung
Bunyi gongnya ramai
Seorang ningrat bernama Ki Mas Tanu
Yang menjadi wedana (jabatan publik)
Kenapa begitu, dia seorang yang congkak (atau penjilat)
Banyak yang tidak suka
Dekat dengan kompeni (penjajah)
Ingin berpangkat
Terlihat keburukannya
Menunggu pejabat tinggi
Lempa-lempi lempong
Jalan ke Betawi/Jakarta kosong
Beradu pipi dengan yang ompong.
Arti dan Makna lagu Ayang-ayang Gung
Setiap kalimat dalam lirik lagu Ayang-ayang Gung memiliki filosofi tersendiri sehingga menyiratkan pesan atau nasihat bahkan kritik sosial.
Menurut Pengukuhan Nilai-nilai Budaya melalui Lagu-lagu Permainan Rakyat (pada Masyarakat Sunda) terbitan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1993) berikut ini makna lagu Ayang-ayang Gung:
Ayang-ayang gung
Gung goongna rame
- Lirik ini menggambarkan keramaian dengan tabuhan gamelan. Hal ini dapat dilihat dari kata goong atau gong. Para tamu undangan hadir meramaikan acara ini dengan ikut menari. Pesta besar ini digelar untuk menyenangkan hati para pejabat.
Nu jadi Wadana
Na ha mana kitu
Tukang olo-olo
Loba anu giruk
Ruket jeung kumpeni
- Lirik ini mengisahkan tentang seorang wedana (asisten bupati) bernama Ki Mas Tanu, digambarkan sebagai pejabat publik yang sombong. Ia tidak disukai karena suka menjilat orang-orang pemerintahan kolonial Hindia Belanda.
Katon kagorengan
Ngantos Kangjeng Dalem
Lempa-lempi lempong
Jalan ka Batawi ngelempong!
- Ki Mas Tanu berambisi naik pangkat sehingga bermanis-manis kepada pejabat yang lebih tinggi. Dengan bersikap seperti itu, ia akan disukai oleh para pejabat tinggi dan jalan merintis karier ke Batavia atau Betawi (pusat pemerintahan Hindia Belanda) pun bakal terbuka.
Secara lebih ringkas, Iis Siti Sopiah melalui penelitian bertajuk "Nilai Etika dalam Kumpulan Lagu Kaulinan Barudak di Daerah Sunda" yang terhimpun dalam jurnal Diksatrasia (2017) merumuskan makna lagu Ayang-ayang Gung sebagai berikut:
Lagu Ayang-ayang Gung bermakna tentang ketidaksukaan masyarakat Sunda kepada seorang pegawai pemerintahan yang bernama Ki Mas Tanu karena ia adalah seseorang yang menghalalkan segala cara demi kepentingannya sendiri.
Nilai yang terkandung dalam lagu Ayang-ayang Gung menurut IIs Siti Sopiah adalah bahwa manusia tidak boleh seperti Ki Mas Tanu. Seorang pegawai pemerintah harus menjalankan tugas dengan baik demi kepentingan rakyat.
Penulis: Yunita Dewi
Editor: Iswara N Raditya