tirto.id - Mengucapkan 2 kalimat syahadat merupakan rukun Islam yang pertama. Ia adalah pintu masuk ke Islam, sebagai ikrar penafian agama dan keyakinan yang lain. Orang yang mengucapkannya bersaksi bahwa ia hanya meyakini Allah SWT adalah Tuhan yang Maha Esa dan Nabi Muhammad SAW adalah utusan-nya. Lantas, ada detail makna kalimat syahadat dan contoh perilaku yang sesuai dengan ikrar tersebut?
Dalil bahwa syahadat termasuk dalam rukun Islam tertera dalam sabda Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan Umar bin Khattab, ia berkata:
“Aku mendengar Nabi SAW bersabda: ‘Islam dibangun di atas lima perkara: kesaksian [syahadat] bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, naik haji, dan puasa Ramadhan’,” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Syahadat berasal dari bahasa Arab, syahida (شهد) artinya bersaksi. Dalam hal ini, orang yang bersyahadat bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah (syahadat tauhid), serta mengakui bahwa utusan nabi dan rasul dalam Islam adalah Muhammad SAW (syahadat rasul).
Berdasarkan pengertian di atas, kalimat syahadat dibagi menjadi 2, yaitu syahadat tauhid dan syahadat rasul. Setiap muslim harus meyakini kebenaran arti dan makna dari 2 kalimat syahadat tersebut, sebagaimana dikutip dari Ensiklopedi Hak dan Kewajiban dalam Islam (2017) yang ditulis Syekh Saad Yusuf Mahmud Abu Aziz:
اَشْهَدُاَنْالَااِلَهَ اِلَّااللهُ وَاَثْهَدُاَنَّ مُحَمَّدًا رَسٌؤلُ اللهِ
Bacaan latinnya: "Asyhadu alla ilaaha illallah wa asyhadu anna muhammadar rasulullah"
Artinya: "Aku bersaksi tiada tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad SAW adalah rasul utusan Allah SWT"
Kalimat syahadat di atas merupakan gabungan dari syahadat tauhid dan syahadat rasul dengan rincian sebagai berikut:
- Syahadat Tauhid: اَشْهَدُاَنْالَااِلَهَ اِلَّاالله (Asyhadu alla ilaaha illallah)
- Syahadat Rasul: اَثْهَدُاَنَّ مُحَمَّدًا رَسٌؤلُ اللهِ (Ashadu anna muhammadar rasulullah)
Pertama, dinamakan sebagai syahadat tauhid karena kesaksian tersebut merupakan bentuk pengakuan bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan di semesta ini. Dalam bahasa Arab, tauhid artinya satu atau tunggal.
Kedua, syahadat rasul merupakan pengakuan tulus bahwa Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah SWT yang terakhir, sebagai nabi dan rasul pembawa ajaran Islam.
Makna Kalimat Syahadat dalam Islam
Mengucapkan kalimat syahadat adalah perkara mudah, namun mengamalkan konsekuensi dari ikrar tersebut adalah kewajiban berat yang harus diemban orang yang melafalkannya.
Salah seorang ulama besar Hasan Al-Bashri menyitir sabda Nabi Muhammad SAW: “Barang siapa yang akhir perkataannya sebelum meninggal adalah 'La ilaaha illallah', maka dia akan masuk surga,” (H.R. Abu Daud)
Beliau kemudian menjelaskan syaratnya "”Barang siapa menunaikan hak kalimat tersebut dan juga kewajibannya, maka dia akan masuk surga.”
Bagaimanapun juga, menunaikan konsekuensi kalimat syhadat adalah perkara sulit. Setelah bersyahadat, orang Islam wajib untuk taat terhadap perintah Allah dan rasul-Nya, serta menjauhi larangan-larangan-Nya.
Makna syahadat dalam Islam adalah mengucapkannya, kemudian mengamalkan arahan, lalu melaksanakan konsekuensinya berupa taat kepada Allah SWT dan rasul-Nya, sekaligus juga melaksanakan segala macam ibadah, selalu mentauhidkan Allah SWT dan menjauhi berbagai tradisi syirik.
Orang yang sekadar mengucapkan kalimat syahadat, namun hanya melafalkannya di lisan tanpa menghayati makna dua kalimat syahadat tersebut akan tertolak.
Hal ini tidak berbeda dengan Fir'aun yang berikrar bahwa Nabi Musa merupakan utusan Allah, namun ikrar tersebut dilafalkan persis sebelum ia meninggal ditenggelamkan laut merah.
Ikrar Fir'aun itu tidak bermakna apa-apa, sebab Fir'aun tidak menjalankan ketujuh syarat di atas, melainkan hanya karena takut pada neraka Allah SWT.
Perilaku yang Muncul dari Ikrar Kalimat Syahadat
Dua kalimat syahadat tidak hanya dilafalkan di lisan, melainkan juga tercermin dalam perilaku sehari-hari.
Hal ini sejalan dengan pengertian iman menurut Imam Syafi'i, Ahmad, Auza'i, dan Imam Ishaq bin Rahawaih, yaitu pembenaran dengan hati, pengakuan dengan lisan, dan pengamalan dengan anggota badan.
Bagaimanapun juga, orang bersyahadat dengan sungguh-sungguh berarti telah mengimani Allah dan rasul-Nya.
Hal itu akan terjewantah dalam perilaku-perilaku tertentu, sebagaimana ditulis Rahmat Kamal dalam Fikih (2020) sebagai berikut:
1. Menyembah dan beribadah hanya kepada Allah SWT.
2. Berdoa dan memohon pertolongan hanya kepada Allah SWT.
3. Membaca shalawat untuk Nabi Muhammad SAW.
4. Mencontoh akhlak terpuji dari Nabi Muhammad SAW.
5. Mengikuti teladan dan berperilaku sebagaimana dicontohkan Rasulullah SAW.
Editor: Addi M Idhom